Mohon tunggu...
nadera de hougsia
nadera de hougsia Mohon Tunggu... -

hi... in here, i wanna share with U all..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidakkah Kalian Merasa Terusik ketika Negara Tetangga Mengintai “Ada Apa-apanya” Kita?

4 Desember 2013   19:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:19 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia itu dipenuhi oleh banyak aktor. Sekumpulan kita dan mereka dibatasi oleh yang namanya negara (Negara ialah wilayah berpenduduk yang memiliki territorial atas pemerintahannya.red). himpunan aktor dalam lingkupan negara itu menggambarkan karakter negara itu. Karakter Negara kita apa? Ketika issue penyadapan oleh Australia telah menyeruak. Ayahku bilang, itu suaka mereka terhadap kita. Lho kok terhipnotis dengan perlakuan “dia” didepan umum? “dia” itu mengintai kita (bukan kita ~tapi apa yang dimiliki kita~).
Kita sebagai aktor seperti apa ketika ada aktor antagonis di depan mata? Umm aktor protagonist atau aktor pendukung yang hanya lewat di negeri sendiri? Seharusnya kita pilih aktor protagonist (pelaku utama) di negeri ini, apalagi kita berlabel Pemuda Yang Berpengaruh. Seperti di film toh, gak akan ada penyelesaian masalah ketika antagonist tidak berhadapan langsung dengan protagonist. Apalagi bayaran pemeran antagonist dan protagonist itu tinggi, lain halnya aktor pendukung yang hanya lewat (sudah bayaran kecil, terekspos bagian tubuh terpotong, suara nya tidak didengar, mengikuti penuh sutradara pula mau pilih itu? Jangan).
Protagonist dalam kehidupan nyata itu mudah sekali dimisalkan tindakan pada pemerintahan negeri ini. Ketika muncul laporan penyadapan Australia terhadap Indonesia berdasarkan pada sejumlah dokumen rahasia yang dibocorkan mantan agen National Security Agency (NSA) AS, Edward Snowden. Tengoklah Menlu Marty Natalegawa memanggil pulang Dubes RI dari Canberra, Australia. Menyelesaikan masalah? Ayo mana penasaran mu sebagai penonton serial drama kehidupan? Langkah pemerintahan Indonesia dinilai sebagai langkah tegas atau hanya sebagai konsumsi publik saja. Ada jumpa pers lho..
Paginya Selasa (19/11/2013), Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema meninggalkan Canberra. Dalam pesan kepada staf kedutaan, Nadjib memastikan semua kerja sama Indonesia dengan Autralia, kecuali di bidang politik dan pertahanan, tetap berjalan normal (kompas.com, 19/11).
Disayangkan yang tampak sejak awal justru sikap lembek dan tidak tegas. Sungguh patut dipertanyakan. Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mempertanyakan reaksi Presiden SBY soal penyadapan, yang baru dilakukan setelah telepon Ani Yudhoyono masuk daftar telepon yang disadap oleh intelijen Australia. Sebelumnya, reaksi atas penyadapan oleh Amerika bahkan nyaris tak terdengar. Penarikan Dubes ini juga bisa dianggap sikap yang kurang, sebab hal itu dianggap justru Dubes RI itulah yang diberi sanksi dan teguran, atas tindakan Australia. Bagaimana tidak, Australia yang berulah, justru pejabat RI yang ditarik sementara pejabat Australia dan diplomatnya tetap dihormati, aman dan enak-enak menjalankan segala kegiatannya – penyadapan yang dibentengi aparat negeri sendiri -. Sebab penarikan dubes itu tidak disertai (apalagi didahului) pemulangan dubes dan diplomat Australia. Kedubes Australia juga tidak diapa-apakan, apalagi ditutup. Padahal sesuai pemberitaan SMH dan Der Spiegel, di kedubes Australia itulah diantaranya alat dan sarana penyadapan itu berada.
Protagonist kok main sekongkol dengan antagonist. Film apa ini?? Yah permasalahan gak beres-beres.. jadi kesimpulannya penarikan Dubes RI itu hanya konsumsi publik saja yang akan habis dan tak akan ada reaksi tegas lagi. Sangat disayangkan pelaku utama dalam negeri ini mayoritas muslim, tidakkah berita itu sampai kepada mu? Allah SWT telah mengingatkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu. Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (TQS Ali Imran [3]: 118)
Kalian Pemuda Yang Berpengaruh tak patutlah jika hanya menjadi aktor pendukung. Negara ini terancam, maka kaum muslim di Indonesia terancam. Lihatlah apa yang diinginkan “mereka” dari kandungan wilayah ini.. “mereka” inginkan uranium setelah segunung emas. Dengan sikap kapitalis “mereka” yang ditularkan, menjadikan sebagian pemodal dalam negeri ini ikut bertransformer menjadi kapitalist turunan. Yang dipikirkan hanya bagaimana aku kaya bagaimana aku kaya… aku ingin melindungi diri dan keluargaku dengan kaya… tak peduli siapa yang diatas ku dan siapa yang telah tertindas oleh ku… jiwa kapitalis yang merongrong untuk menindas kehidupan orang banyak karena segelintir mereka ingin eksis dan dipuja. Padahal sering diucapkan “aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk”. Hanya lah Allah SWT sebagai tepat berlindung kalian… bukan kekayaan yang dimiliki… dan tak gentarlah dihadapan musuh. Musuh yang menyerang dan memporak-porandakan hukum syariat.
Pertanyaan terbesarnya : Mengapa mereka inginkan kekayaan kaum muslimin ? jelas tujuan akhirnya untuk melaparkan kaum muslimin hingga kita tidak beradab dengan agama islam ini dan kita menjual keimanan secara pingsan.
Kita sebagai muslim yang tahu hal ini, tidak boleh diam membiarkannya begitu saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun