Mohon tunggu...
Nadia iazmi najla
Nadia iazmi najla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Moms, Waspadai Tanda ADHA Pada Anak: Mengenal ADHD dan Gejalanya

23 Desember 2023   21:32 Diperbarui: 23 Desember 2023   21:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Tahukah Moms? Bahwa di dunia dengan berbagai macam kegiatan ini, terkadang terasa susah untuk berkonsentarsi. Sangat banyak kegiatan seru untuk anak-anak mainkan, bisa berada didalam rumah ataupun diluar rumah. Tapi Moms berfikir “Semua anak pasti mengalami hal yang sama kan?”. Atau bisa jadi, anak tersebut menyandang ADHD. Seorang anak yang menyandang ADHD bersifat hiperaktif, pelupa, tidak bisa berkonsentrasi, dan tidak teratur. Semua yang disebutkan sangat terasa umum bukan? Jadi bagaimana caranya tahu bahwa anak menyadang ADHD? Mari kita simak bersama!

Apa itu ADHD?

Attention Deficit Hyperactivity Disoder atau yang dikenal luas dengan istilah ADHD merupakan suatu kelainan tingkah laku. Bersifat keberagaman yang ditandai dengan tidak dapat memusatkan perhatian, hiperaktif, impluif sehingga menimbulkan gangguan baik secara akademis maupun interaksi sosial. Penyakit ini dimulai dari masa anak dan dapat terus berkembang sampai dewasa. (Yanofiandi & Syarif, 2015). ADHD adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama. Kondisi kejiwaan yang paling sering terjadi pada masa kanak-kanak dengan perkiraan secara umum melebihi 5% pada anak usia sekolah. Telah dilaporkan bahwa gangguan gejala ADHD menetap hingga dewasa pada 65% kasus yang terjadi pada masa kanak-kanak dengan perkiraan secara umum ADHD pada dewasa 2,5%. Gejala inti dan gangguan atau kondisi yang terkait, ADHD memberikan beban yang sangat besar pada masyarakat dalam hal disfungsi psikologis, hasil pekerjaan yang merugikan, stress pada keluarga, dan kerugian finansial masyarakat. (Cortese & Tessari, 2017).

ADHD merupakan suatu kelainan tingkah laku, bersifat keberagaman yang ditandai dengan tidak dapat memusatkan perhatian, hiperaktif, dan implusif. Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan akademis, sosial dan emosi. Sedangkan menurut Barkley ADHD adalah sebuah gangguan ketika respon terhalang dan mengalami disfungsi pelaksanan yang mengarah pada kurangnya pengaturan diri, lemahnya kemampuan mengatur perilaku untuk tujuan sekarang dan masa depan, serta sulit beradaptasi secara sosial dan perilaku dengan tuntutan lingkungan.

Pada Usia Berapa Anak Terkena ADHD dan Apa Penyebabnya?

Berdasarkan data hasil penelitian Saputro tahun 2009, 15.8% anak usia 3-18 tahun menyandang ADHD. Penyebab pasti dari ADHD sampai saat ini masih belum ditemukan, namun beberapa faktor yang dilansir berpotensi dapat meningkatkan kemungkinan anak menyandang ADHD antara lain faktor keturunan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu hamil, riwayat bayi BBBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah), faktor riwayat lahir prematur. (Nurfitriana, Putri, Sholikhin, & Widyatno, 2019)

Ada Beberapa Kriteria ADHD yang Terjadi Pada Anak

Menurut Yanofiandi dan Syarif (2015), menyebutkan bahwa terdapat gejala-gejala anak yang menyandang ADHD. Apa saja ciri-cirinya?

Sebanyak 5 atau lebih gejala ganngguan perhatian berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan

  • Susah untuk memusatkan perhatian. Terhadap hal - hal detail atau sering berbuat ceroboh di sekolah dan aktifitas lainnya. Contohnya: tidak dapat mengikuti perintah tugas yang diberikan dan gagal untuk menyelesaikan tugas sekolah. Bukan diakibatkan karena sikap penolakan atau tidak mengerti atas perintah yang diberikan.
  • Selalu menghindari tugas yang memerlukan usaha mental. Anak akan cenderung mencari kenyamanan dan menghindari tugas yang membutuhkan konsentrasi.
  • Sering menghilangkan barang yang penting untuk sekolah dan aktifitas. Hal ini bisa mencerminkan kurangnya keteraturan atau perhatian terhadap barang yang dibutuhkan.
  • Perhatian gampang dialihkan. Anak tersebut mungkin sulit untuk tetap fokus atau konsentrasi pada tugas atau aktiviras karena rentan terhadap distraksi.
  • Sering lupa akan kegiatan atau aktifitas sehari-hari. Ini bisa menunjukan masalah dalam fungsi memori atau perlu lebih banyak perhatian terhadap organisasi dan perencanaan.

Sebanyak 6 atau lebih gejala hiperaktif-impisif berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan

  • Selalu memainkan tangan dan kaki saat duduk. Ini mencerminkan tingkat kegelisahan, kurang fokus, dan kebutuhan untuk mengekspresikan energi secara fisik.
  • Membuat suara-suara gaduh saat bermain. Tingkat energi yang tinggi, rasa kegembiraan, dan keinginan untuk mengekspresikan diri melalui suara dalam kegiatan bermain.
  • Berbicara terlalu banyak. Mencerminkan keberanian dalam berkomunikasi, keinginan untuk berbagi informasi, dan kurangnya kesadaran terhadap sekitar.
  • Sering mengganggu teman untuk mendapatkan respon dari teman bicara. Keinginan untuk terlibat dalam interaksi sosial, tetapi mungkin juga menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap batas-batas komunikasi yang tepat.
  • Ingin meninggalkan tempat sebelum waktu selesai. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti rasa tidak nyaman, keinginan untuk menghindari keramaian, atau kurangnya minat terhadap aktivitas atau situasi tersebut.

Dengan demikian, ADHD yang terjadi pada anak benar-benar harus diperhatikan ya Moms. Karena akan berpengaruh terhadap masa depan anak hingga dewasa nanti. Pentingnya untuk memusatkan perhatian dan fokus dalam melakukan kegiatan atau aktivitas yang anak inginkan. Kesehatan anak adalah hal yang utama untuk kebahagiaan ibu dan anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun