Mohon tunggu...
Nadia Andjani
Nadia Andjani Mohon Tunggu... -

Jujur & Bertanggungjawab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

No Stigma, Please

29 Juli 2015   10:59 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:52 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang dengan HIV/AIDS (Odha) tidaklah mudah untuk membuka diri di dalam lingkungan keluarga bahkan di masyarakat. Mereka benar-benar menutupi status HIV-nya karena stigma dan diskriminasi di masyarakat terhadap Odha masih tinggi.

Dijauhi, dikucilkan, dilecehkan di masyarakat bahkan di lingkungan keluarga pun Odha sangat ditakutkan. Pertama kali seorang Odha mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV, rekasi mereka adalah akan menolak, marah, sedih, melukai dirinya sendiri bahkan mau bunuh diri. Maka, dukungan semangat dan moral sangat dibutuhkan oleh Odha.

Terkait dengan hal itu, maka dibentuklah sebuah wadah yang diberi nama Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) dan anggotanya tidak semua Odha. Organisasi sebuah KDS dibantu dan didampingi oleh seorang manajer kasus (MK) yang bertugas sebagai perantara dengan layanan dan dukungan kepatuhan minum obat.

Dalam kesempatan ini, saya diberi kesempatan untuk berkunjung di KDS di Malang, Jawa Timur, yang sebagaian besar anggotanya adalah waria. Banyak hal yang saya dapatkan di sini, terutama yang berhubungan dengan stigma Odha.

Menghilangkan stigma masyarakat terhadap Odha waria tidak semudah membalikkan telapak tangan. Di KDS ini ada kegiatan yang berusaha untuk meminimalisir stigma terhadap Odha waria. “Stigma timbul  disebabkan oleh berberapa hal, baik dari masyarakat maupun komunitas waria sendiri,” kata Yosie, MK KDS. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya stigma antara lain:

  • Minimnya pengetahuan masyarakat tentang HIV dan AIDS
  • Sesama waria tidak bisa membuka status HIV temannya ke orang lain karena adanya persaingan
  • Memberikan stigma terhadap waria yang meninggal karena HIV dan dilontarkan ke masyarakat sekitarnya

Kalau dilihat dari penyebab stigma di atas, dapat disimpulkan bahwa stigma bisa diminimalisir dengan melibatkan masyarakat dan komunitas waria. Pada pertemuan dengan Yosie selaku MK waria di Kota Malang, stigma terhadapat Odha waria dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

  • Sosialisasi HIV dan AIDS di dalam masyarakat
  • Komunitas harus membenahi cara bersikap yang negatif di dalam masyarakat
  • Menekankan kepada masyarakat bahwa waria Odha yang meninggal disebabkan oleh infeksi oportunistik, seperti TB, diare, gula darah dan yang lainnya, bukan karena HIV/AIDS.

Melihat cara-cara meminimalisir stigma masyarakat terhadap Odha di atas, menimbulkan pertanyaan bagi saya. Mengapa jawaban untuk meminimilasir stigma koq selalu selalu sama dengan daerah-daerah yang lain?

1 Sosialisasi HIV dan AIDS di dalam masyarakat. Saya tidak menyalahkan untuk pencegahan stigma tersebut, dan pencegahan tersebut ada benarnya tetapi saya akan memberikan saran agar metode penyuluhan HIV dan AIDS kedaerahan. Misalkan cara atau metode penyuluhan yang ada di Kota Malang harus berbeda dengan Kabupaten Malang. Sosialisasi HIV dan AIDS di Kota Malang lebih mudah daripada Kabupaten Malang disebabkan karena Kota Malang berhasil untuk program WPA (Warga Peduli AIDS) dan juga tingkat pendidikan masyarakat Kota Malang lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Malang. Saya menyarankan kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) agar mengisntrusikan kepada penyuluh-penyuluh HIV dan AIDS di daerah, sosialisasinya harus disesuaikan dengan karakteristik daerahnya masing-masing. Terkadang karakter yang sudah turun-temurun cenderung apatis terhadap ranah kesehatan termasuk HIV dan AIDS, jadi diharapkan pemangku kepentingan untuk masalah HIV dan AIDS dapat menemukan metode yang tepat untuk tipe masyarakat tersebut. Hal ini perlu dibicarakan dan dibahas di dalam Pernas AIDS V 2015 di Makassar.

2 Menekankan kepada masyarakat bahwa Odha waria yang meninggal disebabkan oleh infeksi oportunistik penyertanya, misalnya TB, diare, gula darah dan yang lainnya.Mengapa tidak menyebutkan secara langsung penyakit utama yang menyebabkan Odha tersebut meninggal? Kalau hal tersebut tidak disampaikan secara benar, maka akan menimbulkan stigma yang lebih dalam lagi sehingga menjadi diskriminasi yang buruk terhadap Odha.

Dengan kritikan saya di atas, saya mempunyai pemikiran bahwa stigma akan sulit untuk dihilangkan tapi bisa diminimalisir. Beberapa masukkan yang dapat saya berikan untuk meminimalisir stigma yaitu:

  • Melakukan sosialisasi HIV dan AIDS yang melibatkan Odha waria lokal
  • Pemberdayaan Odha setempat di wilayah mereka tinggal
  • Menciptakan metode sosialisasi baru yang bersifat kedaerahan

Harapan saya setelah menulis artikel ini yaitu kita semua harus peduli untuk meminimalisir stigma terhadap Odha di sekitar kita dan untuk pemangku kepentingan masalah HIV dan AIDS harus dapat menemukan metode sosialisasi baru yang bersifat kedaerahan. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun