Hai ibu..
Kau tahu..
Hari ini ada wisuda..
Tapi mereka yang diwisuda bukan teman-temanku ibu..
Mereka adalah adik tingkatku dulu..
Sebenarnya hatiku perih ibu..
Aku ingin menangis..
Masih terngiang ucapanmu semalam ditelpon, ketika kau berkata ingin melihatku memakai topi wisuda.
Maaf aku malah menghardikmu ibu, aku hanya merasa kecewa pada diriku..
Sebegitu bodohnya kah aku?
Kenapa aku tak mampu...
Hai ibu..
Aku ingin berterus terang padamu..
Sebenarnya tahun lalu aku sudah di DO.
Aku tak berani mengatakannya, tapi aku juga perih ketika memaksamu berharap.
Aku tak berani meminta uang daftar ulang padamu ibu, sedang beasiswaku sudah berakhir.
Aku tahu bebanmu dan ayah.
Aku tak ingin menambah bebanmu dan ayah..
Sebenarnya..
Semua saudaraku menghardikku, aku tertekan dan merasa tersudutkan..
Aku tak tahu harus bagaimana ibu..
Ibu.. sekiranya
Ketika kau tahu nanti, apakah kau akan marah??
Aku takut ibu..
Tapi semua perkataan saudaraku juga menakutiku..
Aku tahu aku salah..
Tapi aku tak tahu harus apa..
Ibu..
Maafkan aku yg mengecewakanmu..
Mungkin kau tak kan pernah melihatku memakai baju wisuda.
Tak bisa berdiri dengan bangga mengatakan aku telah jadi sarjana..
Maaf ibu..
Maaf...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H