Mohon tunggu...
Nades Medan (Pong Olin)
Nades Medan (Pong Olin) Mohon Tunggu... Guru - Melihat dunia dengan genggaman teknologi

Belajar berbagi dengan sesama tanpa memandang latar belakang. Pernah menjadi wartawan harian lokal, tapi karena tidak bisa seide dengan pemred yang otoriter, aku keluar dan kembali menekuni profesi sebagai pendidik, kembali mengabdikan ilmu pengetahuan sesuai latar belakang pendidikan profesi yang aku dapat selama delapan semester di bangku kuliah. Aku ayah dua orang putri dan suami dari seorang perempuan berdarah Manado dan Toraja, Jean seorang perempuan tangguh yang 50% Toraja dan 50% Manado

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bambang Menolak Bambang

27 November 2010   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290838111774357877

Sehari setelah kalah dalam voting politik yang sebenarnya tak perlu ada di komisi III DPR, Bambang Widjojanto langsung menolak tawaran pemanis (mengobati kekecewaannya setelah tak terpilih jadi ketua KPK) dari SBY untuk menjadi ketua komisi kejaksaan, komisi yang akan mengawasi kinerja lembaga kejaksaan. Bambang menolak dengan alasan tidak etis karena pernah menjadi tim seleksi anggota tim kejaksaan, serta tidak memburuh jabatan. Saya pribadi salut dengan penolakan itu.

Pernyataan Bambang bahwa tidak memburuh jabatan adalah pernyataan tegas yang menunjukkan jati dirinya yang ingin konsen memperjuangkan tegaknya hukum. Penolakan menjadi ketua komisi kejaksaan adalah tepat karena komisi kejaksaan hanya sebagai pengawas yang justru tak bertaji karena ada jaksa agung muda bidang pengawasan yang lebih banyak perannya mengawasi jaksa-jaksa nakal yang juga tak kunjung habis dari lembaga kejaksaan.

Tawaran Susilo BAMBANG Yudoyono kepada BAMBANG Widjojanto ditolak dengan alasan tidak etis dan ingin konsen pada bidang yang digelutinya sekarang sebagai pengacara. Entah bagaimana perasaan SBY setelah tahu kalau tawarannya sebagai kepala negara ditolak oleh warga negara, tapi yang jelas penolakan Bambang Widjojanto menunjukkan komitmen seorang warga negara, seorang tokoh publik, seorang ilmuwan, seorang praktisi hukum yang jarang di temui. Penolakan itu sekaligus gambaran bahwa tidak mudah dan tidak semua orang bisa ditawari jabatan yang nyata-nyata menjanjikan uang.

Menolak tawaran kepala negara untuk suatu jabatan memimpin sebuah lembaga negara seperti yang dilakukan oleh Bambang Widjojanto, adalah catatan baru bahkan kalau boleh dikatakan sebagai sejarah karena langkah di negeri ini bahkan mungkin di dunia ini. Seorang warga negara, seorang tokoh, seorang praktisi jarang mau menolak jabatan yang ditawarkan oleh negara kepadanya, pada hal jabatan itu adalah jabatan tinggi yang juga sudah pasti akan mendapat limpahan uang negara yang cukup lumayan besar. Siapa sih yang tak mau jabatan, tak mau jadi pejabatan negara dan siapa yang tak mau uang yang banyak ? Tapi bagi Bambang Widjojanto, rupanya jabatan dan uang bukanlah segalanya. Komitmen dan jati dirinya sebagai praktisi hukum yang teguh untuk memperjuangkan kebenaran dan tegaknya hukum tak dapat dibeli dengan jabatan dan uang.

Ketokohannya dan kepopulerannya tidak luntur setelah ia gagal di ujung pena anggota komisi III DPR dan penolakannya pada tawaran kepala negara. Ia justru semakin akan disegani sebagai seorang warga negara yang konsisten dalam memperjuangkan tegaknya hukum. Sosok seperti Bambang Widjojanto adalah sosok yang jarang ditemukan di lembaga-lembaga negara kita. Dan melihat latar belakangnya sebagai praktisi hukum dan akademisi, maka sosok Bambang Widjojanto adalah sosok yang patut dipertimbangkan untuk menjadi Jaksa Agung, ketua Mahkamah Agung, dan ketua Mahkamah Konstitusi, karena pada ketiga lembaga tinggi negara itulah kunci utama penegakan hukum di negara ini.

Sebagai lembaga penegakan hukum tertinggi, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi membutuhkan sosok yang tegas dan tidak main-main atau mau kompromi dengan ketidak benaran untuk memimpin lembaga hukum itu, dan sosok Bambang Widjojanto adalah sosok yang tepat untuk itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun