Mohon tunggu...
Nada Karima
Nada Karima Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Nada Karima lahir pada tanggal 29 April 2002, Bantul, Yogyakarta. Penulis mempunyai hobi menulis sejak kecil, dimulai dari menulis cerpen, artikel, hingga novel. Novel perdananya telah dirilis pada 2018 silam. Nada merupakan alumni Darussalam, Jawa Timur. Setelah lulus ia sempat mengajar selama satu tahun sebelum melanjutkan kuliahnya. Ia pernah memenangkan lomba menulis generasi sastra Gen-Z dengan kategori cerpen terbaik tingkat nasional. Beberapa karya cerpennya telah dimuat dalam buku antologi maupun platform-platform tertentu.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mungkinkah Teknologi yang Kita Ciptakan Justru Berbalik Menyerang Kita?

20 Agustus 2023   03:04 Diperbarui: 20 Agustus 2023   16:21 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : pinterest/ robot artificial intelligence dan manusia

Pada kesempatan lain Telkom University melakukan pengabdian masyarakat di Puskesmas Bekasi untuk mengembangkan strategi pencegahan gizi buruk dengan memanfaatkan teknologi artificial intelligence. Identifikasi data historis tinggi dan berat badan balita akan diproses menjadi Data Sistem Intelligent yang akan diimplementasikan ke dalam bentuk AI sehingga muncul hasil klasifikasi gizi berdasarkan data balita yang diperoleh. Tel-U sadar bahwa nantinya akan banyak sektor sosial yang bergantung pada transformasi digital dari perguruan tinggi.

Seperti yang kita tahu, kini umat manusia telah mendominasi spesies-spesies lainnya dikarenakan manusia mempunyai kelebihan untuk berpikir. Penemuan artificial intelligence, robot-robot, dan penemuan mutakhir lainnya pada dasarnya berpatok pada kecerdasan manusia. Sayangnya, manusia terlalu ambisius untuk menciptakan mesin-mesin tersebut hingga AI sudah terlampau cerdas sampai-sampai mampu mengevaluasi dan meng-update dirinya secara mandiri. Kini hampir semua pekerjaan manusia dapat tergantikan oleh AI. Hal ini beresiko pada kesenjangan sosial dan pengangguran struktural dikarenakan otomatisasi pekerjaan manusia oleh mesin maupun robot.

AI memang perpanjangan tangan manusia supaya kita tak perlu melakukan kegiatan yang berulang, namun bukan berarti menjadikan manusia malas sehingga semua pekerjaannya tergantikan. Manusia terlalu ambisius untuk menciptakan mesin yang dapat berpikir, namun lupa untuk mengevaluasi pendidikan pada masyarakatnya. Maka di saat seperti inilah sikap bijak diperlukan.

Ayo #RaihMasaDepanmu bersama Telkom University!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun