Mohon tunggu...
nadiah salma
nadiah salma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

tantangan yang seringkali dihadapi oleh negara Agamis dalam memberantas kasus Korupsi

1 Desember 2024   19:15 Diperbarui: 1 Desember 2024   19:56 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

       Korupsi menjadi salah satu tantangan serius yang terdapat di berbagai Negara, termasuk di Negara yang mayoritas penduduknya memegang teguh nilai-nilai Agama. Ironisnya, meskipun agama secara tegas telah melarang perilaku yang tidak jujur dan penyalahgunaan wewenang, korupsi masih sering terjadi. beberapa tantangan utama yang sering dihadapi oleh negara Agamis dalam memberantas Korupsi dapat dilihat sebagai berikut. 

      Pertama, adanya ketidaksesuaian antara nilai-nilai agama dan tindakan di dunia nyata. meskipun masyarakat telah berpegang teguh pada ajaran agama, nilai-nilai ini seringkali tidak tertanam secara mendalam, terutama pada kalangan pejabat publik. akibatnya, perilaku korupsi masih sering terjadi meski hal itu bertentangan dengan ajaran moral.

      Kedua, budaya patronase dan nepostisme juga dianggap menjadi hambatan yang besar. di berbagai negara Agamis, loyalitas terhadap kelompok atau keluarga seringkali lebih diutamakan ketimbang prinsip keadilan. hal ini dapat memperkuat jaringan korupsi dan juga mempersulit upaya untuk melakukan pemberantasan.

       Ketiga, memanipulasi nilai Agama kerap terjadi. pelaku korupsi kadang kala memanfaatkan citra religius untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat. dengan alibi melakukan amal atau kegiatan keagamaan, dengan begitu mereka dapat mencoba dengan menutupi tindakan korupsi tersebut dan terhindar dari kritikan masyarakat.

        Keempat, lemahnya penegakkan hukum dapat memperburuk keadaan. intervensi politik dan tekanan sosial sering menyebabkan lembaga antikorupsi menjadi tidak independen. selain itu, masyarakat cenderung enggan untuk melaporkan tindak Korupsi yang melibatkan tokoh Agama atau tokoh pemerintahan yang lainnya.

        Kelima, pendidikan antikorupsi yang berbasis Agama kurang diperhatikan. materi keagamaan seringkali hanya terpaku pada aspek spiritual tanpa membahas dampak sosial dari tindakan korupsi, sehingga pemahaman masyarakat tentang bahaya korupsi menjadi terbatas.

        Untuk mengatasi semua tantangan yang ada ini, diperlukan kerja sama antara nilai-nilai Agama dan langkah yang konkret seperti penegakkan hukum yang tegas, pendidikan antikorupsi yang memadukan, dan pemberdayaan masyarakat untuk bersikap kritis. dengan upaya yang sinergis, negara Agamis memiliki peluang yang besar untuk memberantas tindak Korupsi secara efektif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun