Yogyakarta- Pidato Prabowo pada tanggal 30 Desember 2024 tersebut menuai kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia, dikarenakan beliau mempunyai program untuk membuka lahan perkebunan sawit secara besar-besaran dan mengatakan bahwa " Tidak perlu takut deforestation, namanya kelapa sawit ya pohon ada daun nya" begitu ujar Prabowo. Pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan realita yang ada bahwa pohon kelapa sawit berbeda dengan pohon-pohon dan tumbuhan lainnya, pohon kelapa sawit adalah tumbuhan monokultur yang tidak bisa menjalani fungsi alami hutan seperti menjaga siklus air, karena keragaman vegetasi yang rendah, struktur kanopi yang sederhana, dan penyimpanan air tanah yang buruk. Akibatnya air mengalir ke tanah membuat banjir dan saat musim kemarau dapat menyebabkan kekeringan, fungsi lain seperti siklus nutrien yang melindungi tanah dari erosi dan menjaga kelembaban udara juga hilang.Â
Kebun sawit dengan kebutuhan nutrisi yang tinggi menyerap unsur hara secara berlebihan sehingga membuat tanah menjadi tandus terutama saat sawit sudah tidak prodduktif lagi di 20-30 tahun kedepan. Lahan bekas perkebunan sawit akan sulit di tanami pertanian lain kecuali dengan restorasi besar-besaran yang mungkin akan memakan banyak biaya lagi, belum lagi dengan penggunaan pestisida yang akan mencemari lingkungan semakin jelas dampak kerusakannya. Perkebunan sawit bukan hanya gagal menggantikan fungsi hutan tetapi juga membawa kerusakan yang lebih besar. Bahwasannya hutan adalah ekosistem yang sangat kompleks dan penopang keseimbangan bumi, menyamakan kebun sawit dengan hutan menjadi simplifikasi bahaya yang hanya menguntungkan segelintir pihak yang ingin mengeksploitasi sumber daya alam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H