Mohon tunggu...
Kortal Nadeak
Kortal Nadeak Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang Guru SD yang belajar menulis opini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

UKG 2015 dan Permasalahannya

20 November 2015   17:49 Diperbarui: 20 November 2015   18:07 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I.  PENDAHULUAN

Pada tanggal 9 s.d. 27 November 2015 seluruh Guru di Indonesia akan mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG). UKG ini dilaksanakan secara online sehingga guru-guru wajib mengikuti ujian di tempat yang sudah difasilitasi perangkat komputer dan jaringan yang sudah terkoneksi dengan baik. Tujuan diadakannya UKG adalah untuk memetakan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru. UKG berfungsi sebagai cermin guru untuk mengukur kompetensi dirinya.

Guru akan diuji berdasarkan mata pelajaran yang diampunya. Sebagai contoh, guru SD kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) akan mengerjakan 80 soal pilihan berganda yang terdiri atas 24 soal materi pedagogik dan 56 soal materi profesional. Nilai minimal yang wajib dicapai adalah 5,5 dan akan terus ditingkatkan hingga mencapai nilai 8,0 pada tahun ajaran 2018/2019. UKG 2015 ini ditanggapi guru dengan respon yang berbeda, ada yang antusias, ada yang ala kadarnya, dan ada yang cemas atau takut

II.  Pembahasan

 A.  Faktor-Faktor yang Menyebabkan Guru Takut Mengikuti UKG

Ada banyak faktor yang menyebabkan guru-guru takut menghadapi UKG, mulai dari alasan klasik dan alasan teknis. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Beberapa guru tidak mampu mengoperasikan komputer sehingga merasa gugup saat berada di ruangan ujian.
  2. Beberapa guru tidak mempersiapkan diri dengan baik karena tidak tahu materi apa yang akan diujikan. Hal ini dipicu oleh minimnya informasi mengenai kisi-kisi UKG dalam versi cetak.
  3. Beradarnya isu yang mengatakan jika guru yang sudah menerima tunjangan sertifikasi mendapat nilai UKG rendah, maka tunjangannya akan dihapus. Isu ini secara psikologis sangat mengganggu guru sehingga menjadi cemas saat ujian.
  4. Konsentrasi guru terganggu karena dihadapkan pada situasi urgen dalam jangka waktu yang bersamaan, misalnya mengurus kelengkapan berkas PUPNS bersamaan dengan persiapan menghadapi UKG.

 B.  Faktor-Faktor yang Menyebabkan Guru Enggan Mengikuti UKG

Banyak guru yang sudah pernah mengikuti UKG lebih dari sekali dan sampai saat ini hasil UKG tidak punya efek apapun terhadap kenaikan pangkat dan kelancaran gaji dan tunjangan. Atas dasar pengalaman ini, guru tidak merasa antusias mengikuti UKG. Bahkan, ada guru sudah meninggalkan ruangan ujian setelah 30 menit ujian berlangsung, dengan alasan  dia akan segera pensiun dan menganggap UKG hanyalah sebagai formalitas belaka. Ada juga guru yang memandang UKG sebagai proyek kementerian untuk menghabiskan anggaran.

C.  Faktor-Faktor yang Menyebabkan Nilai UKG Rendah

Beberapa rekan guru yang sudah selesai mengikuti UKG mengakui bahwa skor yang diperoleh mereka rendah. Ada yang hanya mampu menjawab benar 30 soal dari 80 soal yang diujikan. Rentang perolehan skor adalah antara 25 dan 45, yang artinya nilai mereka lebih banyak di bawah 5,0. Berikut ini adalah fator-faktor yang menyebabkan nilai UKG rendah.

  1. Guru tidak antusias menghadapi UKG karena berdasarkan pengalaman UKG sebelumnya tidak memiliki dampak apapun terhadap status guru.
  2. Guru tidak termotivasi untuk mendapat nilai tinggi karena guru yang mendapat nilai tinggi tidak mendapat “reward” dan guru yang nilai rendah tidak diberikan “punishment”. Meskipun pada UKG 2015 ini, guru yang mendapat nilai tinggi dijanjikan mendapat keistimewaan (misalnya diberi kesempatan berkunjung ke luar negeri) namun faktanya informasi ini tidak mampu memotivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya.
  3. Soal-soal yang diujikan pada UKG sulit dan materinya luas hingga menyangkut Teknologi Informatika dalam pembelajaran.
  4. Guru-guru jarang mengikuti diklat yang berkualitas sehingga kesempatan untuk meningkatkan kompetensi diri terbatas.
  5. Beberapa guru bersikap apatis terhadap perkembangan ilmu pedagogik dan malas membaca jurnal-jurnal ilmiah pendidikan.
  6. Tingkat pendidikan guru (khusunya guru SD) masih banyak yang belum S1. Guru SD yang mengajar saat ini masih didominasi lulusan D2 dan SPG.
  7. Proses rekrutmen guru masih longgar sehingga yang guru-guru yang mengajar saat ini kompetensinya kurang memadai.

 D.  Beberapa Respon Guru Terhadap Pelaksanaan UKG 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun