Mohon tunggu...
Nadia Basri
Nadia Basri Mohon Tunggu... -

Pembelajar, Economicholic, Love My Country Indonesia. (Study at The Business School, Bournemouth University, UK)

Selanjutnya

Tutup

Money

Data BPS: Harga Bahan Pokok Turun, Nilai Tukar Petani Naik, Kita Tak Perlu Panik

4 September 2018   21:03 Diperbarui: 4 September 2018   21:24 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama Agustus 2018, ternyata harga-harga kebutuhan pokok (beras, telur, daging ayam, bawang) kita turun. Hal ini tercermin dari data terbaru BPS yang dirilis Senin (3/8/2018).

Data menunjukkan bahwa angka inflasi kita justru turun 0,05 (deflasi). Di tengah gempuran ketidakstabilan ekonomi global, harga bahan baku di dapur ibu-ibu justru turun.

Telur ayam---yang beberapa waktu belakangan dianggap naik hingga seorang mantan menteri takut makan telur ceplok---ternyata menyumbang deflasi (penurunan harga) -0,06. Bawang merah deflasi -0,05. Daging ayam dan cabai rawit juga menyumbang deflasi -0,02. Harga beras medium di penggilingan turun dari Rp9.198 pada Juli menjadi Rp9.172 di bulan Agustus. Angka ini turun cukup signifikan jika dibanding harga di awal tahun yang mencapai Rp10.177.

Di sisi lain, nilai tukar petani justru naik 0,89% selama Agustus 2018. Nilai tukar petani subsektor tanaman pangan bahkan naik 1,28% dan subsektor perikanan naik 0,43%. Nilai tukar usaha pertanian bulan Agustus juga naik 0,48%.

Inflasi sejak Agustus 2017 hingga Agustus 2018 tercatat hanya sebesar 3,20. Naik sedikit dari bulan sebelumnya yang berada di angka 3,18. Namun, inflasi tersebut turun dari bulan yang sama di tahun 2017 yang besarnya mencapai 3,82. Meski rupiah melemah, nyatanya angka inflasi tergolong stabil.

Menilik fakta yang demikian, maka rupiah yang melemah tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pemerintah tentu juga tidak mau perekonomian kita hancur. Pemerintah pasti juga telah melakukan serangkaian tindakan untuk memperkuat rupiah. Kita sebagai rakyat harus optimis perekonomian kita akan membaik. Yang perlu kita lakukan justru bergotong royong memperbaiki perekonomian Indonesia, bersama-sama bekerja untuk kemajuan Indonesia, bukan memperburuk situasi dengan saling menyalahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun