Mohon tunggu...
Kortal Nadeak
Kortal Nadeak Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang Guru SD yang belajar menulis opini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Iklan Berisi Pesan Moral di Televisi, Mungkinkah?

30 November 2014   00:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:30 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tak bisa kita mungkiri bahwa pola perilaku anak-anak semakin hari semakin tidak tidak baik. Dengan mudah kita menemukan seorang anak tidak menghormati orangtuanya. Perilaku ini tampak dalam hal-hal kecil seperti ketika disuruh mencuci piring menolak, membantah, atau ada yang harus diberi imbalan berupa uang baru mau mengerjakan. Anak-anak juga semakin kurang ajar kepada gurunya dalam tindakan tertentu, misalnya mengempesi ban sepeda motor gurunya, mengejek gurunya, dan tidak menaruh hormat sedikitpun ketika bertemu di luar lingkungan sekolah.

Guru-guru agama yang seharusnya paling berperan membentengi perilaku anak-anak sepertinya tidak berkuasa menghadapi kenyataan. Kurikulum Pendidikan Agama di sekolah porsinya lebih banyak hafalan ayat-ayat kitab suci. Ukuran baik tidaknya anak hanya ditentukan ujian pengetahuan. Jika ada anak mampu menghafal 10 ayat suci dengan lancar, maka dia dianggap anak yang pandai dan berakhlak mulia. Materi pelajaran hanya berkutat pada teori dan miskin penerapan. Nilai-nilai kehidupan universal seperti gotong-royong, saling menghormati, dan tolong-menolong seakan-akan terabaikan.

Di saat yang sama, media telivisi dengan “gagahnya” mempertontonkan gaya hidup hedonisme dan instan. Seseorang digambarkan makin cantik setelah menggunakan produk “X”. Seseorang digambarkan makin gaul kalau memakai sepeda motor merek “Y”. Seseorang dicitrakan semakin keren setelah menggunakan handphone merek “Z”.  Lebih ironisnya, banyak sinetron yang berlatar sekolah mempertontonkan perilaku anak-anak yang kurang ajar, seperti mengerjai guru di kelas, mengunci teman di WC, atau mengancam teman karena merebut pacarnya. Media televisi sepertinya jauh lebih “berkuasa” membentuk pola perilaku anak dibandingkan guru dan orangtua karena dikemas lebih menarik (audio-visual) dan ditayangkan secara berulang-ulang.

Berangkat dari fakta di atas, maka sebenarnya media televisi sangat berpotensi dan ampuh untuk membentuk pola perilaku ke arah positif. Waktu saya masih duduk di bangku SD, saya sering melihat tayangan di televisi seorang anak sekolah berpamitan kepada ayah dan ibunya dan mencium tangan gurunya setelah sampai di sekolah. Tayangan itu juga diberi latar lagu yang sesuai, misalnya “Pergi Belajar”. Jujur saja, tayangan itu mampu membius saya agar selalu menghormati orangtua dan guru di sekolah. Jika saya dulu lupa mengerjakan PR, maka ada rasa penyesalan yang mendalam karena menganggap diri tidak lagi menghormati guru.

Media televisi sudah seharusnya ikut serta dalam usaha pembangunan manusia melalui tayangan-tayangan yang layak dan iklan-iklan yang mendidik. Saya punya usul agar semua media telivisi menyediakan slot iklan berdurasi 2-3 menit yang berisi muatan/pesan moral. Misalnya dalam tayangan seorang anak sekolah tidak pamit kepada orangtuanya, di tengah perjalanan dia melihat teman-temannya berpamitan kepada orangtuanya. Dalam situasi itu, digambarkan sang anak merasa melewatkan suatu tindakan baik. Sesampai di sekolah, dia menyadari bahwa buku ulangannya tertinggal. Dia mulai panik. Tanpa diduga-duga ibunya datang dengan naik sepeda lalu menyerahkan buku tersebut. Si Anak kemudian minta maaf kepada orangtuanya karena tidak pamit sehingga buku ulangannya tertinggal. Kalau perlu, tayangan ini bisa dipadukan dalam iklan komersial, yakni si Ibu bisa cepat mengayuh sepeda ke sekolah karena tulangnya kuat karena sudah minum susu Anlene. Jadi sekali mendayung perahu, dua pulau terlampaui. Kalau dulu saja media televisi mampu menayangkan iklan yang mengandung pesan moral, maka sekarang pun kalau ada kemauan, media televisi bisa melakukannya jauh lebih menarik demi kemajuan bangsa Indonesia. Semoga.

Sebuah usulan

Oleh: Kortal Nadeak, guru SD yang belajar menulis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun