PENDAHULUANÂ
Pada beberapa tahun belakangan, kebutuhan bahan pangan di seluruh dunia mengalami lonjakan yang signifikan. Fenomena ini tidak hanya sebagai pusat perhatian bagi ahli bidang pertanian dan pemerintah, melainkan juga menyentuh kehidupan sehari-hari kita. Lonjakan pangan yang tinggi diakibatkan oleh beragam faktor, mencakup pertumbuhan jumlah penduduk, lahan pertanian yang mengalami penyempitan, hingga berkurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian.
 Salah satu faktor utama yang menyebabkan lonjakan kebutuhan pangan ialah pertumbuhan populasi global yang terus meningkat Pertumbuhan populasi ini disertai dengan kecepatan laju urbanisasi yang semakin pesat, dibuktikan dengan banyaknya orang beralih dari pedesaan ke perkotaan. Hal ini berujung pada melonjaknya permintaan pangan di kawasan perkotaan, yang kerap kali tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan lokal. Di satu sisi, lahan pertanian yang semakin menyempit menjadi tantangan serius dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Pada tahun 2015-2019 lahan sawah di Indonesia mengalami penyusutan sebesar kurang lebih 290.000 Ha (Kementan, 2020). Berbagai faktor berkontribusi akan penyempitan lahan pertanian, termasuk didalamnya alih fungsi lahan guna memenuhi kebutuhan industri, perumahan hingga infrastruktur. Adanya keterbatasan lahan tersebut, mengakibatkan para petani harus menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan dalam upaya meningkatkan hasil panen. Sementara itu, praktik pertanian yang tidak kontinu (berkelanjutan) juga berkontribusi terhadap turunnya kualitas tanah, akibatnya mengurangi produktivitas pertanian
Sementara itu, kurangnya ketersediaan hasil panen dalam sektor pertanian tidak hanya diakibatkan oleh penyusutan lahan sawah, melainkan juga terdapat beragam faktor lain diantaranya ketersediaan pupuk di pasaran yang tidak memadai. Pupuk ialah elemen kunci dalam meningkatkan kesuburan tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman tidak memperoleh pupuk yang cukup akibat petani kesulitan dalam mengakses pupuk yang berkualita, maka dapat berdampak pada kualitas tanaman yang buruk seperti rentan terhadap beragam  penyakit dan hama. Keterbatasan ini sering disebabkan oleh fluktuasi harga pupuk. distribusi yang tidak merata, serta masalah dalam rantai pasokan yang menghambat akses petani, terutama di daerah terpencil. Akibatnya, hasil panen menjadi tidak optimal, yang berujung pada penurunan produktivitas pertanian secara menyeluruh. Tidak hanya itu, keterbatasan pengetahuan serta pemahaman petani terkait praktik pemupukan yang sesuai standart juga mampu memperkeruh kondisi tersebut, sehingga ancaman terhadap ketahanan pangan semakin meningkat. Oleh sebab itu, guna mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan solusi alternatife melalui kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan guna memastikan ketersediaan pupuk yang memadai dan memberikan pelatihan yang diperlukan bagi petani. Salah satunya ialah penggunaan pupuk kimia dalam mempertahankan ketahanan pangan dan lingkungan. Meskipun masih terjadi perdebatan di masyarakat, namun pupuk kimia dianggap menjadi salah satu solusi yang efektif. Oleh sebab itu, artikel ini akan mengkaji lebih lanjut bagaimana penggunaan pupuk berbahan kimia dalam mengatasi permasalahan ketahanan pangan dan lingkungan
PEMBAHASAN
Penggunaan bahan kimia dalam pertanian berperan penting dalam mendorong peningkatan ketahanan pangan di Indonesia. Bahan kimia dalam pupuk dan pestisida memiliki peranan penting dalam meningkatkan hasil panen dan menjaga kesehatan tanaman. Pupuk kimia memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman agar tumbuh dengan baik, sehingga petani dapat memperoleh hasil panen yang lebih banyak. Di satu sisi, penggunaan pestisida juga dibutuhkan guna melindungi tanaman dari hama dan penyakit yang dapat merusak hasil panen. Dengan pengendalian hama, lebih banyak tanaman mampu bertahan hingga waktu panen, hal ini berarti lebih banyak makanan tersedia untuk masyarakat. Selain itu, terdapat juga bahan kimia seperti hormon pertumbuhan yang mampu mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Bahan ini memungkinkan petani untuk memanen tanaman lebih awal dan meningkatkan jumlah panen dalam satu tahun. Dengan cara ini, penggunaan bahan kimia dalam pertanian membantu meminimalisir risiko kelangkaan pangan, terutama di daerah yang menghadapi masalah lingkungan seperti kekeringan. Penggunaan bahan kimia ini terbukti mampu mendorong peningkatan ketahanan pangan di suatu daerah, hal tersebut disebabkan semakin minimnya faktor-faktor yang menyebabkan gagal panen. Widianto dan Imron (2021), menyatakan pendapatnya bahwasanya penggunaan bahan bahan kimia dalam aplikasi pupuk dan pestisida mampu meningkatkan hasil panen. Hal tersebut. juga menjadi indikasi bahwa penggunaan bahan kimia di dalam dunia pertanian dapat berkontribusi dalam meningkatkan dan mengoptimalkan pertanian.
Penggunaan bahan kimia daam pertanian ialah alternatif jangka pendek dalam upaya peningkatan, menjaga serta mempercepat laju pertanian. Namun perlu diingat bahwa penggunaan bahan kimia dalam pertanian seharusnya juga dibatasai. karena mampu mengganggu perkembangan ekosistem di sekitar lahan pertanian. Berdasarkan hasil penelitian Stamati (2016), membuktikan bahwa penggunaan bahan kimia secara berlebihan akan menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia, terutama para petani. Selain itu, dari segi lingkungan yang lebih luas bahan kimia yang berlebihan mampu meningkatkan kekebalan hama yang menjadi faktor utama kegagalan panen. Berbagai negara di dunia juga telah melaporkan residu bahan kimia yang mengancam kesuburan tanah, air, udara, merusak kualitas produk pertanian bahkan di beberapa kasus, bahan kimia juga mampu mengancam darah dan jaringan tubuh manusia (Lu Zhang, 2018). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Zahra (2021), juga membuktikan bahwa penggunaan bahan kimia pertanian yang berlebih dan tidak efisien dapat menyebabkan peningkatan emisi amonia dan metana sehingga berdampak terhadap perubahan iklim. Dengan kata lain penggunaan bahan kimia tidak hanya sebagai solusi bagi pertanian melainkan juga ancaman bagi kelestarian lingkungan
KESIMPULANÂ
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penggunaan bahan kimia pada pertanian dapat menjadi alternatife solusi jangka pendek guna meningkatkan hasil panen dan mengatasi permasalahan ketahanan pangan dan lingkungan, namun penggunaan bahan kimia harus berdasarkan prosedur yang telah dianjurkan, karena jika digunakan dalam dosis berlebihan justru dapat merusak ekosistem dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKAÂ
Kementrian Pertanian. 2020. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2015-2019. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian: Jakarta.