Pembelajaran diferensiasi muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk mengakomodasi keberagaman peserta didik dalam kelas. Dalam konteks pendidikan, setiap peserta didik memiliki kecepatan belajar dan gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga metode pengajaran yang sama tidak dapat efektif bagi semua peserta didik. Istilah diferensiasi dalam pendidikan merujuk pada praktik mengajar yang mengakui perbedaan individual antara peserta didik dalam kelas dan menyesuaikan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan unik mereka. Tujuan utama diferensiasi adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan memungkinkan mereka belajar dengan cara yang paling sesuai untuk mereka.
Pembelajaran diferensiasi telah lama diakui sebagai bagian integral dari praktik pengajaran yang baik dan telah diadopsi oleh banyak guru dan sekolah di seluruh dunia. Seiring perkembangan teknologi dan informasi, pembelajaran diferensiasi juga semakin mudah dilakukan melalui pendekatan teknologi yang inovatif, seperti penggunaan pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran online. Pembelajaran diferensiasi dalam arti luas dapat dimaknai sebagai praktik mengajar yang berbeda-beda dari peserta didik dalam satu kelas. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengakui perbedaan dalam kemampuan, gaya belajar, minat, dan kebutuhan peserta didik, dan menciptakan lingkungan belajar yang dapat menyesuaiakan pengajaran agar sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Prinsip utama dari pembelajaran berdiferensiasi, yaitu 1) pengakuan perbedaan individual, 2) penyesuaian pengajaran, 3) pengajaran berbasis pada tujuan, 4) fleksibilitas, 5) pembelajaran terpadu. Praktik pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan penerapan kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka dirancang untuk memberikan kebebasan kepada sekolah dan guru dalam memilih materi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik di lingkungan mereka. Pada kurikulum merdeka, peserta didik menjadi subjek utama sehingga kebutuhan belajar menjadi hal yang penting untuk dipenuhi oleh guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik, selain itu peserta didik menjadi nyaman karena kebutuhan belajarnya terpenuhi. Pembelajaran berdiferensiasi menjadi sangat penting pada abad ke-21 karena dunia saat ini telah berubah secara dramatis, termasuk dalam hal teknologi dan demografi. Pada masa lalu, pendidikan didasarkan pada pendekatan satu ukuran yang digunakan untuk semua peserta didik. Namun, sekarang kita memahami bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan yang berbeda diperlukan untuk mengakomodasi perbedaan ini.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu cara berpikir yang sangat penting tentang proses pembelajaran pada abad ke-21 ini. Diferensiasi adalah praktik menyesuaikan kurikulum, strategi mengajar, strategi penilaian, dan lingkungan kelas dengan kebutuhan semua peserta didik. Kelas yang berdiferensiasi memberikan jalur yang berbeda bagi peserta didik untuk mendapatkan isi, untuk memproses informasi dan ide-ide, serta untuk mengembangkan produk/hasil belajar yang menunjukkan sejauh mana pemahaman yang diperoleh peserta didik. Praktik pembelajaran selama ini kurang mengakomodir perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik. Padahal, secara alamiah setiap individu adalah khas (unik). Setiap individu memiliki kekhasan sendiri. Oleh karena itu, sudah seyogyanya pendidik memfasilitasi perbedaan-perbedaan individu (peserta didik) tersebut dalam pembelajaran.
Berbagai macam perbedaan dimiliki oleh peserta didik di sekolah, di antaranya: jenis kelamin, budaya, tingkat kognitif, kemampuan, inteligensi, gaya belajar, bahasa, dan minat. Untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif di kelas diferensiasi, beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
(1) Merencanakan kelas berdirensiasi. Dalam merencanakan kelas berdiferensiasi, ada tiga aspek yang sangat penting, yakni: (a) mengklarifikasi materi, (b) mendiagnosa kesiapan peserta didik, dan (c) mendesain pengalaman belajar yang bervariasi.
(2) Mengatur kelas berdiferensiasi. Beberapa ahli merekomendasikan para guru agar mengembangkan template untuk mengatur tugas peserta didik.
(3) Penilaian dalam kelas berdiferensiasi. Penilaian dalam kelas berdiferensiasi bersifat tanpa henti dan merupakan bagian yang terpadu dengan pembelajaran. Langkah awal penilaian adalah mengumpulkan informasi diagnostik untuk mengembangkan profil belajar peserta didik dan untuk mengetahui apa saja yang diketahui oleh peserta didik, serta apa saja yang dapat dilakukan oleh peserta didik terhadap materi tertentu.
(4) Peran guru dan peserta didik. Guru menjadi fasilitator dan pelatih, sedangkan peserta didik menjadi peserta yang aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Peserta didik membuat pilihan berdasarkan minat dan pilihan belajar mereka, belajar sendiri, saling menjadi tutor sebaya, dan bekerja dalam kelompok kecil.
(5) Lingkungan belajar. Lingkungan kelas berdiferensiasi memiliki banyak sekali jenis aktivitas belajar dan ragam situasi pengelompokan.
Guru hendaknya menerapkan strategi yang baik tepat dalam mengelola kelas berdiferensiasi. Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran berdiferensiasi, yaitu (1) mengembangkan profil peserta didik, (2) memberikan materi dengan format bervariasi dan tingkat kesulitan berbeda, (3) melihat proses kognitif yang berbeda, (4) memberikan pilihan dalam kegiatan belajar dan penilaian, (5) pembentukan kelompok kecil dan melakukan pengelompokkan yang fleksibel, (6) menggunakan kontrak belajar, (7) melakukan pemadatan kurikulum, (8) menggunakan tutor sebaya, mentor, dan ahli, (9) melihat kecerdasan jamak, (10) mempertimbangkan gaya belajar dan pilihan peserta didik, (11) melakukan eksplorasi cubing, (12) mengatur kelas berpusat pada minat belajar, (13) menggunakan strategi pembelajaran berkelompok dan pembelajaran berbasis masalah, dan (14) merancang tugas-tugas berjenjang.