Mohon tunggu...
Nadhr
Nadhr Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengubah Kebiasaan Online: Algoritma Kebangsaan Sebagai Solusi dalam Membangun Masyarakat Digital

14 Juni 2024   12:20 Diperbarui: 14 Juni 2024   13:04 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter.com

Bahasa merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia, bahasa yang mempersatukan bangsa adalah Bahasa Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran dalam penggunaan bahasa di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila.

Pergeseran Penggunaan Bahasa

Pergeseran penggunaan bahasa yang paling terlihat adalah maraknya penggunaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, dalam percakapan sehari-hari serta penggunaan bahasa gaul yang merupakan kata serapan dan jelas tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia. Hal ini sering kali dianggap sebagai simbol modernitas dan pergaulan dan sering kali mengandung unsur SARA dan ujaran kebencian.

"Medsos hari ini banyak diisi dengan cacian makian, padahal seharusnya saling menguatkan. Nilai Revmen relevan dalam bermedia sosial untuk mempersatukan", tegas Arif Nur Hakim, ketua Perkumpulan Pemuda Manggala Nusantara. 

 Pada tahun 2020 Digital Civility Index (DCI) Microsoft mengumumkan bahwa Indonesia berada di peringkat 29 dari 32 negara dalam hal tingkat kesopanan netizen. Ini berarti Indonesia termasuk negara dengan netizen yang kurang sopan di dunia. Cukup miris bagi negara kita yang lebih dikenal sebagai negara dengan rakyat yang sopan dan ramah.

Hubungan Penggunaan Bahasa dengan Penyimpangan Nilai Pancasila

Pergeseran penggunaan bahasa ini dapat berakibat pada penyimpangan nilai-nilai Pancasila. Berikut beberapa contohnya:

  • Penggunaan bahasa asing yang berlebihan, memicu rasa minder terhadap bahasa dan budaya sendiri. Hal ini dapat melemahkan rasa nasionalisme dan patriotisme karena lebih memilih menggunakan bahasa asing yang menurutnya lebih keren dari bahasa sendiri.

  • Penggunaan bahasa gaul yang kasar dan mengandung unsur SARA dapat memicu perpecahan dan konflik antarumat beragama. Hal ini bertentangan dengan prinsip toleransi dan persatuan yang terkandung dalam Pancasila.

  • Penggunaan bahasa yang tidak baku dan tidak sesuai kaidah dapat menurunkan kualitas komunikasi dan pemahaman antarmasyarakat. Hal ini dapat menghambat persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti yang kita ketahui sekarang ini penggunaan bahasa Indonesia telah tergantikan dengan bahasa gaul dan kasar di kalangan remaja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun