Mohon tunggu...
nadia alfira
nadia alfira Mohon Tunggu... Mahasiswa

selenophile

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Makan Siang Gratis: Langkah Besar, Tapi Apakah Efektif untuk Kesehatan?

14 Oktober 2024   06:44 Diperbarui: 14 Oktober 2024   07:41 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kebijakan makan siang dan susu gratis yang digagas oleh Bapak Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming dengan anggaran 1,2 triliun rupiah per hari tentu menjadi langkah besar dalam mengatasi masalah kelaparan dan gizi buruk di Indonesia. Dengan menjangkau lebih dari 83 juta orang, mulai dari anak usia dini hingga ibu hamil, program ini bertujuan untuk memberikan akses makanan bergizi yang selama ini sulit dijangkau oleh banyak kalangan. Namun, meskipun niatnya mulia, ada banyak pertanyaan tentang apakah kebijakan ini benar-benar bisa mengatasi masalah gizi dalam jangka panjang atau justru menjadi solusi sementara yang tidak menyentuh akar permasalahan.

Kebijakan makan siang gratis tentu dapat memberikan bantuan langsung bagi jutaan anak-anak dan ibu hamil, namun program ini berisiko menciptakan ketergantungan pada pemerintah. Jika anak-anak dan keluarga terus mengandalkan makanan yang disediakan pemerintah, ada kemungkinan mereka akan mengabaikan pentingnya pola makan sehat yang harus dimulai dari rumah. Kebijakan ini hanya memberikan solusi jangka pendek tanpa mengatasi masalah utama, yakni kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi seimbang dan pola makan yang mandiri.

Selain itu, dengan anggaran yang terbatas, kualitas dan keberagaman makanan yang disediakan menjadi pertanyaan besar. Apakah setiap makanan yang disajikan benar-benar memenuhi standar gizi yang diperlukan? Makanan bergizi tidak hanya soal mengisi perut, tetapi juga tentang memenuhi kebutuhan mikronutrien yang tepat. Jika program ini tidak disertai dengan pengawasan kualitas yang ketat, maka kebijakan makan siang gratis bisa saja berisiko malah menciptakan masalah kesehatan baru, seperti obesitas atau gangguan metabolik, akibat makanan yang tidak seimbang.

Kebijakan yang menyasar 83 juta orang tentu menuntut pengelolaan yang luar biasa kompleks. Tidak hanya soal penyediaan makanan, tetapi juga distribusi yang merata di seluruh pelosok negeri. Jika pengelolaan ini tidak dilakukan dengan sangat hati-hati, bisa saja makanan tidak sampai pada mereka yang benar-benar membutuhkan, atau kualitas makanan menurun selama proses distribusi. Di sisi lain, infrastruktur yang ada saat ini mungkin belum siap untuk menjalankan program sebesar ini tanpa adanya kesalahan pengelolaan yang fatal.

Meskipun kebijakan makan siang gratis ini sangat berarti bagi mereka yang kesulitan mendapatkan makanan bergizi, kebijakan ini juga berisiko menjadi solusi sementara yang tidak mengatasi akar masalah gizi di Indonesia. Ketergantungan pada program ini dan potensi penurunan kualitas makanan bisa menjadi masalah serius yang menurunkan efektivitasnya dalam jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan, pemerintah harus fokus tidak hanya pada penyediaan makanan, tetapi juga pada edukasi gizi yang menyeluruh dan penguatan sistem pangan yang mandiri. Makan siang gratis bisa menjadi langkah awal yang baik, tetapi tanpa pengelolaan yang cermat dan perencanaan jangka panjang, kebijakan ini bisa berakhir sia-sia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun