Lebaran merupakan momen yang dinanti-nantikan oleh para umat muslim, karena lebaran sebagai hadiah berupa kemenangan setelah berpuasa selama sebulan penuh. Maka lebaran dijadikan momentum untuk saling berbagi kasih apalagi saling meminta maaf.
Namun tidak sedikit orang yang mengeluh, bukan karena malas untuk merayakan hari raya idul fitri tetapi ketika ditanya yang seharusnya tidak perlu ditanya oleh saudara, keluarga bahkan tetangga. Pertanyaan umum yang sering dilontarkan yaitu:
"kapan kamu nikah??" "kapan kerja??" "kapan punya anak??"
Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan menguras jiwa dan raga seseorang, memang pertanyaan itu sudah menjadi hal yang lumrah bahkan wajar-wajar saja ketika ditanya seperti itu. Bukan hanya kepo saja, tetapi tujuannya untuk membangun komunikasi atau supaya tidak kehabisan topik pembicaraan.
Tinggal kita jawab "doain saja yang baik-baik", dan tidak perlu repot untuk menjawab secara detail sebab hal itu termasuk privasi dan hak semua orang untuk menentukan tujuannya masing-masing, mau kapan waktunya hanya orang itu dan Tuhan saja yang tahu.
Tetapi ada hal yang lebih menyebalkan dan menjengkelkan daripada pertanyaan "kapan kamu nikah??", "kapan kerja??", "kapan punya anak??". Hal itu adalah mengadu nasib serta membanding-bandingkan dengan orang lain, yang mungkin lebih dari kita.
Banyak yang saya lihat di media sosial, orang-orang mengeluh karena orangtua, saudara atau keluarganya berbicara tentang dirinya. Bukan membanggakan kepada orang lain justru sebaliknya, rata-rata mereka lebih membanding-bandingkan bahkan adu nasib terkait persoalan hidupnya. Hal tersebut membuat kita sebagai anggota keluarga merasa tidak nyaman, tidak suka bahkan terdengar menyebalkan. Bagaimana tidak? Ketika mendengar orangtua atau saudara membicarakan keburukan kita didepan orang lain, rasanya tidak menyenangkan. Mungkin memang tidak semua keluarga seperti itu, ada sebagian yang benar-benar membanggakan kita didepan orang lain. Tetapi jika keluargamu seperti itu, maka pura-pura tidak perduli dan tersenyumlah, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Oleh karena itu, hendaknya kita menghilangkan kebiasaan bertanya dengan tujuan kepengen tahu atau kepo, karena ada orang yang memang tidak suka ditanya-tanya dan ada juga yang biasa saja kalau ditanya pertanyaan seperti itu. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H