Mohon tunggu...
Nadia DesintaMaharani
Nadia DesintaMaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas kristen satya wcana angkatan 2020

Refreshing

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Budidaya Sawi Caisim Organik Menggunakan Teknik Wall Garden

26 November 2022   12:05 Diperbarui: 26 November 2022   12:08 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Teknik penamaan tanaman secara vertikal merupakan salah satu cara budidaya tanaman yang mudah dengan lahan sempit, terutama di daerah padat pemukiman. Bahan pembuatan media penanaman yang relatif mudah didapat seperti botol bekas dan tali yang diletakkan secara vertikal di tembok. Penanaman seperti ini memiliki keuntungan seperti risiko munculnya gulma lebih kecil, pengelolaan atau pengontrolan lebih mudah, penggunaan pupuk dan pestisida lebih efisien, dan tanaman mudah dipindah. Vertikultur merupakan salah satu metode penanaman tanaman hortikultura yang mengoptimalkan lahan sempit. Salah satu bentuk vertikultur yaitu wall garden yang dapat menggunakan media tanaman seperti cocopeat, arang sekam, pupuk kandang, dan tanah. Jenis tanaman yang dapat ditanaman di wall garden yaitu sawi dengan varietas sawi seperti sawi hijau, pakcoy, dan kailan (Karneta dkk, 2021).

Tanaman sawi merupakan salah satu tanaman yang mempunyai masa panen yang cukup singkat dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tanaman ini termasuk jenis sayuran yang dimanfaatkan bagian daunnya. Daun sawi berwarna hujau muda hingga berwarna hijau tua dengan ciri-cirinya berbentuk lonjong, lebar, permukaan daunnya tidak berbulu, serta bentuk tulang daunnya menyirip. Batang sawi hijau berukuran pendek yang digunakan untuk menopang daun sawi. Akar tanaman sawi hijau berupa akar serabut yang berkembang menyebar luas ke segala arah dengan kedalaman sekitar 4-6 cm yang berfungsi untuk  menyerap unsur hara. Tanaman sawi tahan terhadap curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan yang tepat untuk menanam sawi yaitu 1.000-1.5000 mm/tahun. Kandungan gizi sawi dapat mencukupi kebutuhan tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C (Paling dkk, 2019).

Di Indonesia, budidaya sawi caisim organik dengan metode wall garden lebih mudah dilakukan bagi ibu-ibu rumah tangga. Metode penanamannya pun lebih banyak dilakukan di daerah yang padat pemukiman sehingga dapat memanfaatkan pekarangan rumah. Hasil produksi penanaman sawi ini dapat dikomersialkan namun tidak secara luas atau masih berada disekitar rumah saja. Hal ini dikarenakan tujuan dari ibu-ibu rumah tangga yang menenam sawi untuk dikonsumsi sendiri. Pemilihan tanawan sawi ini dikarenakan dapat di olah menjadi berbagai olahan seperti sayur bening, salad, mie sawi, cendol sawi, maupun kripik sawi.

Proses budidaya sawi caisim dengan bentuk penanaman wall garden dimulai dari persiapan alat dan bahan yang diperlukan seperti botol yang telah dilubangi, tali, arang sekam atau pupuk kandang, benih atau bibit sawi, dan tanah. Langkah pertama menyediakan media tanam seperti arang sekam atau pupuk kandang dengan tanah. Pemberian pupuk ini pada tamaman diperlukan takaran yang tepat agar pupuk tidak terbuang sia-sia dan tanaman mendapatkan unsur hara yang tepat bagi pertumbuhannya yang ditanadai dengan banyaknya helai daun. Pemupukan pada satu tanaman sawi memerlukan tanah dan pupuk kandang sehingga menghasilkan perbandingan 1:1, selanjutnya mengatur pH tanah yang tepat untuk menjadikan unsur hara tersedia bagi tanaman pada skala keasaman tanah optimum antara 6 – 7. PH tanah dapat di atur menggunakan kapur dolomit sehingga pH tanah dapat naik, penurunan pH tanah dapat dilakukan dengan pemberian belerang. Setelah menyedikan media tanam yang tepat untuk menanam sawi caisim, bibit sawi yang telah mempunyai 3 helai daun dapat di pindah dimedia tanam tersebut. Kemudian dilakukan penyiraman sawi dilakukan secara berualang agar menjaga kondisi lingkungan sekitar tetap lembab. 

Hama yang sering menyerang tanaman sawi yaitu ulat, belalang, kutu daun, dan kumbang. Serangan hama dapat dikendalikan secara manual menggunakan tangan, maupun dikendalikan dengan menggunakan pestisida nabati. Penggunaan pestisida nabati yang digunakan pada tanaman lebih aman untuk lingkukan karena tidak meninggalkan sisa residu di permukaan daun. Pembasmian hama menggunakan pestisida nabati dilakukan secara berulang dan bertahap. Penanganan hama ini dilakukan dengan pemberian pestisida nabati yang berasal dari bawang putih, bawang merah, dan lidah buaya. Pestisida nabati berupa bawang merah dan bawang putih mempunyai kandungan yang membuat kutu daun dan ulat tidak nafsu makan yaitu allixin, adenosine, ajoene, flavonoid, saponin, tuberholosida, dan scordinin, selain itu bagian kulit bawang dapat memicu pertumbuhan buah dan bunga. Pada pemberian lidah buaya hanya diambil lendirnya yang dicampur dengan kedua bawang tersebut, yang dimanfaatkan agar cairan bawang dapat menempel lebih lama pada permukaan daun. Penyemprotan pestisida dailakukan pada pagi hari saat stomata daun masih terbuka (Tuhuteru dkk, 2019).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun