1. Pembentukan Keterampilan Emosional Melalui Observasi
Individu, khususnya anak-anak, sering belajar mengelola emosi melalui observasi terhadap bagaimana orang dewasa atau teman sebaya mereka bereaksi terhadap situasi tertentu. Misalnya, anak yang melihat orang tuanya tetap tenang dalam menghadapi situasi sulit mungkin belajar untuk mengendalikan emosi mereka dalam situasi serupa. Pengamatan ini memengaruhi cara anak-anak merespons situasi emosional di masa depan.
2. Regulasi Diri (Self-Regulation)
Bandura juga menekankan pentingnya self-regulation dalam pembelajaran sosial. Dalam konteks sosial-emosional, individu belajar mengatur perilaku dan emosinya berdasarkan pengamatan terhadap model yang berhasil mengontrol diri mereka. Kemampuan ini penting untuk menciptakan hubungan sosial yang sehat dan menyesuaikan diri dengan norma masyarakat. Selain itu, self-regulation membantu individu untuk menghadapi tantangan emosional dengan cara yang lebih efektif, yang sangat penting dalam membangun resilien.
3. Peran Penguatan dan Hukuman Sosial
Motivasi untuk meniru perilaku sering kali dipengaruhi oleh penguatan atau hukuman sosial. Misalnya, anak yang melihat temannya mendapatkan pujian karena bersikap ramah cenderung lebih termotivasi untuk meniru perilaku tersebut. Sebaliknya, hukuman sosial, seperti dikucilkan karena perilaku tidak pantas, dapat mendorong perubahan perilaku. Dengan demikian, penguatan dan hukuman sosial menjadi alat penting dalam membentuk keterampilan sosial-emosional yang sehat.
Aplikasi Teori dalam Konteks Pendidikan dan Pengasuhan
Dalam pendidikan dan pengasuhan, teori Bandura dapat diterapkan untuk mengembangkan keterampilan sosial-emosional. Berikut beberapa contoh aplikasinya:
1. Model Perilaku Positif
Guru dan orang tua dapat menjadi model perilaku yang ingin mereka ajarkan kepada anak-anak. Sebagai contoh, guru yang menunjukkan empati dan kerjasama di kelas menciptakan lingkungan di mana siswa merasa termotivasi untuk meniru perilaku tersebut. Dalam konteks ini, perilaku guru akan lebih mudah diterima dan diikuti oleh anak-anak karena mereka memiliki contoh yang jelas dan dapat diobservasi.
2. Pembelajaran Kelompok