Permasalahan yang muncul dari masyarakat penimbul sampah adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam mensikapi dan mengelola sampah. Alhasil, pengelolaan sampah belum secara maksimal terlaksana. Pada prakteknya, masih banyak masyarakat yang belum melakukan pemilahan sampah. Kalaupun ada yang telah melakukan pemilahan, sampah yang telah dipilah tersebut pada saat dibawa TPA akan dijadikan satu kembali di dalam kendaraan pengangkutan. Hal ini dikarenakan pada kendaraan pengangkut belum disediakan sekat pemisah yang sesuai dengan jenis dan sifat sampah.
Permasalahan keterbatasan lahan TPA ini juga dialami di TPA Piyungan yang merupakan TPA terbesar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Setiap harinya TPA Piyungan dijadikan tempat pembuangan akhir bagi sampah yang bersumber dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Lahan di TPA Piyungan semakin lama semakin terbatas untuk menampung sampah, hal ini dikarenakan kebanyakan sampah yang dikirim ke TPA Piyungan belum melalui pemilahan yang maksimal.
Permasalahan yang terjadi di TPST Piyungan sejak 2015 hingga saat ini masih belum dapat terselesaikan, selain itu adanya TPST Piyungan juga memberikan dampak besar bagi lingkungan fisik dan sosial. Penelitian difokuskan untuk melihat faktor penyebab terjadinya konflik, dan bentuk konflik yang terjadi antara warga terdampak dengan pengelola TPST Piyungan.
Sampah yang dibuang sembarangan dan dibiarkan bisa memicu datangnya berbagai bakteri, virus dan parasit yang masing-masing dapat membawa penyakit. Penyakit yang disebabkan Bakteri dari sampah contohnya, salmonellosis, shigellosis, keracunan makanan stafilokokus, infeksi kulit, dan tetanus. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh Virus bisa berupa trakhoma, hepatitis A, gastroenteritis dan lain-lain. Lalu Parasit yang berasal dari sampah dapat menimbulkan penyakit cacing tambang, cacing kremi, dan cacing gelang.
