Mohon tunggu...
Nadhira Faiza Zahira
Nadhira Faiza Zahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Buku Islam, Kepemimpinan Perempuan dan Seksualitas

16 November 2022   06:29 Diperbarui: 16 November 2022   06:36 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Buku karya Bu Neng Dara Affiah, M.Si. yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia pada 2017 ini menggambarkan bagaimana perempuan sebenarnya berhak pula dan layak atas segala hak yang juga diterima oleh laki-laki. Ayat al-Qur'an yang menyatakan "Laki-laki adalah qowwam dan bertanggung jawab terhadap kaum perempuan" (An-Nisa:34) ditafsirkan sering kali sebagai posisi superior para laki-laki yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk mendidik perempuan, dan sebagai pemimpin. Padahal jika ditelusuri lebih dalam, penulis menjelaskan bahwa konteks kelahiran ayat ini bukan dalam konteks kepemimpinan melainkan dalam hubungan suami istri. Bahwa sebuah kata juga dapat bergeser maknanya seiring dengan konteks ruang dan waktu. Al-Quran juga menjelaskan tiap-tiap dari kita (Laki-laki dan Perempuan), sama-sama mengemban amanah menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. Penulis juga memaparkan pendapat Fatima Mernissi tentang hadis yang dianggap 'menolak' kepemimpinan perempuan yang berbunyi "Lan yufliha qaumun imra'atan" yang berarti "Tidak akan berjaya suatu kaum/masyarakat jika kepemimpinannya diserahkan kepada perempuan". Penulis memaparkan bahwa lagi-lagi kita harus melihat kepada konteks hadis tersebut muncul dan siapa periwayatnya. Mernissi menghimbau untuk berhati-hati dalam memaknai teks keagamaan yang selama ini diyakini sebagai kebenaran, tetapi ternyata memiliki kesalahan dan berimplikasi pada keterpurukan perempuan.

Buku ini juga menjelaskan, meskipun Islam tidak membatasi perempuan untuk menjadi pemimpin, pemimpin perempuan di kalangan umat Islam masih terbatas jumlahnya. Hal ini terjadi disebabkan banyak faktor yang membuat potensi perempuan dalam memimpin menjadi terhambat. Misalnya dari ego kolektif masyarakat yang masih menganggap bahwa perempuan adalah pelengkap dari laki-laki, dan laki-laki sebagai manusia utamanya. Penulis mengatakan bahwa sangat penting untuk membentuk sebanyak mungkin pemimpin perempuan dalam berbagai aspek kehidupan di segala bidang. Hal ini bisa dimulai dengan membentuk pola pendidikan watak kepemimpinan sedari kecil, membuat kesamaan akses dan peluang yang sama bagi laki-laki dan perempuan, memberikan kebebasan untuk memilih sesuai hati nurani, melatih perempuan, dan menghapuskan kerangkeng bahwa perempuan adalah makhluk lemah yang harus selalu di lindungi setiap saat.

Buku ini membuka wawasan saya lebih luas lagi bagaimana Islam bukan hanya memuliakan perempuan, tetapi juga memperbolehkan dan mendorong setiap manusia yang diciptakan-Nya adalah pilihan terbaik sebagai khalifah di dunia ini. Bahwa kita sebagai perempuan, berhak mendapatkan hak dan peluang yang sama sebagaimana laki-laki. Bukan untuk mengalahkan, menyaingi, apalagi melawan laki-laki, tetapi untuk berdiri sama tegaknya, sama kuatnya, dan sama pentingnya dengan laki-laki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun