Mohon tunggu...
Nadia Helma
Nadia Helma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Kejadian Bencana Alam di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2016-2012

21 Maret 2023   16:56 Diperbarui: 21 Maret 2023   20:37 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafik Rekapitulasi Data Kejadian Bencana Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2016-2012 (Dok. pribadi)

Bencana alam dapat dibagi menjadi dua kategori, bencana aktual dan bencana potensial. Bencana yang sesungguhnya adalah bencana yang tiba-tiba dan cepat, mencakup wilayah yang sempit dan memakan korban yang relatif banyak. Bencana sejati terdiri dari: Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor dan bencana lainnya. Bencana alam juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak wajar. Kabupaten Aceh Singkil adalah sebuah kabupaten di ujung barat daya Provinsi Aceh di Indonesia. Kabupaten Aceh Singkil merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Selatan yang dipimpin oleh Gubernur Provinsi Aceh, Prof. DR. H. Syamsudin Mahmud, M.Si. Kabupaten ini juga terdiri dari sebelas kecamatan dan dua kecamatan kepulauan yaitu Kecamatan Pulau Banyak dan Kecamatan Pulau Banyak, dengan luas wilayah 2.185,00 km. Kabupaten Aceh Singkil juga tidak terlepas dari bencana alam yang terjadi setiap tahun. Berikut rangkuman kejadian bencana alam selama lima tahun terakhir.

Dilihat dari grafik di atas, banjir merupakan bencana yang sering terjadi di Aceh Singkil yang meningkat signifikan pada tahun 2015 namun menurun kembali pada tahun 2016. Banjir merupakan bencana hidrometeorologi umum yang sulit diprediksi karena terjadi secara tiba-tiba dan dengan keteraturan yang tidak pasti. Daerah rawan banjir adalah daerah yang mudah atau rawan banjir. 

Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah rawan bencana alam dan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada musim hujan setiap tahunnya adalah banjir. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan daerah rawan banjir di wilayah Aceh Singkil. Metode survey ini menggunakan penjumlahan terbobot yang meliputi rating dan pembobotan. Tingkat risiko banjir ditentukan oleh parameter-parameter yang mempengaruhi banjir seperti curah hujan, kemiringan lereng, elevasi medan, penggunaan lahan, dan jenis tanah. 

Penerapan sistem informasi geografis digunakan sebagai model spasial dalam pemetaan risiko banjir dan hasilnya diinterpretasikan dalam bentuk peta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 60,31 ha lahan berisiko rendah (0,04%), 17.132,30 ha lahan berisiko tinggi (9,22%) dan 168.590 ha lahan berisiko tinggi (90,74%). Zona tingkat kerawanan banjir di Kabupaten Aceh Singkil terbagi menjadi tiga zona yaitu zona risiko rendah, zona risiko tinggi, dan zona risiko tinggi. Zonasi kawasan banjir di Kabupaten Aceh Singkil didominasi oleh kategori risiko tinggi dengan luas 90,74% dari total luas wilayah studi, diikuti kategori rentan dengan 9,22% dan kategori risiko sedang. 0,04% Faktor yang sangat mempengaruhi kerawanan banjir di Kabupaten Aceh Singkil adalah curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi yang rendah serta perubahan penggunaan lahan.

Kurva tertinggi kedua adalah bencana alam puting beliung. Alasannya biasanya karena biasanya ada angin kencang dan kondisi hujan yang kurang. Dan awan Cumulonimbus atau Cb yang memicu angin kencang.

KESIMPULAN

Penyebab banjir bisa disebabkan dari alam seperti curah hujan yang tinggi akan tetapi hujan juga bisa disebabkan oleh manusia karena penebangan pohon liar yang menyebabkan hutan gundul dan kurangnya kesadaran dari manusia itu sendiri yang menyebabkan buang sampah sembarangan yang dapat menyumbat saluran air yang menyebabkan air tidak bisa mengalir dengan semestinya.

REFERENSI

Wahyuni, Oktri Sri, Muhammad Rusdi, and Hairul Basri. "Analisis Zonasi Kerentanan Banjir di Kabupaten Aceh Singkil." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian 6.2 (2021): 143-155.

Harsa, Hastuadi, et al. "Pemanfaatan SATAID untuk analisa banjir dan angin puting beliung: studi kasus jakarta dan Yogyakarta." Jurnal Meteorologi dan Geofisika 12.2 (2011).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun