Sebagai contoh, Kota NewYork pada 26 Desember 2010 dilanda badai salju. Tiga hari setelah terjadinya badai, WNCRadio membagikan pemetaan terkait daerah-daerah yang masih tertutup salju di Google Map. Empat hari setelah terjadinya badai, WNCRadio kemudian memperbarui pemetaannya pada Google Map terkait daerah-daerah mana saja yang telah dilakukan pembersihan dari salju.
Hal ini menjadi contoh ketika jurnalisme mengalami perubahan dari yang sebelumnya berupa kegiatan memproduksi berita dalam bentuk surat kabar, majalah, atau radio menjadi dalam bentuk digital, mobile, dan memiliki visual. Berita yang dihasilkan oleh WNCRadio terkait badai salju yang menimpa New York dapat diakses publik secara online di Google Maps melalui gadget seperti smartphone.
Selain itu, publik juga tidak lagi mendapatkan informasi dalam bentuk tertulis seperti pemberitaan sebelum era digital. Publik dapat melihat terkait daerah yang masih tertutup salju dan daerah yang telah dibersihkan dari salju dalam bentuk visual. Adanya visual di Google Maps tersebut membuat publik lebih mudah dalam menerima informasi karena titik titik pemetaan diletakan sesuai pada posisi aslinya.
Format baru dalam jurnalisme tentu juga memiliki format yang berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya hanya tenaga profesional yang mampu produksi berita, dalam format baru ini publik juga dapat berpartisipasi menghasilkan sebuah berita. Misalnya, seperti yang dilakukan WNCRadio dalam mengumpulkan informasi terkait badai salju yang menimpa New York.
Hal tersebut dilakukan WNCRadio dengan cara meminta para pendengar salurannya untuk mengirim informasi terkait keadaan salju di daerah mereka dan mengirimkan laporan melalui voicemail untuk informasi yang lebih lengkap. Lokasi para pendengar yang mengirim laporan kepada WNCRadio akan digunakan sebagai data di Google Maps, sementara itu laporan yang dikirim melalui voicemail akan diputar dalam siaran radio. WNCRadio bekerja sama dengan pendengar mereka untuk mengumpulkan dan menghasilkan sebuah informasi.
Di sisi lain, hal ini mengundang perhatian bahkan publik di luar pendengar WNCRadio untuk mengirimkan informasi yang mereka miliki setelah mendengar orang lain mengirimkan cerita mereka.
Lebih jauh, publik tidak hanya sekedar membantu memberi informasi namun dapat menghasilkan bentuk berita sendiri. Sebagai contohnya yaitu The Tiziano Project. The Tiziano Project adalah projek yang dimiliki oleh Propublica yang merupakan organisasi berita nonprofit. Propublica menyediakan fasilitas berupa pelatihan dan peralitahn untuk publikas yang berpartisipasi agar dapat meyiarkan informasi/cerita yang mereka miliki.
Berikut tujuh hal dasar yang harus dikuasai guna menghasilkan produk multimedia:
Pertama, web video. Beberapa hal dasar yang perlu diketahui terkait shooting video dan edit video adalah bagaiamana cara melakukan point and shoot still camera, bagaimana mengambil video secara berurutan, bagaimana caranya melakukan wawancara pada seseorang menggunakan kamera, bagaimana cara membingkai seseorang di dalam kamera, bagaimana cara mengambil video dengan beragam, bagaimana memasukan a-roll dan b-roll dalam sebuah video agar tidak monoton, bagaimana cara mengatur sebuah video agar rapi dan berurutan. iMovie dan Windows Movie Maker merupakan dua aplikasi yang dapat digunakan untuk mengedit video.
Kedua, audio. Untuk merekam sebuah audio diperlukan alat perekam audio. Audio sangat berguna untuk memberikan informasi secara lebih rinci. Audio juga dapat digunakan untuk menjelaskan informasi terkait foto atau video yang kita masukan dalam sebuah cerita atau berita. Tidak perlu khawatir dengan audio yang kita rekam jika suaranya terlalu kecil, rekamannya terlalu panjang, dan banyak bagian yang tidak perlu dimasukan. Audacity merupakan aplikasi gratis yang mudah digunakan untuk mengedit rekaman audio.
Ketiga, slideshow/photojournalism. Dapat dikatakan jika slideshow/photojournalism merupakan foto yang bercerita. Slidesho/ photojournalism biasanya digunakan dalam berita features dimana foto yang dihasilkan lebih detail. Foto yang diambil tidak asal foto namun memiliki nilai berita di dalamnya. Sebagai saran, jangan menghasilkan slideshow photojournalism dengan durasi yang terlalu panjang karena akan membosankan audiens. Cukup 1-2 menit dengan diselingi wawancara atau b-roll agar lebih variatif.
Keempat, flash/interactive. Berikan ruang kepada audiens untuk memberikan tanggapan mereka terhadap cerita atau informasi yang dihasilkan misalnya dengan cara adanya sebuah diskusi pada bagian akhir. Hal tersebut kemudian dapat memancing partisipasi audiens lebih jauh misalnya audiens membagikan pendapat mereka tdi sosial media.
Kelima, database. Database merupakan kumpulan data dan informasi guna mempermudah identifikasi data.
Keenam, pemetaan dan grafik. Pemetaan dan grafik dalam bentuk visual akan sangat membantu audiens dalam mengolah informasi. Sementara itu, bagi jurnalis pemetaan atau grafik membantu mereka dalam menjelaskan cerita atau informasi yang tidak dapat ditampilkan dalam bentuk foto atau video.
Ketujuh, HTML dan CCS/CMS.
Soundcloud: https://soundcloud.com/user-935389531/7-hal-dasar-penguasaan-multimedia
Youtube: https://youtu.be/TmyDJs9nMA0
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H