Mohon tunggu...
Nadia Pasaribu
Nadia Pasaribu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

jati diri itu dibuat sendiri bukan dicari, trust yourself!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Buku : Oase Pendidikan di Indonesia, Kisah Inspiratif Para Pendidik

6 Agustus 2014   11:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:18 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul  Buku     :  Oase Pendidikan di Indonesia, Kisah Inspiratif Para Pendidik

Penulis             : Tim Penulis Mitra Forum Pelita Pendidikan

Penerbit           : Tanoto Foundation dan Raih Asa Sukses

Tahun Terbit    : Jakarta 2014, Cetakan Pertama

Tebal Buku      : V + 260 hlm.; ilus.; 23 cm

ISBN (13) 978-979-013-204-7

ISBN (10) 979-013-204-2

“Pemberian apa dari seorang guru pada anak-anak didiknya yang lebih berharga ketimbang rasa cinta? Setiap hari, guru menyampaikan pelajaran. Lewat pelajaran itu, para siswa menambah ilmu pengetahuan. Dengan begitu, mereka lambat laun menjadi pandai. Guru bukan hanya megajarkan ilmu, beberapa guru juga melatih ketrampilan. Dengan ketrampilan itu para siswa memiliki bekal lebih untuk mengarungi kehidupannya mendatang. Guru yang namanya tak terlupakan adalah guru yang paling memberikan hati pada anak-anak didiknya.”

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan kita untuk dapat mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Jalur pendidikan dapat kita peroleh dari banyak cara, baik pendidikan formal maupun non-formal. Namun bagaimanakah cara agar pendidikan dapat diserap dengan baik oleh anak-anak didik? Kriteria pendidik seperti apakah yang dapat menjadi guru? Buku Oase Pendidikan di Indonesia menguak kisah inspiratif yang dimiliki oleh para pendidik sangat membantu para pendidik dalam memberikan jawaban atas pertanyaan di atas. Bahkan kita dapat memetik pelajaran yang jauh lebih berharga atas ketulusan yang dimiliki oleh jiwa seorang guru.

Kisah inspiratif yang dimuat dikelompokkan ke dalam tiga bagian penting. Bagian pertama yaitu Pembelajaran yang Memerdekakan, Bagian kedua yaitu Anak dan Komunitas Belajarnya dan Bagian yang ketiga yaitu membangun Profesionalisme Guru. Pada bagian pertama terdapat kisah inspiratif yang memberikan anak-anak didik kebebasan dalam belajar sehingga anak-anak mendapat pembelajaran yang sangat berharga dari sang pendidik. Pada bagian ini kita banyak diajarkan untuk mendapatkan hati anak-anak didik kita agar pembelajaran terasa menyenangkan.

Pendidikan dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja, seperti yang diungkapkan oleh Tim Penulis Pengajar Sanggar Anak Alam di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta mengajarkan anak didik dengan kejadian nyata yang dialami oleh anak tersebut sehingga anak didik dapat menyikapinya secara langsung tentu saja dengan arahan sang guru. Tapi disini sangat jelas terlihat, peran guru bukan hanya mengajar namun juga mendidik anak-anak didiknya. Pendidik mengarahkan anak didiknya untuk berpikir dalam menyelesaikan suatu masalah, ya tentunya dengan musyawarah bersama seperti ketika ada masalah gentong pecah, celengan yang hilanh, membuat puzzle tubuh manusia dan banyak lainnya.

Oase pendidikan di Indonesia sangat beragam mulai dari sistem pendidikannya, para pendidiknya, fasilitas pendidikannya, anak-anak didiknya, sikap pendidik menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan. Beragam cara yang dilakukan pemerintah dalam memajukan pendidikan Indonesia khususnya di kalangan anak-anak karena penerus bangsa ini ya dimulai dari mereka. Kemajuan pendidikan Indonesia bukanlah tugas pemerintah saja, melainkan tugas kita semua selaku penduduk Indonesia. Seperti Tanoto Foundation yang didirikan oleh Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Tanoto yang mengorbankan dan banyak membantu kemajuan pendidikan di Indonesia dengan memberikan beasiswa kepada anak-anak didik perguruan tinggi. Saya sangat mengharapkan pertumbuhan lembaga maupun badan yang dapat membantu kemajuan pendidikan di Indonesia.

Cuplikan kisah-kisah yang terdapat dalam buku ini memang sangat inspiratif karena memuat kisah para pendidik beserta polemiknya dalam mendidik dan dapat menemukan pemecahan masalahnya. Banyak kisah para pendidik yang membuka mata saya akan ketulusan cinta mereka untuk memperjuangkan, mendidik, menyanyangi, menginsipirasi, mendengar keluh kesah, mengarahkan untuk dapat memecahkan masalah, tetap belajar secara kontinu tanpa memnadang umur maupun profesi kita.

Salah satu pengajar di Sekolah Semesta Hati, Cimahi Jawa Barat, Diyah Ginanjar yang tetap berjuang untuk mendapatkan hati Gios salah satu anak didik pindahan di sekolahnya. Keterbatasan yang dimiliki Gios tak pernah menjadi penghalang baginya untuk tetap memberikan ilmunya. Banyak metode yang digunakannya agar Gios mau belajar, yang akhirnya Gios tetap menjadi peringkat satu di pelajaran khusus yang telah dibuat, di hati Gios, di hatinya bahkan dihati kedua orangtuanya.

Metode pembelajaran yang dikutip langsung dari kehidupan nyata dapat langsung memikat hati para anak-anak didik karena mereka dapat belajar langsung dan memahami makna sebenarnya. Hal ini dilakukan oleh Ibu Retno Listryarti seorang guru PKN di SMAN 13 Jakarta Utara dan Bapak Bambang Wisudo salah satu pengajar di Sanggar Akar. Menciptakan konflik di kelas merupakan cara yang efektif dalam memberikan pelajaran mengenai konflik pada saat itu. Anak-anak secara tidak disengaja dibuat dalam situasi kelas gaduh untuk dapat memunculkan keadaan yang penuh konflik sehingga mereka mengerti apa itu konflik, apa saja yang terlibat dan bagaimana cara untuk mengatasinya.

Bambang Wisudo memberikan pelajaran bahasa Inggris lewat lagu We Will Not Go Down yang dinyanyikan oleh Michael Heart. Bukan hanya pelajaran bahasa Inggris yang diperoleh anak-anak didiknya melainkan makna lagu dan untuk apa lagu tersebut dibuat. Anak-anak didik diajarkan untuk mengetahui keadaan yang terjadi di negara lain seperti yang terdapat dalam lagu ini yaitu konflik di Gaza. Pembelajaran sangat menyenangkan karena mereka menyukainya dan tidak merasa terbebani oleh kurikulum yang berlaku.

Pada Bagian kedua yaitu Anak dan Komunitas Belajarnya mengajarkan kita untuk menciptakan sebuah komunitas belajar yang dapat memberikan kenyamanan sendiri kepada si anak ketika proses belajar dan mengajar. Bukan hanya sekolah Sanggar anak Alam saja yang mendidik dengan cara yang berbeda dari kurikulum pada umumnya. Sekolah Otoom Sanggar Anak Akar di Kalimalang, Jakarta Timur yang didirikan oleh Bapak Ibe Karyanto memberikan cara yang berbeda pula. Bapak Ibe lebih memberikan kebebasan kepada sang anak didik akan hal yang ingin dilakukannya tapi tetap dengan pengarahan dari sang fasilitator. Seperti yang dikutip dalam kisahnya seorang anak didik bernama Putri yang concern ataupun menyukai pelajaran sastra. Namun, Putri tetap mengikuti pelajaran yang lain dengan sengang hati karena sistem belajarnya sangat menyenangkan.

Rasa cinta seorang kepala sekolah kepada anak didiknya, Rizki. Ibu Tuti J.Rismarini Kepala Sekolah SMP 2 Pagedangan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang mau belajar dan mencari solusi untuk memecahkan masalah ekonomi yang dialami oleh orangtua Rizki sehingga ia dapat bersekolah dengan rajin dan tepat waktu. Cukup berat memang, namun Ibu Tuti berhasil mengembangkan dan merekrut para siswa lainnya untuk membentuk kelompok dalam membuat jepit rambut ya tentunya dengan bantuan seorang ahli yang memberikan ilmunya secara sukarela. Usaha jepit rambut ini perlahan-lahan mendapat pencerahan sehingga Rizki dan siswa lain yang membutuhkan dapat terus bersekolah. Saya meteskan air mata ketika mebaca tagline yang dibuat oleh Ibu Melly Kiong, pengarah usaha jepit rambut yaitu “Kami tidak meminta, tetapi belilah produk kami supaya teman kami bisa sekolah”.

Bagian yang terakhir yaitu Membangun Profesionalisme Guru memuat agar guru tetap belajar dan terus mengembangkan dirinya baik dalam ilmu pengetahuan maupun metode pengajaran untuk dapat memberikan yang terbaik kepada anak didiknya. Seorang guru di SMAN 7 Pandeglag, Provinsi Banten yang bernama Ginanjar Hambali. Sertifikasi bukan sihir, ya aya setuju dengan beliau. Sertifikasi diperoleh setelah para guru memperoleh pelatihan dan tentunya harus dapat memenuhi criteria kelulusan untuk memperoleh sertifikasi. Namun, sertifikasi banyak dipandang hanya sebagai tambahan tunjangan yang digunakan bukan untuk kemajuan sang guru tapi lebih untuk mementingkan sifat untuk mengkonsumsi suatu barang yang diinginkan. Polemik yang terjadi mengenai sertifikasi para guru sangat kompleks dan belum tepat sasaran. Kita tidak dapat hanya menyalahkan pemerintah akan hal ini karena pengawasan dapat dimulai dari diri kita sendiri.

IGI: Kekuatan Berbagi merupakan sebuah forum yang dapat digunakan para guru untuk saling bertukar pikiran dalam memberikan pelajaran dan metode mendidik yang lebih baik. Adanya forum ini diharapkan para guru mau terus belajar dan berlatih untuk memberikan yang hterbaik kepada para anak didiknya. Hal inilah yang ingin dicapai oleh Dhitta Puti Saraswati, Direktur Riset dan Pengembangan Program Ikatan Guru Indonesia (IGI).

Tulisan-tulisan dalam buku ini sangat memberikan pandangan dan hal baru mengenai pendidikan, para pendidik, anak-anak didik, fasilitas pendidikan. Pendidikan di Indonesia sudah berkembang dan akan terus berkembang seiring dengan waktu. Oleh karena hal ini, pendidikan harus tetap bersifat fleksibel dan dapat diterima dengan baik oleh para peserta didik.

Kisah Insipiratif Para Pendidik yang terdapat pada buku Oase Pendidikan di Indonesia dapat memberikan kita inspirasi dalam mengajar, keadaan pendidikan yang ada sekarang di Indonesia bahkan dapat dijadikan masukan untuk rekan-rekan yang bergerak atau bekerja di bidang pendidikan. Kemajuan pendidikan di Indonesia bukan hanya tugas pemerintah, tugas guru, tugas sekolah tepi merupakan tugas kita semua, karena kita satu, SATU INDONESIA. Semoga dengan tulisan ini akan semakin banyak guru yang dapat memberikan cintanya untuk para anak-anak didiknya setulus hati.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun