Kesehatan mental merupakan aspek yang sangat penting bagi proses tumbuh kembangnya manusia. Masalahnya masih banyak orang yang berpikir bahwa kesehatan mental itu tidak sepenting kesehatan fisik padahal sebenarnya fisik dan mental merupakan dua aspek yang jalan secara beriringan dan memberikan dampak yang masing-masing ketika kita berada dalam kondisi fisik yang tidak sehat maka mental kita juga akan berpengaruh begitu juga sebaliknya. Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju sebenarnya sudah banyak sekali orang yang mulai aware terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental diantara masih banyak orang-orang yang menyepelekan akan pentingnya kesehatan mental yang sebenarnya ketika seseorang berada dalam kondisi kesehatan mental yang tidak baik akan berdampak pada kondisi stres berlebihan depresi bahkan sampai kehilangan nyawanya. Dari sini kita belajar bahwa sebenarnya menjaga kesehatan mental berdampak pula pada kesejahteraan dan kebahagiaan seorang manusia sehingga kita tentu tidak bisa mendapatkan posisi sejahtera dan bahagia ketika mental kita juga tidak terjaga dengan baik, jangan lupa untuk tetap menjaga kondisi kesehatan mental kamu jadilah versi terbaik dari diri kamu ekspresikan apa yang kamu pikirkan apa yang kamu rasakan.
      Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.
     Adapun faktor resiko kesehatan mental remaja seperti trauma pada umumnya merupakan tekanan emosional dan psikologis akibat dari kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan dan menimbulkan stress yang berlebihan. Trauma dalam Bahasa Latin memiliki arti "luka" yang mendeskripsikan mengenai suatu kejadian atau pengalaman manusia dalam merespon suatu peristiwa. Sementara dalam konteks psikologi dan psikiatri, trauma didefinisikan sebagai "suatu kejadian luar biasa yang bersifat mengancam fisik dan harga diri individu serta dianggap dapat menyebabkan kematian sehingga menimbulkan rasa takut yang luar biasa, rasa tidak aman, dan rasa tidak berdaya ketika peristiwa itu terjadi. Perilaku yang terbentuk karena pengalaman traumatis dapat mengakar dan tertanam dalam perkembangan kepribadian mereka. Beberapa aspek dalam kehidupan remaja akibat trauma masa kanak-kanak di antaranya mengalami kendala seperti hubungan sosial maupun akademik. Bahkan dalam suatu penelitian ditemukan kemungkinan munculnya gangguan psikosis akibat trauma tersebut. Christine, dkk melakukan suatu penelitian dan mendapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan antara trauma masa kanak-kanak dengan kepribadian ambang di usia remaja atau dewasa. Selain itu, trauma remaja juga dapat menjadi determinan dari perilaku bunuh diri dan depresi. Kecenderungan bunuh diri atau self harm yang dilakukan remaja menunjukkan keputusasaan atau kegoyahan yang terjadi karena terus menerus dibayangi oleh pengalaman buruk di masa lalu.Â
      Keluarga adalah juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap kesehatan mental seseorang. Agar kesehatan mental dapat tercapai maka dibutuhkan upaya pencegahan berawal dari keluarga. Keluarga bisa menjadi faktor protektif, namun juga pemicu munculnya gangguan mental. Sebagaimana diketahui, keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dimana seseorang bertempat tinggal, berinteraksi satu sama lain, tempat dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran serta kebiasaan. Keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang yang berkembang mulai kanak-kanak. Keluarga menjadi lini pertama dalam pembentukan kesehatan mental. Keluarga yang kurang dapat menjalankan fungsinya dengan baik, akan rentan memunculkan gangguan psikologis / gangguan mental mulai dalam taraf ringan sampai berat pada anggota keluarga, antara lain tidak percaya diri, konsep diri negatif, dropout sekolah, antisosial, problem seksualitas, cemas maupun depresi. Berbagai gangguan tersebut dapat muncul pada masa sekarang dan atau pada tahap perkembangan selanjutnya.
       Jenis gangguan psikologis yang sering dialami oleh remaja :
 1. Gangguan emosional
Di antara masalah mental yang remaja alami, gangguan emosional merupakan kondisi yang paling sering terjadi. Gangguan emosional meliputi kondisi berikut. Gangguan kecemasan yang ditandai dengan panik dan khawatir secara berlebihan. Depresi dan gangguan kecemasan memiliki beberapa gejala yang mirip seperti perubahan suasana hati secara tiba-tiba.
2. Gangguan perkembangan perilaku
Belakangan ini, gangguan psikologis pada remaja yang memengaruhi perilaku semakin banyak terjadi pada remaja, meliputi kondisi berikut. Gangguan belajar . Gangguan perilaku pada remaja dapat memengaruhi pendidikan anak serta berisiko membuat ia terlibat dalam kenakalan remaja dan tindak kriminal.
3. Psikosis
Gangguan psikologis pada remaja ini dapat memengaruhi aktivitas anak sehari-hari, termasuk dalam bergaul bersama teman dan berinteraksi dengan anggota keluarga. Faktor risiko gangguan psikologis ini pada remaja meliputi konsumsi alkohol, pelecehan di masa kanak-kanak, kesulitan mencari bantuan psikologis, serta tersedianya akses terhadap sarana bunuh diri.
     Upaya Menjaga Kesehatan Mental bagi Remaja dapat di lakukan dengan cara berbicara dari hati ke hati dengan anak remaja tentang kondisi dan kesehatan mentalnya adalah langkah awal yang perlu dilakukan. Berbicara dengan remaja tentang bagaimana perasaan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian dan menunjukkan suatu kepedulian terhadap remaja. Selain itu,dalam fase remaja mungkin memerlukan bantuan dari orang tua untuk mendapatkan dukungan profesional.
      Berikut beberapa ide untuk mendorong anak remaja berbicara tentang perasaan mereka
 Katakan bahwa bahkan orang dewasa pun memiliki masalah yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri. Tunjukkan bahwa lebih mudah untuk mendapatkan bantuan jika anda memiliki dukungan orang lain.
 Beri tahu bahwa bukan hal yang aneh bahwa remaja atau anak muda merasa khawatir, stres, atau sedih. Juga beri tahu mereka bahwa membuka pikiran dan perasaan pribadi bisa menakutkan.
 Membicarakan suatu masalah sering kali dapat membantu meletakkan segala sesuatunya ke dalam perspektif dan membuat perasaan menjadi lebih jelas. Seseorang dengan pengalaman yang lebih banyak atau berbeda-beda seperti orang dewasa mungkin dapat menyarankan opsi yang belum terpikirkan oleh mereka.
Berbicara kepada orang yang lebih berpengalaman misalnya,orang tua, bibi atau paman, teman keluarga dekat, pelatih olahraga atau pemuka agama terpercaya, orang yang lebih tua atau dokter umum.
 Perlu diketahui bahwa untuk remaja atau anak muda berbicara dengan dokter umum atau profesional kesehatan lainnya bersifat rahasia. Para profesional ini tidak dapat memberi tahu orang lain, kecuali mereka mengkhawatirkan keselamatan Anda atau keselamatan orang lain.
Peran orang tua sangat berpengaruh dalam kesehatan mental remaja atau anak muda maka orang tua harus memberi rasa aman dan tidak membiarkan anak mempunyai rasa kesepian atau tidak mempunyai tempat untuk bercerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H