Mohon tunggu...
Nadia Basri
Nadia Basri Mohon Tunggu... -

Pembelajar, Economicholic, Love My Country Indonesia. (Study at The Business School, Bournemouth University, UK)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jika Cermati Data BPS, Penurunan Kemiskinan Era Jokowi yang Terbaik

27 Juli 2018   11:22 Diperbarui: 27 Juli 2018   11:30 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
data kemiskinan Indonesia. Sumber : bps.go.id

Jumlah itu dikatakan meningkat 10 persen per tahun, seolah ia ingin mengkontraskan dengan pengurangan jumlah presentase penduduk miskin yang hanya turun satu persen. Namun, membandingkan data itu justru mempertontonkan ketidakpahaman dalam membaca data.

Angka 1 persen penurunan kemiskinan di era Jokowi itu relatif (tergantung dan dihitung) terhadap angka 260 juta penduduk. Artinya penurunan satu persen berarti penurunan sekitar 2,6 juta orang. Sementara itu, peningkatan 10 persen orang kaya (milioner) berdasarkan data Credit Suisse relatif terhadap 789 orang, artinya peningkatannya 79 orang. Jadi, memang sangat tidak nyambung jika membandingkan data tersebut.

Fakta perbandingannya, Credit Suisee merilis "Global Wealth Report 2014" yang menyebutkan 98 ribu penduduk Indonesia yang digolongkan milioner. Artinya, tiga tahun Jokowi memimpin sejak 2014 ke 2017 hanya terjadi peningkatan 13 ribu milioner. (di 2017 jumlah penduduk milioner 111 ribu)

Bandingkan dengan peningkatan jumlah milioner dari tahun 2010-2014 (era SBY). Masih dikutip dari Credit Suisse "Global Wealth Report 2010" jumlah penduduk Indonesia yang tergolong milioner, yaitu 60 ribu orang. Artinya di era SBY terjadi peningkatan 38 ribu milioner baru (di 2010 ada 98 ribu milioner). Jadi, di rezim siapa sebenarnya peningkatan milioner lebih dahsyat?

Memang selalu menarik untuk mengulik data dan statistik. Semua orang dapat menghitung dan menyimpulkan data dan statistik. Namun demikian, tidak semua orang dapat menerjemahkannya dengan benar. Mari belajar bersama.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun