Siapa bilang Indonesia Gagap Teknologi (GAPTEK)? Sekalipun Negara ini, yang notabene di selimuti hutan rimba dan lebih di dominasi warga daerah perkampungan, tapi tetap saja bumi pertiwi ini selalu berusaha untuk maju, terutama di bidang teknologi. Bahkan di tahun 2009 - 2010, ranking Global Information Technology Report (GITR) yang dipublikasikan World Economic Forum (WEF), Indonesia berada di posisi 67 dari 138 negara. Hal ini tampak dari semakin meningkatnya peringkat Networked Readiness Index (NRI) di Indonesia. Menakjubkan bukan?
Melihat realitas yang ada, saya ingin sekali (atau lebih tepatnya bermimpi) memberi kontribusi yang cukup untuk tanah air tercinta kita ini. Seusai sekolah Menengah Kejuruan, saya yang jebolan SMK teknik telekomunikasi ini berupaya langsung mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang saya. Tak dapat di sangka, pada bulan Juni 2009 kemarin persis beberapa hari setelah pengumuman kelulusan, saya di terima kerja di sebuah perusahaan vendor telekomunikasi yang bermedia Very Small Aperture Terminal (VSAT). Sedikit informasi, VSAT adalah media telekomunikasi radio yang berbasis antena parabola yang diameter reflectornya kecil. Berkisar 0,8 m (yang sering di gunakan untuk televisi bermedia satelite seperti Telkom Vision) hingga 4,5 m (ukuran standar untuk hub remote).
Alangkah beruntungnya saya, ternyata tempat saya bekerja mendapatkan proyek Universal Services Obligation (USO) yang berhasil di tanda tangani oleh salah satu operator GSM terbaik di Indonesia, yakni PT. Telekomuniaksi Seluler atau yang sering kita sebut TELKOMSEL. Penandatanganan dilakukan oleh Dirut Telkomsel, Kiskenda Suriahardja dan Kepala Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) Ditjen Postel - Depkominfo Santoso Serad yang disaksikan oleh Menkominfo, Muhammad Nuh dan jajaran eselon I di Depkominfo di Jakarta pada tanggal 4 Februari 2009.Proyek ini di beri nama MERAH PUTIH oleh Telkomsel, karena proyek ini bertujuan untuk menyebarluaskan kemudahan berkomunikasi bagi seluruh warga di Indonesia, terutama di daerah pedalaman Indonesia dari sabang sampai marauke.
Singkat cerita, saya dan teman-teman teknisi di tugaskan di daerah pedalaman Tapanuli selatan, Sumatera utara. Tanggal (13/07) kami akhirnya berangkat. Dan sangat luarbiasa, baru kali itu saya melihat Indonesia. Ya, itulah Indonesia, Negara yang memiliki hutan yang terhampar luas dan laut yang terbentang indah.
Pelosok demi pelosok akan kami lalui. Desa-desa terpencil akan kami 'tempa' menjadi sebuah desa yang canggih, yang di lengkapi dengan peralatan Teknologi Informasi (IT) berupa telpon wireless dan computer. Tujuan lokasi desa pertama saya adalah desa Simambal, kec.Dolok, kab.Tapanuli Selatan, Sumatera utara. Awalnya saya sedikit khawatir, jika nanti mendapatkan warga yang notabene berbeda keyakinan dengan saya (muslim). Tapi ternyata, semua kekhawatiran itu kandas setelah melihat warga desa disana. Walaupun ada yang berbeda agama, tapi mereka sangatlah rukun. Di sana saya bertemu dengan orang-orang desa yang ramah dan bijak. Saya salut dengan mereka yang asli Indonesia. Bahkan anjing dan kucing desa pun terlihat akur sekali.
*****
Inilah yang hebat dari Indonesia. Di kesederhanaan rumah kayu desa simambal seperti di atas, terdapat alat telekomunikasi canggih sekelas perkotaan. Seperti 1 set computer LCD beserta kelengkapannya bagi desa yang terpilih menjadi"Desa pintar". Melihat hal ini seperti, umpama langit dan bumi. Di rumah kayu yang alasnya adalah tanah, tapi terdapat canggihnya Modem (Modulator - Demodulator) dan Router untuk jaringan VSAT. Juga ada Solar Panel System (SPS) dan juga Stabilizer.
Biasanya, pekerjaan selesai setelah tiga sampai enam hari disana. Dan selama disana, saya menjadi tamu yang sangat terhormat. Dengan makanan khas desa, kesantunan warga dan kepala desanya membuat saya tidak ingin berpisah dengan mereka. Namun apa daya, masih banyak desa yang harus saya singgahi untuk 'dicanggihkan'. Ucapan terima kasih dengan menggunakan bahasa batak mengiringi perpisahan kami dengan warga desa. Sungguh mengharukan. Tapi saya tak boleh hanyut dengan rasa ini, karena masih banyak tugas yang harus saya selesaikan.
Di desa ke-2 yang bernama Siloung, saya hanya akan meng-install perangkat telepon wireless. Fungsi telepon itu nanti untuk telepon desa yang di gunakan bagi seluruh warga desa setempat. Sehingga desa yang hanya di pasang jaringan telepon ini di sebut "Desa berdering" oleh proyek MERAH PUTIH Telkomsel ini. Sampai di sana saya langsung di sambut hangat oleh kepala desa dan warganya.
Setelah itu kami langsung bekerja sama memasang antena VSAT outdoornya. Outdoor VSAT ini terdiri dari perangkat Low Noise Block (LNB) yang berfungsi sebagai receiver atau penerima (hampir sama dengan penerima televisi yang di sebut LNA), lalu Radio Frequency Unit (RFU) sebagai transmitter atau pengirim. Di lengkapi dengan feedhorn sebagai antena, juga dish reflector untuk pemantul sinyal, serta boom atau tiang penyagah utama sebagai pondasinya. Kami pun bergotong-royong. Dengan ukuran dish 1,8 m, cukup besar bagi saya sendiri untuk mengangkatnya. Untunglah warga kampung siloung sangat ramah dan baik. Sehingga banyak sekali yang membantu.
Setelah status jaringanya online, lagi-lagi kami harus berpisah. Padahal baru empat hari saya disana. Sedih sekali rasanya jika harus meninggalkan harmonisnya suasana desa. Kalau saja Pak Habibi, Bapak Teknologi se-Indonesia ada disini, mungkin beliau juga akan terharu melihat warga desa di Indonesia ini. Tapi demi amanah dan tugas, kami lalui itu semua dengan semangat pejuang'45. Tak gentar mengarungi gunung-gunung tinggi Sumatera selatan, tak surut melewati rimbanya hutan dan derasnya sungai yang mengalir di desa-desa Tapanuli Selatan. Demi majunya Indonesia di bidang teknologi, sudah sepatutnya semangat MERAH PUTIH kita tegakkan di Indonesia, dari sabang hingga marauke!
HIDUP TEKNOLOGI INFORMASI INDONESIA! [caption id="attachment_103750" align="aligncenter" width="640" caption="Dok.Pribadi - Keluarga Kepala Desa dan saya"]