Sering kita mendengar tentang kenakalan remaja yang seakan-akan tak kunjung usai persoalannya. Dari balap liar, minum-minuman keras, tawuran atau ricuh antar kedua belah pihak, dan lain-lain. Perbuatan yang mereka lakukan tersebut banyak menimbulkan keresahan yang dirasakan oleh masyarakat sehingga menjadi masalah sosial bagi mereka dan sudah pasti membahayakan diri sendiri.Â
Menurut (N. Puspita) Kenakalan remaja dapat dikategorikan menjadi masalah sosial karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Termasuk mencoret-coret tembok sembarangan juga menjadi salah satu bentuk dari kenakalan remaja. Perilaku tersebut jelas sekali akan merepotkan banyak pihak.Â
Tembok yang semulanya bersih, rapih, dan enak dipandang seketika menjadi kotor, semrawut, dan tidak enak dipandang. Setelah saya mencari tau melalui berbagai media ternyata kenalakan remaja ini terjadi karena banyak faktor.Â
Dasar dari alasan mengapa terjadi kenakalan remaja itu terjadi dikarenakan ketidaksesuaiannya anak atau remaja dengan  aturan yang ada seperti aturan keluarga, orang tua, adat istiadat.Â
Menurut saya kasus yang saya amati di atas termasuk contoh dari Teori Konflik Lewis A. Coser. Karena apa yang saya rasakan tentang perilaku remaja di atas memancing kita untuk menyampaikan ketidaksetujuan, merasa ingin melawan kalaupun memiliki kemampuan, atau setidak-tidaknya kejengkelan.
Saya mengenal teori konflik Lewis A. Coser ini dari sebuah buku yang berjudul "20 Tokoh Sosiologi Modern" karya Rachmad K. Dwi Susilo (2016). Dari buku ini jelaskan bahwa apa yang dikritik Coser bisa dikembangkan dengan  baik melalui upaya pelacakan sosiologi lewat sumber utama, terutama yang telah dikerjakan dan terangkum digagasan sosiologi klasik.Â
Coser menggunakan dan memanfaatkan warisan dari sosiolog terdahulu. Irving M. Zeitlin menyatakan bahwa Coser ingin menjelaskan konsep sosial dan menyatukan skema konsep sesuai dengan data yang berlangsung dalam konflik (Zeitlin, 1995:157).Â
Dengan masalah di atas dan dengan landasan teori konflik tersebut, saya memahami jika kenakalan remaja bukan suatu hal yang harus selamanya dibenci, dihindari atau bahkan dicaci maki.Â
Dengan konflik diatas di atas bisa diolah menjadi suatu kegiatan yang bermanfaat dan menjadi suatu hal yang positif jika ada wadah untuk perilaku coret-coret tersebut.Â
Maka dibuatlah tempat khusus coret-coret yang sudah tertata rapih dan justru mengharuskan para remaja untuk menorehkan seni mereka melalui kuas dan dinding-dinding yang sudah disediakan.
Seharusnya masih banyak lagi kritikan Coser tentang pengembangan gagasan dari pada tokoh yang menerangkan berbagai macam gagasan yang menurut Coser harus ditelaah dan dirubah dengan sebagaimana mestinya.Â