7. Laugh per Minute (LPM)
LPM digunakan sebagai variabel penilaian untuk sebuah penampilan stand-up comedy. Artinya, berapa kali tawa yang terjadi dalam 1 menit menjadi tolak ukur sebuah penampilan stand-up comedy berhasil atau tidak.
Namun, istilah komedi pada artikel ini hanyalah teori. Pada dasarnya, komedi itu tentang lucu atau tidak. Selain itu, teori juga harus disesuikan dengan situasi yang tengah dihadapi, termasuk momen dan penonton.
Banyak komika yang datang dari keluarga broken home, ada juga yang datang dari keluarga baik-baik tapi depresi, masih banyak orang-orang mempunyai banyak keresahan didalam dirinya yang akan dibawa sebagai materi. Biasanya komika di nilai dari 80% pembawaan di panggung, 20% adalah materinya itu sendiri. Terlihat mudah, tapi itu sulit jika kita hadapi sendiri. Banyak dari komika yang terbentur dengan waktu latihan (Open Mic) dikarenakan jam kerja dan lain sebagaiya.Â
Terutama untuk komika perempuan, karena banyak dari acara-acara Open Mic (OPM) ini sendiri waktunya di malam hari, sementara selesainya pun waktunya tidak tentu, ada yang 3 jam selesai, ada juga yang sampai pagi baru selesai karena banyaknya pengunjung dan peserta yang ingin mencoba materinya tersebut. Maka dari itu, komika perempuan sangat minim sekali. Ada banyak komika tapi pasti akan terhambat jalan karir nya karena waktu tampil dan latihannya tidak menentu. Posting berikutnya saya akan menceritakan bagaimana komika perempuan bisa berhasil didalam Stand Up Comedy Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H