Mohon tunggu...
Nadia Fatchu Ilmi
Nadia Fatchu Ilmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi pokoknya :)

Bio enaknya diisi apa?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kiprah Gerakan Dakwah Muhammadiyah: Sudahkah Modern dan Berkemajuan?

7 Juli 2021   21:35 Diperbarui: 7 Juli 2021   22:27 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Berdiri 33 tahun sebelum Indonesia merdeka, tak ayal jika Muhammadiyah menjadi organisasi yang memiliki andil besar dalam kemerdekaan bangsa. Pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan pada saat itu memiliki pemikiran berbeda mengenai Islam. Bukan tak sepakat dengan syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, melainkan tak sepakat dengan ajaran Islam yang terjadi di lingkungannya. Kauman, Yogyakarta. Berangkat dari tradisi-tradisi yang banyak ia temui di Kauman, Dahlan bertekad mendirikan organisasi Islam yang bertujuan untuk meluruskan ajaran-ajaran tersebut. Sehingga pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah dengan tujuan memurnikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah sehingga terwujudnya masyarakat Islam sebenar-benarnya yang adil dan makmur.

Tentu, mendirikan Muhammadiyah tidak serta merta mendirikan organisasi tanpa struktur dan kesiapan yang jelas. Berbekal gagasan-gagasan pembaharuan yang Kyai Dahlan peroleh saat berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, dan beberapa ulama besar lainnya, serta hasil dari membaca pemikiran-pemikiran para pembaharu Islam seperti Ibnu Taimiyah, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridla, Kyai Dahlan semakin yakin dapat memberikan pembaharuan yang baik di tanah air dengan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah.

Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah mengenalkan kegiatan-kegiatan yang "modern" yang mana pada saat itu kata "modern" kental dengan penjajahan atau Belanda. Sehingga tak ayal jika ulama-ulama besar di Kauman menentang kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh Kyai Dahlan. Dilansir dari website resmi Muhammadiyah, mengenai langkah pembaruan Kyai Dahlan, Adaby Darban (2000: 31) menyimpulkan hasil temuan penelitiannya sebagai berikut: "Dalam bidang tauhid, K.H Ahmad Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari segala macam syirik, dalam bidang ibadah, beliau ingin membersihkan cara-cara ibadah dari bid'ah, dalam bidang mumalah, beliau bersikukuh membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang pemahaman terhadap ajaran Islam, beliau merombak taqlid untuk kemudian memberikan kebebasan dalam ber-ijtihad."

Muncullah kata ijtihad yang mana sering diartikan dengan pembaharuan. Muhammadiyah memang selalu memberikan pembaharuan-pembaharuan dalam beberapa bidang. Seperti pada awal berdirinya, Kyai Dahlan dibantu dengan muridnya telah berhasil mendirikan "sekolah" Islam pertama yaitu Madrasah Ibtidaiyyah Diniyah Islamiyah yang menggunakan bangku, meja, biola, papan tulis, kapur, dan alat-alat modern lainnya yang biasa digunakan oleh sekolah Belanda. Hal ini merupakan pembaharuan dalam bidang pendidikan yang tidak keluar dari syariat Islam yang murni. Dalam pendidikan, Kyai Dahlan tidak hanya memberikan pengajaran berupa ilmu agama saja, melainkan ia juga mengenalkan kepada para santrinya beberapa ilmu pengetahuan umum yang wajib diketahui, mengingat pada zaman itu Belanda masih menguasai Indonesia dan pendidikan untuk pribumi sangat susah diperoleh. Rusli (2017) dalam Syaifudin, dkk. (2019) mengatakan bahwa bentuk sekolah seperti inilah yang mulai merubah cara pandang masyarakat yang awalnya hanya belajar di pesantren kini mulai beralih ke sekolah yang mengajarkan pelajaran umum. Dan sekolah tersebut merupakan embrio dari sekolah-sekolah yang tersebar pada zaman sekarang. Berdasarkan runtutan kejadian, pemikiran dan praktek langsung K.H. Ahmad Dahlan dalam tajdid pendidikan dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan Muhammadiyah merupakan gabungan antara agama, kehidupan dan pendidikan. Tiga komponen tersebut terikat dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Kuntowijoyo (1985: 36) dalam website resmi Muhammadiyah berpendapat bahwa gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek "iman" dan "kemajuan", sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya.

Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam Modern, mengusung dakwah Islam rahmatan lil 'alamin, selain juga Muhammadiyah mengusung Islam berkemajuan. Disinilah letak pentingnya Muhammadiyah di kancah pergulatan Islam Indonesia. Muhammadiyah tampak jelas berkontribusi dalam kemajuan bangsa. Meskipun Muhammadiyah tidak mendirikan partai politik, namun perkataan Buya Syafi'i Ma'arif dalam Nashir (2010) dalam Qodir (2019) senantiasa menekankan bahwa kader Muhammadiyah merupakan kemanusiaan, kader bangsa, kader Islam dan organisasi. Gerakan Muhammadiyah yang lebih menampakkan aksi nyata melalui pendidikan dan gerakan sosial merupakan fenomena yang secara signifikan mampu mematahkan tesis Donald Eugene Smith (1970: 2) yang secara serampangan menyimpulkan bahwa "secara umum dan benar, agama dipandang sebagai penjegal proses modernisasi".  Muhammadiyah dapat membuktikan bahwa agama tidaklah menjadi penghalang sebuah kemajuan dan pembaharuan sesuai zaman. Harus dimengerti bahwa revivalisme Islam bukanlah merupakan usaha untuk membangun kembali komunitas Islam awal masa kejayaan Nabi dalam maknanya yang literal dan kaku. Bukan pula sebagai usaha untuk memaksakan aplikasi al Quran dan al Sunah secara skriptural berbasis pada romantisme kesejarahan terhadap kondisi kekinian yang nyata-nyata berbeda dan lebih kompleks (Esposito, 1998: 57). Lebih dari itu adopsi kekinian dan akomodasi modernitas adalah sebuah keniscayaan yang harus diemban Muhammadiyah ketika mencoba mengusung agenda baru perubahan umat.

Selain dalam bidang pendidikan, pembaruan Muhammadiyah juga terlihat dalam bidang sosial-kemasyarakatan dengan berdirinya rumah sakit Muhammadiyah, panti asuhan Muhammadiyah, dan beberapa AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) lainnya. Pada tahun 2002, PP. Muhammadiyah mendirikan LAZISMU (Lembaga Amil Zakat Infaq Shodaqoh Muhammadiyah) yang dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia sebagai lembaga amil zakat nasional melalui SK No. 457/21 November 2002. LAZISMU selain berfokus pada kegiatan zakat juga memiliki program kerja beasiswa pendidikan bagi kader-kader bangsa yang kurang mampu ataupun yang beprestasi.

Memasuki abad kedua Persyarikatan Muhammadiyah, bagaimana Muhammadiyah mensyiarkan dakwah tajdidnya di era digital dan modern ini? Mengingat Muhammadiyah merupakan gerakan Islam Modern, apakah 108 tahun Muhammadiyah berdiri alam digital Muhammadiyah telah mengikuti setiap perkembangan teknologi saat ini?

Di era ini segala aktivitas bergantung dengan internet dan digital. Perkembangan teknologi membuat kehidupan umat manusia lebih digital dan modern. Sebagai organisasi tajdid, sudah sepantasnya Muhammadiyah telah beradaptasi dengan perubahan zaman ini. Dakwah Muhammadiyah tidak terbatas diatas mimbar melainkan juga dapat dilakukan melalui akun YouTube. Penyaluran zakat tidak terbatas mengirimkan zakat ke kantor LAZISMU melainkan dapat dilakukan dengan transfer, dll. Inovasi-inovasi kekinian seperti inilah yang sangat perlu digencarkan Muhammadiyah agar eksistensi Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid yang berkemajuan tetap terasa nyata di tengah zaman modern ini. Nashir (2019) Dalam Alka (2019) meminta Majelis Tarjih untuk menghadirkan dakwah dan tajdid di era media sosial dan revolusi 4.0, pedoman keagamaan atau keislaman untuk "hidup beradab di era medsos dan era 4.0. Dunia modern saat ini baik di tingkat global maupun nasional dan lokal antara lain memiliki kecenderungan "mengeras" (radikal, ekstrem) sebagai respons atau terkait dengan situasi kehidupan yang sarat antagonistik dalam berbagai aspek kehidupan.

Muhammadiyah harus memiliki inovasi-inovasi yang mengikuti perkembangan zaman agar pergerakan tajdidnya tidak terhalang oleh ketertinggalan teknologi. Alam digital Muhammadiyah harus mampu bersaing dengan gerakan-gerakan saudara lainnya. Jika gerakan saudara memiliki public figure atau influencer sebagai tokoh yang disukai banyak kalangan terkhusus anak muda, maka Muhammadiyah juga harus memunculkan tokoh tersebut. Bukan berniat untuk menyaingi ketenaran, melainkan untuk mebuktikan bahwa Muhammadiyah benar-benar merupakan organisasi Islam yang modern dan berkemajuan.

Setelah melewati beberapa penjelasan diatas, menurut pendapat subjektif saya sebagai penulis, Muhammadiyah telah melakukan banyak pembaharuan (tajdid) yang berkemajuan dalam kiprahnya lebih dari satu abad ini baik dalam bidang pendidikan, sosial-masyarakat, muamalah, dll. Namun Muhammadiyah masih harus banyak meng-upgrade dan memperbaiki gerakan dakwah digitalnya karena mau tidak mau, suka tidak suka Muhammadiyah harus menghadapi perubahan zaman dan kehidupan yang saat ini telah modern dan serba digital. Peran besar berada di pemikiran-pemikiran kader muda Muhammadiyah yang kelak akan merawat Muhammadiyah di era yang lebih modern lagi. Oleh karena itu, jadilah kader Muhammadiyah yang tidak hanya memperkaya otak dengan ilmu agama saja melainkan juga dibarengi dengan pemikiran-pemikiran yang progresif dan modern.

DAFTAR REFERENSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun