Mohon tunggu...
Nadhira Haque Ramadhania
Nadhira Haque Ramadhania Mohon Tunggu... Bankir - Mahasiswa

Hobi : Menulis, Membaca, Menghitung, Olahraga, Berkemah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Kehidupan: Menghadapi Ancaman Terhadap Puspa dan Satwa Indonesia

29 Desember 2024   18:09 Diperbarui: 29 Desember 2024   18:09 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dikenal dengan keanekaragaman hayatinya yang luar biasa. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan berbagai ekosistem, Indonesia menyimpan lebih dari 300.000 spesies flora dan fauna, menjadikannya salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Namun, di balik keindahan dan kekayaan ini, terdapat ancaman serius terhadap keberlangsungan hidup puspa dan satwa yang menjadi ciri khas negeri ini.

Keanekaragaman hayati Indonesia mencakup berbagai spesies endemik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Salah satu contohnya adalah orangutan, yang hanya dapat ditemukan di Sumatera dan Kalimantan, serta harimau Sumatera yang kini terancam punah dengan populasi tersisa sekitar 400 ekor (IUCN, 2021). Selain itu, bunga Rafflesia arnoldii, yang dikenal sebagai bunga terbesar di dunia, juga merupakan salah satu contoh spesies unik yang terancam akibat perusakan habitat.

Salah satu ancaman terbesar terhadap spesies terancam punah adalah perusakan habitat. Menurut data Global Forest Watch, Indonesia kehilangan sekitar 1,1 juta hektar hutan setiap tahunnya antara 2000 dan 2018. Hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembalakan liar, konversi lahan untuk pertanian, dan pembangunan infrastruktur. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa lebih dari 50% hutan di Indonesia telah hilang dalam beberapa dekade terakhir. Perusakan habitat ini tidak hanya berdampak pada spesies endemik, tetapi juga mengganggu ekosistem secara keseluruhan.

Perburuan liar juga menjadi masalah serius. Menurut laporan TRAFFIC, lebih dari 1.000 spesies hewan dan tumbuhan dilindungi terancam oleh perdagangan ilegal. Banyak satwa diburu untuk diambil bagian tubuhnya, seperti kulit dan gading. Di Kalimantan, diperkirakan bahwa 50% dari populasi orangutan telah hilang dalam 20 tahun terakhir akibat perusakan habitat dan perburuan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya habitat yang terancam, tetapi juga keberlangsungan spesies itu sendiri.

Masyarakat memiliki peran penting dalam pelestarian puspa dan satwa. Banyak komunitas lokal berupaya menjaga lingkungan mereka melalui praktik berkelanjutan. Di beberapa daerah, petani beralih ke metode pertanian organik yang tidak merusak ekosistem. Program edukasi untuk anak-anak juga sangat penting dalam menciptakan kesadaran lingkungan, mengajarkan mereka cara menjaga alam dan memahami pentingnya keberagaman hayati.

Menurut data dari KLHK, lebih dari 60% masyarakat di daerah pesisir terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Namun, tantangan tetap ada. Banyak orang yang kurang sadar akan pentingnya pelestarian. Oleh karena itu, program pelestarian yang melibatkan masyarakat setempat terbukti lebih efektif, karena mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan mereka.

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi spesies terancam punah dengan menerapkan berbagai kebijakan dan regulasi. Taman nasional dan cagar biosfer dibentuk untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Namun, implementasi kebijakan ini seringkali menghadapi kendala, seperti kurangnya dana dan sumber daya.

Taman nasional seperti Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah contoh upaya pelestarian yang efektif. Taman-taman ini tidak hanya melindungi habitat tetapi juga membantu meningkatkan pariwisata yang berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Menurut UNESCO, Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu Situs Warisan Dunia yang diakui karena keanekaragaman hayatinya.

Lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga berperan aktif dalam pelestarian. Mereka melakukan penelitian, advokasi, dan program rehabilitasi untuk spesies yang terancam. Contohnya, program rehabilitasi orangutan oleh Yayasan Borneo Orangutan Survival tidak hanya menyelamatkan orangutan yang terluka tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melindungi spesies ini.

Kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan masyarakat sangat penting dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Dalam acara Forum Bumi yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia, Dr. Rina Herawati, seorang ahli ekologi, menekankan pentingnya kolaborasi dalam pelestarian: "Kita tidak bisa bekerja sendirian. Pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Setiap individu memiliki peran, dari pemerintah, LSM, hingga masyarakat. Jika kita bersatu, kita bisa mengubah nasib puspa dan satwa yang terancam punah."

Inovasi teknologi juga berkontribusi dalam pelestarian spesies. Penggunaan drone untuk memantau hutan dan mendeteksi aktivitas ilegal, serta aplikasi berbasis smartphone untuk melaporkan perburuan liar, semakin populer. Sistem pemantauan berbasis satelit juga memungkinkan otoritas untuk merespons lebih cepat terhadap ancaman yang muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun