Membahas mengenai tentang kehadiran virus COVID-19 pada bulan akhir di tahun 2019, virus COVID-19 ini secara cepat menyebar hampir diseluruh negara di dunia. Dalam hal tersebut segala kegiatan kehidupan berubah, perubahan secara signifikan mulai dari kegiatan yang biasa dilakukan dengan langsung tanpa adanya gap (jarak) antara manusia dengan manusia lainnya mulai perlahan terkikis. Bukan hanya itu saja dalam sektor kehidupan dari sektor Sosial, Kesehatan, Ekonomi, Politik hingga Pendidikan mengalami kekacuannya dan memiliki tantangan masing-masing dalam menghadapi virus tersebut. Â Virus Covid-19 tak hanya mempengaruhi aspek kesehatan, melainkan menembus pula kehidupan sosial, perekonomian, hingga pemerintahan (Gennaro et.al., 2020). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi global sejak 11 Maret 2020 (World Health Organization, 2020).
 Setelah ditetapkan sebagai pandemic secara global, kegiatan - kegiatan yang berbasis tatap muka atau secara langsung bahkan hingga sampai mengumpulkan banyak orang diberhentikan dengan istilah lockdown. Istilah lockdown sendiri diartikan sebagai penguncian, penguncian disini sebagai sebuah tindakan pembatasan secara luas diberhentikannya aktivitas sementara. Lalu, kegiatan tersebut digantikan dengan penggunaan jejaring social media yang disebut daring. Hampir setiap negara yang terjangkit virus COVID-19 melakukan lockdown selama beberapa hari hingga berminggu minggu, untuk memastikan dan menghambat laju penyebaran virus COVID-19 tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut ada beberapa negara yang akhirnya 'sukses' dalam penanggulangan virus COVID-19, namun disisi lain ada beberapa negara yang bisa dibilang 'belum mampu' menanggulangi virus tersebut.
 Pada negara-negara yang 'sukses' menangani virus COVID-19 dapat meminimalisir korban bahkan tidak menimbulkan korban sama sekali, namun berbanding terbalik dengan negara yang 'belum mampu' menangani virus tersebut dengan kasus korban yang semakin meningkat. Selain itu, di beberapa negara yang sudah menerapkan lockdown sejak awal sudah dapat melakukan aktivitas seperti biasa, tetapi disisi lain masih ada beberapa negara yang akhirnya masih melakukan aktivitas secara daring, mungkin di berbagai wilayah di negara lain juga masih ada yang menerapkan prokol kesehatan. Jauh diluar itu juga masih ada negara negara yang berjuang sampai saat ini melawan virus COVID-19, salah satu contoh negara yang masih menghadapi virus COVID-19 serta masih banyak kegiatan yang dilakukan secara daring dan menerapkan protocol kesehatan yaitu, Indonesia.
 Pada sektor pendidikan misalnya, dalam hal ini perubahan secara signifikan diberlalukan pada bidang pendidikan. Mulai dari kurikulum hingga tahap belajar dan mengajar. Perubahan kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan di dalam kelas, namun di masa pandemic hal tersebut harus dilakukan dan beralih dalam ruang zoom atau secara daring. Selama masa pembelajaran memalui daring kesulitan dan tantangan dialami baik guru maupun siswa terlebih lagi bagi siswa yang berada dalam ekonomi kelas bawah. Kebutuhan akan memenuhi kegiatan pembelajaran daring justru sangat menjadi kesulitan bagi mereka.
 Sulitnya keadaan ekonomi ditambah dengan pandemic bagi siswa atau anak yang berada pada ekonomi kelas bawah sangat menjadi beban mereka. Namun, disisi lain akses pendidikan yang sangat dibutuhkan pula. Dalam hal tersebut menjadi focus bagi sebagian masyarakat yang mana pada akhirnya menghadirkan sebuah Pendidikan Alternatif untuk membantu mereka. Pendidikan alternatif  merupakan usaha atau proses pengubahan sikap dan tata laku yang menjadikan keharusan bagi seseorang atau sekelompok dalam mendewasakan manusia melalui pengajaran atau pelatihan. Pendidikan alternatif tidak diartikan sebagai "pengganti sekolah formal" melainkan mencari materi dan metode dedaktik baru sampai kurikulum baru. Menurut Nunuk Murniati dalam buku yang berjudul Belajar Sejati Vs Kurikulum Nasional, mengemukakan bahwa pendidikan seharusnya bersifat kontekstual, harus disesuaikan dengan lingkungan. Pendidikan untuk kaum marjinal pun demikian.
 Wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah pada seluruh anak yang sudah memasuki usia wajib belajar tanpa ada hambatan masih belum terjamin pemerintah. akses anak-anak usia wajib belajar untuk menikmati bangku sekolah dihadang aturan-aturan administratif maupun seleksi atau tes kemampuan akademik. Hal inilah yang membuat masyarakat kelas marjinal semakin sulit untuk mendapatkan pendidikan. Dikala pendidikan formal di Indonesia didera berbagai masalah seperti biaya pendidikan yang mahal, fasilitas pendidikan yang minim, bangunan sekolah yang tidak layak, tenaga pengajar yang tidak merata, dan meningkatnya jumlah anak yang putus sekolah, ujungnya akan berimplikasi terhadap rusaknya sistem sosial kita. Sehingga seharusnya pendidikan alternatif menjadi sebuah solusi ditengah kesulitan masyarakat marjinal untuk dapat mengakses pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah harus memandang pendirian sekolah alternatif sebagai instrument penting dalam mengatasi masalah pendidikan yang holistik. Hal ini tentu saja mengharapkan adanya kesetaraan perlakuan antara lulusan sekolah formal dan sekolah alternatif terutama kesempatan dalam sistem sosial dan ekonomi.
 Didirikannya pendidikan alternatif oleh pemerintah dan swasta atau masyarakat sipil yang tidak kalah kualitasnya dengan sekolah-sekolah yang kualitasnya bagus walau tidak perlu mengeluarkan biaya. Seperti sekolah QT di Salatiga dan SMA Alfa Centauri di Bandung yang benar-benar gratis tanpa dipungut biaya ini membuat banyak orang berminat untuk bersekolah disana tanpa perlu memikirkan perekonomian keluarga.
 Sekolah alternatif yang ada di sekeliling masyarakat kita yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta bisa dibentuk seperti membangun sekolah yang benar-benar gratis tanpa dipungut biaya sekalipun atau membayar sekolah dengan biaya yang murah, lalu ada sekolah kesetaraan untuk orang-orang yang putus sekolah dan ingin melanjutkan pendidikan, ekskul untuk mengembangkan kemampuan anak, kursus-kursus untuk membentuk skill individu agar mampu bersaing, bimbingan belajar untuk anak yang kurang puas dalam menerima pendidikan di sekolah, dan adanya taman bacaan untuk masyarakat agar meningkatkan kemampuan literasi mereka.
- Dampak dari didirikannya sekolah alternatif ini seperti tujuannya yaitu tersedianya layanan pendidikan bagi kaum marjinal, sehingga anak kaum marjinal yang keluarganya tidak memiliki ekonomi cukup mereka tetap dapat mengakses pendidikan.  Konstruksi peran yang dapat dilakukan oleh civil society yaitu dengan memberi bantuan secara langsung seperti dirikannya sekolah gratis tadi atau berbagai bantuan lainnya dalam masalah biaya pendidikan. Kontribusi lain yang dapat diberikan adalah adanya pemberdayaan, pemberdayaan ini  bisa dari masyarakat sekitar atau relawan untuk membantu dalam terwujudnya pendidikan untuk semua masyarakat khususnya anak yang memasuki wajib sekolah.
- Pendidikan alternatif tersebut salah satunya diemban oleh YAYASAN GEMILANG INDONESIA JAKARTA (Alternatif)Yayasan Gemilang Indonesia yang mengembangangkan pendidikan formal bagi anak pemulung di daerah Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Yayasan ini mengembangkan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) bagi anak pemulung tanpa dipungut biaya.  Untuk mengakomodasi kebutuhan mereka dalam pendidikan Al-Qur'an, yayasan  tersebut juga mengembangkan sebuah rumah Qur'an yang tidak hanya menyasar anak-anak namun juga orang tua dan masyarakat sekitar.
- Semua siswa tidak dikenakan biaya sepeserpun. Bahkan mereka mendapatkan seragam dan juga asupan tambahan lainnya seperti gizi, rekreasi dan lain sebagainya. Pendanaan yayasan ini berasal dari donasi masyarakat sekitar dan dari berjualan baju layak pakai. Jumlah keseluruhan siswa yang belajar di program Yayasan Gemilang Indonesia tercatat pada bulan Februari tahun 2018 sejumlah 259 anak. Yayasan Gemilang Indonesia memiliki 6 relawan. Masing-masing anggota memiliki tugas yang diatur dalam Garis-garis Besar Haluan Organisasi. Kemudian rambu-rambu tersebut diterjemahkan lebih detail dalam program kerja. Melalui program kerja ini, kinerja para anggota dapat dievaluasi dan dikontrol. Adapaun program dan kegiatan yang dilakukan dalam pendidikan alternatif ini:
Â
1. Program Pendidikan
 a. Rumah Singgah