Dunia perfilman indonesia dihembuskan angin segar oleh kedatangan film "marlina si pembunuh 4 babak". film dengan genre satay western ini berhasil menarik perhatian netizen. Ops tunggu dulu, genre satay western ini sebetulnya film yang seperti apa sih? Seperti nya masih asing ya ditelinga kita. Menurut Mouly Surya, biasanya film Western bertempat di suatu daerah yang memiliki jarak dengan penegak hukum dan aparat. Selain itu, dalam film Western juga tampil tokoh jagoan yang sendirian. Â
Sosok jagoan yang sendirian dalam film ini adalah marlina. Secara singkat dikisahkan Marlina sesosok wanita yang berasal dari Sumba, baru saja ditinggal mati oleh suaminya. Namun karena tidak memiliki biaya, ia tidak bisa menguburkan suaminya dengan layak sehingga dibiarkan menjadi "mumi" di dalam rumahnya. Lalu datang segerombol perampok yang mencuri ternak dan ingin menggagahi Marlina. Untuk membela diri, Marlina membunuh para perampok dengan meracuni serta memenggal kepala sang pemimpin perampok.
film ini kental dengan unsur feminis dilihat dari bagaimana seorang wanita berjuang untuk mendapatkan hak dan menjaga kehormatan dirinya. Banyak pesan-pesan yang tersirat, terbungkus rapih dalam setiap adegan di film ini. Selain sosok Marlina adalagi tokoh yang mewakilkan bagaimana kuat nya seorang wanita yaitu tokoh bernama Novi.Â
Sesosok ibu muda yang mengandung anaknya lebih dari 9 bulan. Meski sedang mengandung bayi tetapi dia kuat untuk menempuh perjalanan jauh sendirian demi bertemu suaminya. Setelah bertemu suami nya pun ketika ia mendapatkan tamparan keras, dia masih tetap kuat dan meyakinkan suaminya bahwa dia tidak melakukan apa yang ditudingkan terhadapnya. Ditambah lagi ketika dengan gagah dia menolong Marlina saat Marlina akan di jahati oleh perampok. film ini Ibarat tamparan keras untuk menyadarkan masyarakat indonesia bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita masih sarat akan kasus pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga.
Kritikan terhadap tidak meratanya kesejahteraan taraf hidup di Indonesia juga digambarkan secara apik dalam film ini. Dari mulai sulitnya transportasi, teknologi komunikasi, sampai akses untuk mendapatkan perlindungan dari aparat negara.
Tidak lupa sang sutradara memanjakan mata para penonton dengan keindahan alam Sumba. Masih asri dan indah, belum banyak terjamah oleh polusi dan tangan jahil manusia. Dengan pengambilan gambar Extreme Wide Shot, seluruh keindahan alam tergambar jelas dalam 1 layar bioskop.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H