Mohon tunggu...
Nadia Faida
Nadia Faida Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi, Announcer. Bukan seberapa besar mimpi kita, tapi seberapa besar kita untuk mimpi kita. SFK

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Hati Seorang Bunda

4 Januari 2014   15:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13888222101131688161

Nak, Ibu tidaklah sempurna

Banyak khilaf dan lupa yang Ibu lakukan

Engkau pernah mengatakan “beruntung sekali Ibu mendapatkan Ayah”

ya Ibu selalu berusaha bersyukur atas apa yang Allah titipkan kepada Ibu, salah satunya adalah menikah dengan ayah

Tapi teladanilah hal-hal positif dari Ibu, sekali lagi Ibu tidaklah sempurna nak!

Yang baik saja jadikan pedoman, yang buruk jadikan pelajaran

Tadi saat perjalanan ke solo, Ibu mendengarkan ceramah dari seorang ustadz di mobilnya pamanmu

Kisah pada zaman Nabi, ada seorang istri shalihah yang masuk surga setelah Nabi Muhammad SAW

Fatimah bertanya kepada Nabi, dan penasaran kenapa wanita itu bisa masuk surga dengan mulianya

Kemudian Fatimah menuju rumah wanita itu, seraya membawa putra laki-lakinya yang masih kecil Hasan

“tok..tok.., Assalamu alaikum “ sapa Fatimah

“Wa’alaikumussalaam! Siapa di luar?” terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.

“Saya Fatimah, Putri Rosulullah,” sahut Fatimah kembali.

“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini Fatimah, putri Rosululah, sudi berkunjung ke rumah saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat ke pintu.

“Sendirian, Fatimah?” tanya seorang perempuan sebaya dengan Fatimah

“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.

“Aduh maaf ya,” kata wanita itu, suaranya terdengar menyesal. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki.”

“tapi hasan masih kecil, dia belum baligh” sahut Fatimah

“Meskipun kecil, Hasan adalah seorang laki-laki.” Kata wanita itu dengan nada menyesal.

Kemudian Fatimah pulang, dan kembali ke rumah wanita itu tanpa membawa putra laki-lakinya. Dan akhirnya si wanita itu mengizinkan Fatimah untuk masuk ke dalam rumahnya.

Ketika di dalam, wanita itu bersolek begitu cantik dengan menggunakan wangi-wangian di sekujur tubuhnya, selain itu wanita itu juga telah mempersiapkan berbagai permadani, lap dan cambuk.

Fatimah bertanya dengan penuh keheranan “ apakah engkau akan berpergian?”

Jawab wanita itu, “tidak, ini adalah waktu suami saya pulang. Saya hanya berusaha menyambutnya dengan berhias hanya untuk beliau”

Subhanallah, begitu takjub Fatimah dengan perlakuan wanita itu kepada suaminya. Namun rasa takjub itu tidak hanya berhenti sampai disitu saja, kemudian Fatimah bertanya lagi.

“lantas untuk apa engkau mempersiapkan permadani, lap dan cambuk?”

“permadani itu saya gunakan untuk menyambut kedatangan suami saya, lap tersebut untuk mengelap keringat suami saya selama seharian bekerja, dan jika semuanya sudah selesai saya lakukan, saya berikan cambuk tersebut kepada suami saya untuk memukul saya apabila selama saya memberikan pelayanan kepada suami saya, beliau merasa kecewa atau ada yang kurang berkenan” jawab wanita itu

“Masya Allah pantas saja Allah menjadikan wanita tersebut begitu mulia di sisiNya, hingga surga pun seakan menengadah membuka lebar pintunya untuk wanita sholehah ahli surga seperti yang baru saja kulihat”, ujar Fatimah dalam benaknya

Begitulah nak singkat ceritanya, sedikit samar-samar dalam ingatan Ibu siapa wanita itu.

Maklum nak, Ibu sudah tidak muda lagi

Mungkin engkau jauh lebih pintar dari Ibu, carilah tahu nak siapa gerangan wanita itu

Nak.. bagi seorang wanita dahulukan terlebih dahulu kewajibanmu sebagai seorang istri.

Bagi seorang wanita, muliakan terlebih dahulu suamimu, setelah itu baru Ibumu.

Bagi seorang laki-laki, Ibumu jauh lebih mulia dibandingkan istrimu.

Ada sebuah cerita lagi nak,

Dahulu kala pada zaman Nabi ada seorang lelaki sholeh yang sangat berbakti kepada Ibunya. Lelaki itu sudah berkeluarga, dan memiliki istri

Ketika pulang, ia membawa sekantong jeruk yang diberikan kepada istrinya

Sang Ibu merasa sakit hati, dalam benaknya Ibu itu berkata

“puluhan tahun aku membesarkan anakku, namun ketika dewasa kenapa ia tidak memuliakanku, kenapa ia tidak memberikan terlebih dahulu jeruk itu kepadaku?”

Kemudian sang Ibu masuk ke dalam kamarnya dengan rasa kecewa yang sangat mendalam

Padahal, selang beberapa menit kemudian lelaki itu menemui istrinya yang ada di dapur, dan menyuruh istrinya untuk memilihkan jeruk yang terbaik untuk ibunya

Kemudian istri dari lelaki itu memasuki kamar sang Ibu, seraya berkata “ bu, ini jeruknya”

Namun karena sang Ibu sudah terlanjur kesal dan marah, Ibu itu pun menolak "tidak aku sudah kenyang" dengan deraian air mata, Ibu itu pun menangis

Kemudian sampai pada suatu hari lelaki itu menemui ajalnya, para sahabat keheranan melihat lelaki itu merasa kesulitan ketika akan meninggal

Kemudian para sahabat memanggil Rasullah, “ya Rasullah, lelaki ini begitu rajin dalam ibadahnya, namun kenapa ia mengalami kesulitan di tengah ajalnya?”

Kemudian Rasulullah, mencari Ibu dari lelaki itu dan bertanya mengenai satu hal "apa Ibu pernah merasa sakit hati kepada lelaki ini?”

Sang Ibu menjawab,” iya, aku sangat marah kepada anakku”

“tolong maafkan dia” pinta Rasulullah

“tidak, aku tidak akan pernah memaafkanya. Aku sangat kecewa dan sakit hati karenaya” jawab Ibu itu

“baiklah, karena ia sulit mengatasi sakaratul maut, aku akan membakarnya” ujar Rasulullah

Seketika Ibu itu pun tersentuh hatinya, sambil bercucuran air mata “jangan, jangan bakar anakku. Aku akan memaafkanya”

Allahu Akbar, setelah ibu itu mengatakan bahwa akan memaafkan anaknya, Subhanallah sang anak langsung membaca kalimah syahadat “"AsshHaduala ilahailallah wa AsshHaduana muhammadurrasulullah",

Dari dua cerita di atas, terlihat jelas nak.. sebagai seorang anak lelaki memuliakan Ibunya jauh lebih penting, sementara bagi seorang anak perempuan muliakan suamimu terlebih dahulu, baru Ibumu

Kelak engkau akan tumbuh menjadi wanita dewasa nak, wanita yang akan mendampingi seorang lelaki dalam hidupmu, seorang lelaki yang akan menjadi imammu, menjadi ayah dari putra-putrimu, dan engkau pula akan menjadi estafet perjuangan bagi buah hatimu kelak

Jadilah seorang istri dan Ibu yang baik, jangan engkau biarkan suamimu mengalami nasib serupa seperti cerita diatas

Jangan kau biarkan suamimu masuk neraka hanya gara-gara Ibunya mengalami sakit hati karena suamimu lebih mengutamakanmu

Jadilah wanita yang penuh pengertian, amanah dan bertanggung jawab seperti wanita di cerita pertama

Ibu akan selalu mendoakan langkahmu, menjadi seorang wanita yang shalehah bagi suamimu, menjadi wanita penuh teladan bagi putra-putrimu kelak.

Semoga umur Ibu masih panjang, bisa melihat engkau sukses nak

Bisa melihat engkau bahagia mengarungi bahtera rumah tangga

Melihat tingkah lucu dari putra-putrimu

Nak, Ibu bersyukur engkau telah tumbuh menjadi dewasa

Engkau sudah terlihat berubah menjadi lebih baik

Semoga kelak istiqomah menjadi wanita sholehah

Nak.. jika boleh Ibu jujur

Setiap hari Ibu merindukanmu, menanti kepulanganmu

Setiap hari Ibu selalu menanti, kapan datangnya hari kamis

Karena dalam benak Ibu berkata,”alhamdulillah sudah hari kamis, ini saatnya putriku pulang”

Ketika kemarin engkau pulang, Ibu terus memikirkanmu Kondisi di luar hujan lebat, Ibu menanti dengan penuh cemas, Sambil memegangi telfon genggam berharap engkau akan membalas pesan atau menerima panggilan dari Ibu Namun rasa was-was itu Ibu coba usir perlahan, Ibu yakin Allah pasti bersamamu nak Ketika engkau pulang, senyum bahagia Ibu berikan Dalam hati kecil Ibu berkata, "nak jangan kau ulangi lagi, jangan engkau buat Ibu merasa cemas lagi, sungguh.. Ibu benar-benar takut"

Nak..

Setulus kasih Ibu menyayangimu

Ibu harap engkau tak akan pernah bosan mendengar cerita Ibu

01 Januari 2014, at 19.15

Setulus kasih dari seorang wanita tak sempurna,

Ibumu

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun