Gangguan mental, penderitanya sering orang panggil gila. Mereka berjalan dijalan dengan baju robek, tidak terurus dan berprilaku vulgar. Sering kali mereka juga dipasung atau dikurung dalam rumah karena dianggap akan melukai.
Mereka sering dikatai, dilempari, ditakuti walaupun mereka tidak melakukan apapun. Mereka hanya sakit, yang sebenarny tak ingin mereka derita, tapi dunia dan orang-orang terus menekan mereka dan setelah mereka tidak merasakan apa-apa, mereka masih saja dilukai.
Jangankan mereka yang tidak lagi sadar, yang masih sadar dan mampu menjalani hidup juga dipandang sebelah mata, padahal mereka perlu dukungan, motivasi dan rangkulan dari orang terdekat.
Penderita penyakit menular banyak yang berempati, sedangkan penderita gangguan mental seakan dipandang aib dan mesti dijauhi.
Semakin mereka bercerita, semakin banyak dihakimi. Hingga pada akhirnya mereka hanya mampu diam dan memendam masalahnya sendiri yang malah memperburuk keadaan.
Mereka tidak ingin sakit, tetapi sayangnya tubuh dan syaraf mereka tidak bisa diajak  bekerjasama. Mereka kelebihan neurotransmitter dopamine(Skizofrenia), kekurangan neurotransmitter serotine (depresi), kekurangan neurotransmitter dopamine(parkison), kekurangan neurotransmitter norepineprin (ADD/ADHD), ketidakseimbanngan  antara neurotransmitter dopamine dan neurotransmitter serotine (Bipolar) serta penyebab lain.
Mereka bukanlah orang yang tidak memiliki iman, yang memilih menggores kulit agar melihat darah. Mereka juga bukan disantet, bukan memperoleh dosa akibat pesugihan, bukan kurang iklas atau tidak memelihara jin.
Calon penderita mental banyak disekitar kita, mereka yang tiba-tiba diam dan menjauhkan diri dari pergaulan, atau mereka yang sering kita lihat lesu dan bahkan terdapat bekas luka di bagian yang sulit terlihat.
Ayolah... rangkul mereka. Mereka bukan pecandu narkoba.
Ketika ada ibu baru yang hanya terdiam ketika memandangi anaknya, yang tidak bisa keluar air susunya, atau perkembangan anaknya yang lambat. Jangan hujat. Kita hanya akan jadi pembunuh. Dukung mereka dan keluarganya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H