Mohon tunggu...
Nada Nisrina
Nada Nisrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Hidup Budaya Pop Korea

5 Januari 2024   22:03 Diperbarui: 5 Januari 2024   22:10 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi ini, pengaruh budaya Pop Korea, khususnya melalui industri hiburan K-Pop, drama Korea, dan tren fashion, telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, budaya Pop Korea mempunyai daya tarik tersendiri bagi remaja. Selain itu, media sosial juga menjadi platform yang mempercepat penyebaran dan penerimaan budaya Pop Korea di kalangan remaja. Peran penting media sosial dalam menyebarkan dan mempercepat penerimaan budaya Pop Korea tidak bisa diabaikan. Media sosial tidak hanya menjadi platform interaksi dan berbagi informasi, namun juga merupakan saluran efektif untuk mempercepat penyebaran tren Korea. Seiring dengan semakin terhubungnya dunia maya, remaja dari seluruh dunia dapat dengan cepat mengakses dan mengadopsi berbagai aspek budaya Pop Korea. Salah satu aspek yang menambah daya tarik budaya pop Korea adalah industri hiburan K-pop yang sukses menggaet jutaan penggemar dari berbagai negara. Grup Kpop seperti BTS, BLACKPINK, dan EXO tidak hanya menjadi bintang di negara asalnya, tetapi juga meraih popularitasluar biasa diseluruh dunia. Musik yang menarik, koreografi yang brilian, dan visual yang menawan membuat K-pop memiliki daya tarik tersendiri bagi remaja di seluruh dunia. 

Drama Korea juga memberikan kontribusi besar dalam menyebarkan budaya Pop Korea. Drama Korea dengan alur cerita yang menarik, karakter yang khas, dan produksi yang matang berhasil menembus pasar internasional. Drama Korea tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi jendela bagi penonton internasional untuk lebih memahami budaya dan nilai-nilai Korea. Selain itu, tren fashion Korea juga memberikan warna bagi penyebaran budaya Pop Korea. Gaya busana yang unik dan inovatif, yang sering digemari oleh idola K-pop atau bintang K-drama, membawa inspirasi bagi remaja di seluruh dunia. Dengan mengadopsi gaya busana Korea, remaja dapat merasakan kecanggihan dan keunikan budaya Pop Korea yang terus berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah memainkan peran yang sangat penting dalam mempercepat penyebaran dan penerimaan budaya Pop Korea di kalangan remaja. Platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok memberikan ruang bagi penggemar untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan mengungkapkan dukungan terhadap budaya Pop Korea. Video cover lagu K-pop, tutorial tata rias ala idola K-pop, atau foto-foto yang dibagikan dengan gaya fashion Pop Korea bisa menjadi viral dan memicu gelombang minat baru di kalangan remaja. 

Dalam konteks ini, hasil survei yang dilakukan media online Kumparan pada tahun 2017 menjadi acuan yang menarik. Survei yang melibatkan 100 penggemar K-pop di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 57% responden berusia antara 12 hingga 20 tahun, sementara 42% lainnya berusia antara 21 hingga 30 tahun. Menariknya, 1% responden merupakan penggemar K-pop yang berusia di atas 30 tahun, hal ini menunjukkan bahwa antusiasme terhadap fenomena K-pop tidak terbatas pada kalangan remaja saja melainkan mencakup seluruh kelompok umur di Indonesia (Nurani, 2019). Fenomena ini memberikan perspektif yang lebih luas, menunjukkan bahwa budaya Pop Korea telah merambah masyarakat Indonesia dan telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari tanpa memandang kelompok umur tertentu. Peran penting media sosial dalam mempercepat penyebaran dan penerimaan budaya Pop Korea tidak bisa diabaikan. Media sosial tidak hanya menjadi platform interaksi dan berbagi informasi, namun juga merupakan saluran efektif untuk mempercepat penyebaran tren Pop Korea. Seiring dengan semakin terhubungnya dunia maya, remaja di seluruh dunia kini dapat langsung mengakses dan menggabungkan berbagai aspek budaya Pop Korea. 

Menurut Teori Uses and Gratification, para remaja merupakan khalayak aktif yang dapat memutuskan sendiri seberapa lama durasi mereka ingin menonton konten Korea berdasarkan kebutuhan mereka. Melihat dari teori yang satu ini, menekankan peran aktif penonton dalam pemilihan dan konsumsi media dan menunjukkan bahwa remaja menawarkan perspektif baru tentang caranya dalam menghabiskan waktu. Dari teori ini juga kitab isa melihat bahwa generasi muda dianggap sebagai khalayak aktif yang memiliki kendali penuh atas waktu dan durasi dalam mengonsumsi media mereka, termasuk eksplorasi konten budaya asing seperti Korea. Sebagai khalayak aktif, para remaja mempunyai kebebasan untuk memutuskan berapa lama mereka menonton konten Korea berdasarkan kebutuhan dan preferensi pribadi mereka. Namun, penting untuk menyadari bahwa pengaruh media tidak hanya menciptakan kepuasan pribadi, tetapi juga membentuk pandangan dunia dan nilai-nilai yang mereka anut. Oleh karena itu, dengan populernya konten Korea, penting bagi remaja untuk menjaga keseimbangan dan tetap terhubung dengan kekayaan budaya Indonesia. 

Melihat kemirisan akan hal ini, generasi muda sangat dianjurkan untuk mengembangkan dan memperkaya kebudayaan Indonesia, dengan cara dapat berpartisipasi dalam kegiatan budaya lokal seperti festival seni dan pertunjukan seni tradisional, atau bergabung dengan kelompok seni pertunjukan tradisional. Melalui partisipasi aktif tersebut, generasi muda tidak hanya menjadi khalayak pasif, tetapi juga aktor yang berkontribusi terhadap perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya Indonesia. Mengadopsi gaya hidup dan nilai-nilai yang berakar pada kekayaan budaya Indonesia juga menjadi langkah penting dalam menjaga jati diri bangsa. Para generasi muda dapat memasukkan unsur-unsur tradisional ke dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti pakaian, musik, dan seni visual. Dengan cara ini, mereka tidak hanya sekedar melestarikan budaya Indonesia secara simbolis, namun juga benar-benar menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari adanya upaya ini bukan menjadi sebuah pembatasan, melainkan sebuah dorongan para remaja untuk menjaga budaya lokal tetap relevan dalam pesatnya perkembangan dunia digital saat ini. Sebagai generasi penerus bangsa, remaja mempunyai peran strategis dalam membentuk arah dan jati diri negara. Oleh karena itu, penting untuk memahami kekayaan budaya Indonesia dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan suatu investasi jangka panjang dalam melestarikan jati diri dan keunikan negara. 

Di era digital ini, media sosial juga dapat dijadikan sarana untuk mempromosikan dan menyebarkan kekayaan budaya Indonesia dengan membagikan pengalaman dan aktivitas budaya lokal melalui platform digital. Hal ini menjadi sesuai dengan konsep dari Teori Uses and Gratification, dimana media digunakan tidak hanya sebagai sarana hiburan pribadi, namun juga sebagai sarana membangun komunitas dan berbagi pengalaman. Sebagai sumber inspirasi, kesuksesan dan popularitas budaya Korea patut membangkitkan semangat untuk melakukan hal yang sama dalam melestarikan dan memperkaya budaya Indonesia. Dengan cara ini, remaja tidak hanya menjadi konsumen yang pintar, namun juga menjadi khalayak aktif dalam menjaga keberlanjutan dan relevansi budaya Indonesia di tengah globalisasi yang tak terhindarkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun