Mohon tunggu...
Amalia Amiqotun Nadhifa
Amalia Amiqotun Nadhifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PPG Prajabatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Keterampilan Sosial dan Empati: Strategi Intervensi Awal dalam Pencegahan Bullying di Kalangan Anak-Anak

16 Maret 2024   10:43 Diperbarui: 16 Maret 2024   10:46 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bullying atau perundungan di kalangan anak-anak akhir-akhir ini semakin menjadi perhatian utama dalam dunia pendidikan juga kesejahteraan anak, sebagai seorang pendidik penting bagi kita untuk mengeksplorasi strategi intervensi awal yang efektif. Tingkat kekhawatiran yang semakin tinggi akan hal tersebut, penting bagi sekolah untuk mengadopsi pendekatan dalam mencegah serta mengatasi masalah ini. Sekolah sebagai salah satu tempat tumbuh kembang anak akan memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan tindakan bullying. Intervensi awal dalam pencegahan bullying menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan mendukung pertumbuhan positif siswa. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif adalah membangun keterampilan sosial dan empati di kalangan anak-anak.

Definisi bullying sendiri adalah sebuah kata dari bahasa inggris yang artinya penindasan. Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan terror (Abdullah dan Ilham, 2023). Termasuk juga tindakan yang direncanakan maupun yang spontan bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak.

Ada beberapa jenis bullying antara lain:

  • Perundungan fisik
  • Tindakan perundungan fisik akan terlihat jelas dan dirasakan korban. Biasanya pelaku merasa lebih kuat dari pada korbannya sehingga merasa sangat berkuasa akan tindakkannya.
  • Perundungan verbal
  • Perundungan dengan menggunakan kata-kata atau pernyataan yang menyakitkan bagi korban. Jenis bullying ini terkadang sulit untuk diidentifikasi secara langsung, sehingga sering terabaikan.
  • Cyberbullying
  • Pemanfaatan teknologi secara salah untuk melakukan perundungan seperti untuk melecehkan, mengancam, sampai mempermalukan korban dalam upaya penindasan. Pelaku dengan mudah melakukannya secara online di mana saja dan kapan saja.
  • Pelecehan seksual
  • Tindakan penindasan yang merugikan seseorang secara seksual. Contohnya pemanggilan nama yang bersifat seksual, gerak tubuh yang vulgar, atau sentuhan yang tidak mendapat persetujuan.
  • Perundungan emosional
  • Perundungan yang terjadi saat pelaku mendapat apa yang diinginkan dengan cara membuat korban merasa marah, takut, cemas, hingga tidak nyaman.

            Bullying memiliki dampak negatif tidak hanya bagi korban, namun juga bagi pelaku, dan lingkungan sekolah. Korban bullying dapat mengalami stress, kecemasan, dan depresi, sehingga sangat berdampak pada kesehatan mental. Hal lainnya dapat berakibat pada kesulita dalam berkonsentrasi sehingga mengalami penurunan prestasi. Bagi pelaku, di masa dewasa dapat kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat dan beresiko terlibat perilaku agresif atau kriminal yang lebih serius. Lingkungan sekolah yang tercipta akan menjadi terasa tidak aman dan nyaman bagi seluruh pihak, dari siswa, guru, hingga staf sekolah, yang dapat mengganggu kesejahteraan secara keseluruhan.

            Peran intervensi awal dalam mencegah kasus bullying sangat penting karena dapat mengidentifikasi dan mengatasi masalah sebelum semakin memburuk. Sekolah dapat mendeteksi tanda-tanda bullying dengan intervensi awal. Pengamatan yang dilakukan yaitu terhadap perubahan perilaku, kinerja akademik yang menurun, atau laporan dari siswa, orang tua, atau staf sekolah. Sekolah dapat bertindak dengan cepat dan tegas terhadap kasus bullying yang terjadi. Tindakan program pelatihan atau kampanye kesadaran bullying dapat memberikan kesempatan untuk menyampaikan informasi tentang pentingnya mencegah bullying dan membangun budaya sekolah yang aman dan inklusif.

            Fokus pengembangan keteramoilan sosial dan empati ini adalah pada anak-anak sebagai langkah penting. Masa anak-anak berapa dalam masa pertumbuhan karakter dan kepribadian, sehingga perlu pembentukan sedini mungkin agar menjadi dasar yang kuat. Pentingnya empati untuk memahami perasan orang lain dapat meningkatkan kesadaran dari dampak negatif perilaku terhadap orang lain. Jika anak memiliki keterampilan sosial dan empati yang baik akan lebih mampu berinteraksi secara positif dengan orang lain serta memahami konsekuensi dari setip tindakan yang dilakukan. Belajar untuk memahami dan merasakan empati terhadap orang lain akan cenderung menjadi individu yang bijaksana dalam mengambil keputusan, sehingga akan memilik bertindak dengan cara yang baik dan menghindar perilaku yang merugikan.

Keterampilan   sosial   merupakan pengetahuan  tentang  perilaku  manusia  dan  proses  antar  pribadi,  kemampuan  memahami  perasaan,  sikap, motivasi  orang  lain  tentang  apa  yang  dikatakan  dan  dilakukannya,  dan  kemampuan  untuk  berkomunikasi dengan jelas dan efektif serta kemampuan membangun hubungan yang efektif dan kooperatif (Sembiring, 2023). Memiliki keterampilan sosial juga sebagai kemampuan untuk berinteraksi dalam lingkungan sosial dengan cara yang tepat, bisa diterima, dan dinilai menguntungkan orang lain. Saat pembelajaran guru dapat menjadi contoh yang baik dalam menunjukan keterampilan sosial seperti komunikasi yang efektif, kerjasama, dan resolusi konflik yang konstruktif dalam interaksi mereka dengan siswa dan antar sesama guru. Mengadakan diskusi kelompok dan debat tentang topik-topik yang relevan dapat membantu siswa berlatih mendengarkan, berbicara, dan memahami sudut pandang orang lain. Memberikan umpan balik yang konstruktif dan teratur kepada siswa tentang perilaku sosial mereka dapat membantu mereka memahami kekuatan dan area perbaikan mereka serta merangsang refleksi diri.

Dalam  konteks pendidikan empati, tidak hanya diajarkan untuk merasakan emosi orang lain, tetapi juga untuk secara aktif memahami perspektif mereka dengan mengambil peran dalam situasi tersebut dan mengenali kompleksitas emosi yang mereka alami (Aulia dkk, 2024). Empati memainkan peran kunci dalam mengurangi perilaku bullying. Memiliki kemampuan empati, individu cenderung lebih mampu memahami dampak dari tindakan mereka pada orang lain. Hubungan yang positif antar individu akan terjalin dengan memahami perasaan dan perspektif orang lain. Dengan begitu keterhubungan sosial yang kuat dan positif satu sama lain terikat secara emosional dan saling mendukung, sehingga menciptakan lingkungan yang inklusif dan saling peduli.

Langkah praktis yang dapat diterapkan sebagai strategi intervensi awal dalam pencegahan bullying di sekolah antara lain:

  • Membuat kebijakan sekolah yang jelas dan komprehensif tentang tindakan bullying
  • Melakukan pemantauan dan evaluasi teratur terhadap lingkungan sekolah untuk mengidentifikasi pola-pola perilaku bullying dan mengambil tindakan yang diperlukan
  • Mengintegrasikan program sosial dan emosional dalam kurikulum yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial, empati, dan penyelesaian konflik kepada siswa.
  • Melibatkan orang tua dalam upaya pencegahan bullying dengan menyediakan informasi tentang tanda-tanda bullying.

Membangun keterampilan sosial dan empati di kalangan anak-anak merupakan strategi intervensi awal yang kuat dalam pencegahan bullying di sekolah. Dengan memahami pentingnya intervensi awal dan menerapkan strategi yang efektif, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang aman, mendukung, dan mempromosikan kesejahteraan siswa secara menyeluruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun