Mohon tunggu...
Nadea Isna Rosy Rosada
Nadea Isna Rosy Rosada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan UNS

Saya adalah orang yang senang melakukan hal baru

Selanjutnya

Tutup

Money

Harga TBS Tak Kunjung Normal, Inilah Alternatifnya

15 Juni 2022   20:41 Diperbarui: 15 Juni 2022   20:44 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ekspor CPO telah kembali dibuka sejak 23 Mei 2022 agar harga juah Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani bisa kembali naik dari yang sebelumnya mengalami penurunan drastis. Dimana sebelum berlakunya pelarangan ekspor CPO, harga TBS mencapai Rp 3.600-Rp 3.800 per kg. Setelah pelarangan ekspor diberlakukan, harga TBS langsung anjlok sebanyak 50% ke angka Rp 1.600 per kg. Dengan anjloknya harga TBS tersebut mengakibatkan timbulnya kericuhan dari kalangan petani sawit, dimana mereka merasa dirugikan dan meragukan harga TBS untuk saat ini sehingga mulai menanam komoditas lain seperti ubi kayu sebagai pengganti sawit.

Setelah larangan ekspor dicabut, harga TBS mulai merangkak naik sebesar Rp 1.600-Rp 2.000 per kg, namun harga tersebut masih terbilang jauh dari harga normal yang berkisar Rp 3.500 per kg. Hal ini disebabkan oleh beberapa perusahaan pengolahan sawit yang membatasi jumlah penerimaan TBS kelapa sawit dari petani akibat tangki penampungan CPO milik perusahaan tersebut penuh akibat pabrik tutup sementara atau tidak beroperasi dan membatasi jumlah pembelian TBS kelapa sawit milik petani karena terbatasnya penjualan minyak sawit mentah.

Untuk mengembalikan harga TBS dan memaksimalkan produksi sawit dalam negeri, pemerintah telah melakukan beberapa upaya, seperti yang dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dimana pemerintah mengizinkan mekanisme pemindahan tangan hak ekspor yang berkontribusi dalam program Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) sebanyak satu kali ke perusahaan lainnya.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyatakan bahwa besar harapannya untuk para petani sawit swadaya masuk ke dalam koperasi dengan tujuan bersama membangun pabrik minyak goreng makan merah. Minyak makan merah adalah sebuah inovasi yang merupakan produk turunan kelapa sawit untuk mengatasi harga TBS Sawit yang tak kunjung normal. Minyak makan merah sendiri dinilai memiliki manfaat bagi kesehatan yang lebih banyak dibandingkan minyak goreng biasa. Selain itu, bagi para petani sawit dengan adanya pabrik sendiri, akan mendapatkan nilai tambah dan manfaat tersendiri dari pengelolaan buah sawit sehingga tidak akan ketergantungan dengan industri kelapa sawit. Dengan menggunakan teknologi yang ada dan pengolahannya yang sederhana, pabrik ini mampu menghasilkan 5 ton minyak makan merah per jam. Sedangkan untuk biaya pembangunan sendiri hanya memerlukan investasi sebesar Rp 7 miliar.

Penulis: Nadea Isna Rosy Rosada

Daftar Pustaka:

https://denpasar.kompas.com/read/2022/06/10/134938878/larangan-ekspor-cpo-dicabut-luhut-harga-tbs-sawit-masih-rendah-rp-2000-per

https://money.kompas.com/read/2022/06/09/081000626/kemenkop-ukm-dorong-petani-sawit-masuk-koperasi-untuk-optimalkan-keuntungan?page=1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun