Mohon tunggu...
Nadhila
Nadhila Mohon Tunggu... -

Berbagi yang dirasakan dan diresahkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untuk Laki-laki yang Kusebut Ayah

29 April 2017   21:59 Diperbarui: 29 April 2017   22:33 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.allmommythings.com

Anggap saja ini surat yang ku tuliskan untuk kau temukan entah dimasa yang mana.

Untuk laki-laki terhebatku. Ketika semua orang berkata, seorang ayah adalah cinta pertama putrinya sayangnya itu tidak berlaku untuk kita. Cinta pertama ku adalah kepada seorang laki-laki tinggi, berkulit gelap dan pemilik senyum manis. Jangan dulu bersedih, itu bukan berarti aku tidak mencintai mu karena bentuk cinta antara keduanya berbeda. Kau adalah manusia pertama yang membuat perasaan kasih dan sayang tumbuh dalam hati ku. Tanpa syarat. Tanpa pendekatan, bunga, kabar setiap saat atau ucapan selamat malam. Karena yang kau beri lebih dari itu, karena kasih dan sayang mu tak pernah terucap tapi selalu terasa, setiap detiknya dan tak pernah mengenal tanggal kadaluarsa.

Untuk mu, pahlawan keluarga. Terimakasih telah membuat masa kecil ku terasa menyenangkan ketika kau menunda keberangkatan dinas hanya untuk membuatkan layang-layang untuk ku. Terimakasih telah mencukupi semua inginku saat masih kecil yang berujung pada rasa iri dihati abang hahaha… terimakasih telah membantu ku mengerjakan PR. Membelikan ku alat masak-masakan dari plastik dan tanah liat. Membantu menyirami bunga disamping rumah kita. Terimakasih telah mengizinkan kami, memelihara kucing dirumah dan ikut menyayanginya.

Untuk mu, laki-laki yang sering aku kecewakan. Maafkan putri kecil mu yang melalui masa remajanya dengan nilai akademis yang biasa saja, yang tak bisa u banggakan ketika para ayah-ayah sedang berbicara mengenai anak-anaknya. Maafkan putri mu yang melalui masa remajanya tanpa melibatkan kau didalamnya. Seperti kebanyakan ABG labil yang masih cari tau ini-itu, aku lebih suka berbagi dengan kawan daripada dengan mu, bukan Karena aku tak peduli tapi karena aku rasa engkau akan kurang mengerti. Ini masalah anak muda. Seperti itulah kira-kira. Maafkan putri mu yang tidak selalu menurut dan mematuhi nasehat juga perintah. Maafkan putri mu yang pernah ke luar kota tanpa izin hanya untuk melihat konser band kesukaannya.

Untuk mu, laki-laki kesayangan ku. Terimakasih telah menanamkan nilai agama sedari kecil. Terimakasih telah mengajari mengaji, orang pertama yang membuatku hafal ayat kursi. Terimakasih untuk omelan mu ketika aku pergi keluar rumah (dengan jarak yang dekat) hanya dengan memaki celana pendek. Terimakasih telah membuatku tumbuh dengan nilai-nilai yang baik, tapi maafkan jika akhlak ku masih penuh cacat sampai sekarang. Maafkan aku, belum bisa menerapkan semua yang kau ajarkan. Aku selain tumbuh dalam rumah juga tumbuh dalam dunia luar, dunia yang ternyata menawarkan banyak dosa dengan caranya, dan sedihnya aku pernah melalui itu semua. Maafkan usaha keras mu untuk menjadikan ku baik masih sering aku sepelekan. Sungguh, itu bukan salah mu. Itu adalah aku yang tidak punya self control yang baik.

Untukmu, laki-laki yang paling aku tunggu kepulangannya. Terimakasih telah menjadi partner debat mama yang paling sabar. Yang ketika mama mulai mengomel kau akan melirik kami dengan jenaka dan membisakan kata-kata, seakan-akan berkata “tenang, ayah dipihak mu”. Terimakasih telah menjadi partner terbaik ku untuk kulineran, yang tidak pernah menolak setiap kali aku minta ditemani dan dibayari untuk makan sate kambing, gulai, sop ayam, gado-gado, bebek goreng, hunting  pepes pemalang, jalan-jalan buat sekadar membuat tentram cacing-cacing diperut.

Untuk mu, laki-laki yang selalu ngambek kalau aku bilang sedang diet. Aku mengerti sebagai seorang kepala keluarga kau sungguh tidak sempurna. Tidak selalu bisa mengerti kami. Kadang masih ada sifat dan perilaku dari mu yang tak pantas kami contoh. Aku mengerti tidak mudah mengemban tanggung jawab ini. Bisa jadi kau menyembunyikan sedih dalam tidur mu atau menyembunyikan khawatir dalam pertanyaan mu.

Untukmu, laki-laki yang selalu aku sebut dalam doa. Terimakasih telah membersamai  sejauh ini. Telah menyediakan peluk dan kasih sayang untuk selalu pulang. Telah berusaha keras untuk membuat semua tercukupi. Terimakasih disetiap sujud  mu nama ku disebut. Maafkan jika sampai sekarang aku belum bisa membuat mu bahagia dan bangga. Maafkan sekarang, kita semakin jarang memiliki waktu bersama. Aku lupa, selain aku yang tumbuh dewasa, engkau juga tumbuh menua. Tapi percaya, tak pernah aku alpa menyebut mu dalam setiap doa. terimakasih tidak pernah mengekang dan selalu membebaskan mimpi anak-anak mu. tidak membatasi ruang gerak karena kepercayaan mu. 

Untukmu, laki-laki yang aku sebut ayah. Selamat ulang tahun, aku tau perayaan ulang tahun bukan tradisi keluaraga kita karena seperti kata mu, hal itu tidak ada dalam agama. Tapi tak apa yaa aku mengucapkan dan menuliskan ini untuk mu. Semoga Allah memberi kelimpahan kebahagian dan rezeky juga memberi kesehatan serta umur yang panjang, biar tetap ada yang nemenin aku hunting kuliner malam-malam, biar nanti waktu kita ke toko olah raga bukan lagi ayah yang Tanya

“jadi mau cari sepatu yang kayak gimana?” tapi giliran aku yang bilang “jadi, ayah mau raket tenis yang mana, biar Nadhila yang bayar” :)

Untuk kado terindah yang pernah Allah beri, aku menyayangi mu tanpa syarat. Tanpa tanggal kadaluarsa.

Surakarta, 29 April 2017.

Dari putri mu, Nadhila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun