Kehidupan sosial masyarakat yang ada di Indonesia memiliki ciri khasnya masing-masing. Dalam kehidupan bermasyarakat, nilai-nilai Agama sangat penting. Karena Agama, akan menjadi pedoman bagi seseorang untuk berperilaku. Agama menjadi sebuah kebutuhan bagi manusia.Â
Agama tidak hanya mengatur soal hubungan manusia dan Sang Pencipta, melainkan juga hubungan sesama manusia. Rasanya Agama itu seperti penguat bagi seseorang untuk menghadapi tantangan hidup. Sebagai individu yang tinggal dalam sebuah masyarakat kita harus memperhatikan bagaimana cara kita berperilaku. Alangkah baiknya, jika perilaku itu didasari oleh nilai sosial.Â
Nilai sosial berguna untuk mengendalikan setiap perilaku atau tindakan dari individu atau anggota dalam masyarakat, sehingga membantu kita menjalani hidup dengan baik. Perilaku keagamaan merupakan perilaku dari seseorang sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah Agama.
Pada umumnya, masyarakat desa dikenal memiliki jiwa kekeluargaan yang tinggi. Masyarakat pedesaan sering melakukan kegiatan secara gotong royong. Â Olehsari, Desa yang terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.Â
Mayoritas warga desa memeluk agama Islam namun, Toleransi terhadap perbedaan agama masih terlihat di desa ini. Kondisi sosial keagamaan di desa terlihat dari aktivitas-aktivitas seperti: Sholat berjamaah di masjid, pengajian, Khotmil Qur'an , anak-anak belajar mengaji di beberapa TPQ  dan  suasana keagamaan akan semakin terasa saat bulan ramadhan atau saat perayaan hari besar agama Islam.Â
Mata pencaharian masyarakat Desa pada umumnya adalah dalam bidang pertanian, peternakan, dan perdagangan. Seperti mata pencaharian warga Desa Olehsari yang mayoritas bertani dan berdagang.
Desa Olehsari, terkenal dengan kacang unting. Di beberapa rumah nampak ibu-ibu yang sibuk membersihkan kacang tanah. kacang tanah itu akan diikat menjadi satu (unting). Kacang unting yang sudah direbus akan dibawa dan dijual hingga ke Bali. Penjualan kacang unting juga menjadi sumber penghasilan bagi banyak warga desa.
Masyarakat Jawa mengenal budaya Selamatan, Selamatan sendiri merupakan bentuk dari rasa syukur kepada Tuhan yang dilakukan dengan do'a lalu makan bersama. Di desa Olehsari ini juga bisa ditemukan budaya Selamatan (Selametan). Contohya Selamatan saat malam tahun baru Hijriah yang berlanjut dengan oncor-oncoran. Tradisi oncor-oncoran tidak hanya ditemukan di desa Olehsari, karena tradisi ini menjadi tradisi lokal yang ada di kota Banyuwangi.
Selain itu, Desa Olehsari juga memiliki tradisi turun-menurun yang masih bertahan sampai saat ini, yaitu Tari Seblang. Seblang merupakan contoh dari tradisi yang ada di masyarakat. Seblang bertujuan untuk bersih desa, Seblang merupakan gabungan dari kata Sebele dan ilang. Ritual Seblang digelar di bulan syawal, yang berlangsung selama 7 hari. Penarinya merupakan gadis muda yang dipilih berdasarkan garis keturunan dari penari Seblang sebelumnya.Â
Penari Seblang memakai Omprok di kepalanya, terbuat dari daun pisang yang masih muda dan dihiasi bermacam-macam bunga. Penari Seblang menari dalam keadaan tidak sadar (Kerasukan). Penari Seblang diiringi oleh tiga pawang laki-laki dan dua pawang wanita. Seblang menari dengan diiringi musik gamelan dan gending khas suku Using. Puncak dari ritual seblang pada hari ke-7, ditutup dengan ider bumi dan Selamatan.
Kehidupan sosial keagamaan di masyarakat desa tidak bisa lepas dari tradisi dan kebudayaan. Tradisi dapat dipahami sebagai sebuah etika untuk mempertahankan kearifan lokal.