Mohon tunggu...
Nadhifa Fitrina
Nadhifa Fitrina Mohon Tunggu... Lainnya - NADHIFA FITRINA

A final year journalism student at the Jakarta State Polytechnic with experience writing articles on online media such as Kompasiana. I am an enthusiastic and highly motivated individual. Am looking for an opportunity to develop my skills to work in the field of content writing. I am a hard worker, diligent, and develop with the qualities that I provide in everything I do.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Inspiratif Pedagang Kerak Telur Lapangan Banteng

29 Mei 2023   14:29 Diperbarui: 30 Mei 2023   20:53 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Faisol Yusuf, Pedagang Kerak Telur Lapangan Banteng/Fotografer: Nadhifa Fitrina

         

JAKARTA -Jakarta memiliki tempat paling asyik untuk berburu kuliner. Kerak telur menjadi salah satu simbol masyarakat Betawi di Jakarta. Hingga saat ini, kerak telur masih menjadi ikon kuliner di kota Jakarta dan tetap populer dicari oleh para pengunjung saat ini.k telur dijumpai saat pesta rakyat Jakarta, seperti ulang tahun kota Jakarta. Menariknya, kerak telur terkenal dengan proses pembuatannya yang unik.

Siapa yang tidak kenal dengan kerak telur, jajanan khas Betawi ini tidak hanya digemari oleh warga Jakarta. Warga luar Jakarta banyak yang menggemari jajanan mirip telur dadar ini. Makanan khas Betawi ini mungkin telah jarang beredar di pasaran. 

Makanan khas Betawi ini yang terbuat dari campuran beras ketan, telur bebek, dan kelapa parut sangrai. Menurut Faisol Yusuf, pedagang kerak telur yang sudah 25 tahun berdagang di kawasan Lapangan Banteng ini memiliki resep rahasia tersendiri. Dia menuturkan, bahwa dalam perpaduan kombinasi bumbu sedikit mengalami perubahan dari kerak telur pada umumnya.           

"Bahan utama dalam membuat makanan tradisional ini sangat sederhana, yaitu telur ayam maupun telur bebek. Kerak telur yang saya buat memiliki ciri khas pada bumbu. Saya tambahkan rempah-rempah khas kuliner Jawa Timur agar lebih wangi dan rasanya berbeda dengan kerak telur biasanya, dan per porsi kerak telur ditawarkan dengan harga Rp.20.000 rupiah."  terangnya.

Faisol Yusuf yang merupakan pemilik dari kerak telur Lapangan Banteng mengatakan bahwa jajanan khas Betawi ini berada di titik yang stabil. "Semakin ke sini, sebetulnya tidak semakin digemari, tetapi tidak dilupakan juga. Namun, karena makanan ini bukan makanan pokok, ya jadi kadang peminatnya juga masih kalah dengan makanan viral kekinian," ujarnya.

Selain itu, Faisol Yusuf telah memperluas jangkauan pasar dan peminatnya lewat strategi penjualan digital marketing. Baginya, ini merupakan salah satu langkah untuk mencegah kerak telur agar tidak semakin tergeser dan dilupakan masyarakat. Pedagang kerak telur di kawasan Lapangan Banteng yang keberadaannya kian terkikis, seiring lunturnya kebudayaan asli Jakarta.

"Kalau melihat perkembangan kerak telur saat ini, sebenarnya marketnya tetap ada. Tapi, sekarang orang-orang selera makannya lebih ke junk food, fast-food. Jadi, kita harus belajar untuk selalu berinovasi akan kuliner asal Betawi ini. Kami pun manfaatkan media sosial dan aplikasi pesanan online. Karena itu satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan," terangnya.

Maka, Faisol Yusuf yang merupakan salah satu pedagang kerak telur membuat sebuah inspirasi baru, guna melestarikan keberadaan makanan khas tersebut, yang sama artinya dengan menjaga eksistensi budaya Betawi. Oleh karena itu, Faisol Yusuf selalu bersemangat untuk terus mencari ide kreatif dari jajanan kerak telur. Dengan adanya inovasi dan kreasi baru yang diciptakan, bertujuan agar kuliner tradisional ini tidak tersingkirkan. (NF)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun