Mohon tunggu...
Nadhofah
Nadhofah Mohon Tunggu... Guru - Nadhofah

Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelangi Kehidupan

21 Juni 2019   17:11 Diperbarui: 21 Juni 2019   17:20 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Romadlon baru saja berlalu, sebulan penuh menahan lapar dan dahaga, menepis nafsu angkara murka, melembutkan rasa, meluaskan iba, pada sesama, pada si fakir simiskin papa, pada yatim piatu, mengusap manja, berbagi rezeqi, 

Sampai tiba saatnya hari fitri 1 syawal  1440H. 

Berkumandang takbir menggema dilangit seantero jagad, bergetar hati mengalun rindu ingin pulang ke kampung halaman, mengais cinta  dari ke2 emak dan bapak, ingin kupeluk manja bersama cinta  kasih sayangnya, ingin kudengar  sepatah dua patah petuahnya,

Tapi apa daya, mereka berdua telah berpulang ke haribaan Nya,

Meleleh airmata membasahi muka, mengharu biru mengenang cintanya, kasihnya, perjuangannya, penderitaannya, jasanya, dan semuanya, aku ingin membahagiakanmu wahai emak dan bapak, walau di alam yg berbeda.

Kuziyarohi makamnya, ku elus kuusap batu nisannya, kubacakan yasiin tahlil dan do'a, bersama gerimis air mata, semoga panjenengan berdua, bahagia di alam baka. Semoga bersemayam di sorga.

Kami masih melanjutkan mengukir pelangi kehidupan, hingga saatnya nanti kami pun menyusulmu ke alam penantian yang indah. Menuju Jannah, semoga

Kepanjen, 20062019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun