Mohon tunggu...
Nades Medan (Pong Olin)
Nades Medan (Pong Olin) Mohon Tunggu... Guru - Melihat dunia dengan genggaman teknologi

Belajar berbagi dengan sesama tanpa memandang latar belakang. Pernah menjadi wartawan harian lokal, tapi karena tidak bisa seide dengan pemred yang otoriter, aku keluar dan kembali menekuni profesi sebagai pendidik, kembali mengabdikan ilmu pengetahuan sesuai latar belakang pendidikan profesi yang aku dapat selama delapan semester di bangku kuliah. Aku ayah dua orang putri dan suami dari seorang perempuan berdarah Manado dan Toraja, Jean seorang perempuan tangguh yang 50% Toraja dan 50% Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kedernya Orang di Senayan

26 November 2010   03:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:17 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290740660551729474

Lolosnya DR. Bambang Widjojanto dari panitia seleksi calon pimpinan KPK adalah angin segar bagi banyak kalangan yang merindukan Indonesia yang bersih dari korupsi. Tapi lain bagi yang mereka yang menyayangi tumpukan sampah koruptor terus berserakan di mana-mana, termasuk diantaranya anggota parlemen yang telah masuk daftar hitam sebagai sampah negara.

Harapan rakyat yang merindukan Indonesia yang bersih terhadap Bambang Widjojanto, adalah sepak terjangnya ketika memimpin LBH. Ketegasan dan sikapn moratnya serta tak mau kompromi, sangat diharapkan bisa dilakukan ketika memimpin KPK. Tapi harapan itu pupus di senayan sore kemarin. Anggota parlemen yang memang senang melakukan kompromi, tidak mau berkompromi dengan ketegasan Bambang yang blak-blakan itu. Bambang kalah telak dalam voting rekayasa yang hanya forlimats karena dasar hukumnya memang dibuat di senayan tempat banyak kompromi dan rekayasa dilakukan sejak puluhan tahun.

Kekalahan Bambang Widjojanto tak terlepas dari ketakutan banyak anggota parlemen yang sudah tidak bersih. Paling tidak mereka yang selalu berkilah dengan urusan studi banding. Karena sudah dapat diduga, kalau Bambang yang menjadi ketua KPK, maka rombongan-rombangan studi banding akan masuk daftar Bambang di KPK untuk diendus aliran dananya.

Kedernya legislatif kalau Bambang yang memimpin KPK sudah diduga sama kedernya sebagian birokrat yang sudah masuk daftar hitam, termasuk di jajaran kabinet yang kinerjanya bergerak hanya secepat keong tapi aliran anggaran kegiatannya lebih kencang dari luncuran lava panas gunung Merapi.

Cara tebang pilih yang selama ini ada di KPK juga diharapkan akan berubah seandainya Bambang yang terpilih masuk ke gerbong itu dan akan menjadikan KPK menjadi lembaga negara yang kokoh, tapi sayang, voting telah selesai dan Bambang hanya meraih dukungan sangat minim.

Bagaimana dengan Busyro Muqoddas ? Dia telah terpilih memimpin KPK dan dia pernah memimpin Komisi Yudisial. Kita tunggu saja kabar beritanya, semoga saja dia tidak menjadi sumber berita buruk sebagai tanda sialnya KPK berhadapan dengan para sampah negara, sampah bangsa yang akan terus menggerogoti kekayaan negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun