Bersekolah di Luar Negeri (LN) merupakan hal yang spesial dan unik bagi setiap orang. Pengalaman ini berkaitan erat dengan berbagai faktor, misalnya: negara tujuan, universitas, bidang studi yang diambil, bahasa pengantar, beasiswa, serta preferensi individual.
Menurut saya, tentunya lebih mudah jika tempat tujuan kita memiliki karakteristik yang serupa dengan kondisi kita di Indonesia. Misalnya: dari segi bahasa, makanan, geografis, dan adat budaya.
Saat ini saya sedang bersekolah di salah satu Perguruan Tinggi (PT) negeri di Negri Formosa atau yang dikenal dengan nama Taiwan (台灣) atau Republic of China. Saya mengambil bidang Master of Scince (MSc.) dari Industrial Engineering and Engineering Management National Tsing Hua University (國立清華大學)
Berikut saya jabarkan poin-poin utama yang menurut saya penting dalam memantapkan hati untuk berkuliah di luar negeri dari sisi soft-approach.
1. Bahasa dan adat budaya negara tujuan
Pada dasarnya bersekolah itu memerlukan usaha ekstra, pun bersekolah di LN memiliki tantangan tersendiri. Bagi saya, sekolah di suatu negara yang bahasa sehari-harinya bukanlah Bahasa Inggris merupakan sebuah tantangan. Walaupun 90% mata kuliah saya dengan pengantar Bahasa Inggris karena saya memasuki program internasional, 10% sisanya saya memang harus menguasai Bahasa Mandarin, yang saya sebut dengan Survival Chinese.
Di era yang semakin terbuka seperti saat ini, bagi saya, kemampuan dwi bahasa menjadi semakin umum. Saya melihat teman sejawat saya yang memiliki kemampuan tiga, empat, hingga lima bahasa.
Saya melihat orang-orang dengan kemampuan bahasa yang lebih memiliki daya saing dan daya adaptasi yang lebih cepat. Mereka juga biasanya tidak pemalu untuk melakukan komunikasi lebih dulu yang pada akhirnya mengantarkan mereka kepada kesempatan-kesempatan emas.
Kebudayaan negara tujuan juga merupakan consent penting bagi mahasiswa internasional. Karena dimana kaki berpijak disana langit dijunjung. Biasanya kita harus jeli menilai, apakah budaya di negeri tersebut: tertutup, terbuka, menerima imigran, memiliki tingkat edukasi yang tinggi, dst.
Kita bisa saja memutuskan untuk tidak berbaur sepenuhnya dengan lingkungan sekitar, namun saya melihat pula, biasanya mahasiswa-mahasiswa ini mendapati kesulitan saat ingin melakukan beberapa aktivitas, misalnya: travelling, mengurus dokumen untuk kepentingan sosial, bahkan memilih menu makanan.
Intinya, pertama-tama kita harus jeli melakukan pendekatan dan adaptasi di lingkungan yang baru dan juga menjembatani komunikasi antar perbedaan budaya dari negeri asal kita dan negeri tujuan.
2. Pengajar, teman perkuliahan, mata kuliah, dan jurusan
Sebelum memilih bidang studi yang hendak kita kuasai, ada baiknya kita melakukan observasi terlebih dahulu mengenai silabus perkuliahan, riwayat pendidikan pengajar, hingga kota dimana kampus kita berada. Mengapa hal ini penting? Setiap negara memiliki karakter profesionalitas yang berbeda. Saya mengenyam pendidikan S1 dari PT di Indonesia dalam bidang Industrial Engineering dan melanjutkan S2 dengan bidang yang sama namun rasa yang berbeda. Kerakteristik industri di Indonesia dan di Taiwan tentulah berbeda, teknlogi, serta latar belakang pendidik juga berbeda.
Hal ini tentunya disadari oleh banyak pelajar Indonesia yang berkuliah di LN bahwa seringkali, kami merasa, "harus mengulang" beberapa hal yang memang "kurang" dari ilmu yang didapat sebelumnya.
Seperti halnya kuliah di Indonesia, berkuliah di negeri orang juga ada tugas kelompok dan individual, maka dari itu penting bagi kita semua untuk mengenal teman-teman seperkuliahan kita jika ingin mendapat info terbaru seputar perkuliahan! Pada dasarnya berkuliah juga merupakan suatu fase dalam hidup kita untuk membangun relasi dengan pengajar, sejawat, dan profesional lainnya.
3. Kemampuan finansial dan pekerjaan sampingan
Pada umumnya, biaya hidup di LN relatif lebih mahal dari biaya hidup di Indonesia dan seringkali menjadi momok bagi pelajar Indonesia. Bagi sebagian orang yang memiliki dana yang memadai mungkin tidak terlalu menjadi masalah, namun bagi siswa dengan ekonomi pas-pasan seyogyanya tak perlu khawatir, karena bagitu banyaknya jalur beasiswa yang tersedia. Beberapa negara Eropa seperti Norwegia dan Swedia memberi kemudahan biaya pendidikan (free education dan student loan), sedangkan di United Kingdom dapat hanya mengambil S1 3 tahun dan S2 1 tahun untuk beberapa bidang. Di Australia tersedia beasiswa bagi pelajar yang berniat untuk berkecimpung di pemerintahan. Di negara-negara Asia Timur, terdapat berbagai beasiswa untuk mendorong internasionalisasi PT-nya. Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan China, berlomba-lomba menarik minat pelajar asing untuk bersekolah di negaranya dengan tingkat penerimaan yang lebih tinggi dibanding negara barat semisal Jerman dan United States.