-
Ini hanyalah hari Minggu yang kesekian kalinya, kita berusaha untuk mengobrol. Layar televisi bergerak-gerak menampilkan bayangan hidup, namun matamu yang menatap televisi terlihat berada di tempat lain. Ah, ada apakah gerangan dengan mu? Tiba-tiba bibir yang hening itu bertanya
“kalau aku mati gimana?”
Pikiranku yang sedang menari-nari tiba-tiba beku untuk sekian detik. Pertanyaan macam apa itu. Dengan asal-asalan dan bercanda, berharap Ia tertawa dengan pikiran ini, ku menjawab
“ya... ku bikin Yasinan”.
“ kau akan nikah lagi?”, kau bertanya.
“asal jangan kau hantui aku”.
Ku sudah siap dengan senyuman, walau tak tahu untuk apa senyuman itu, namun ternyata mata mu semakin mendung. Terasa gundah dan kelabu rupanya hati itu.
“sudahlah, berhenti memikirkan kematian. Siang dan malam kudoakan kau. Kalau kau mati, nanti pada akhirnya aku juga akan mati.”
Mata itu memandang kesana kemari, tampak megikuti pikirannya yang berlari-lari. Aku pun sebenarnya ingin tahu,
“kalau aku yang mati duluan gimana?”
“ya sudah, ku hadapi aja”, ujarmu sambil mengetik kembali.
Sungguh, pertanyaan aneh mu itu membuatku berpikir seketika. Kenapa memikirkan kematian? Ia pasti ‘kan datang, tak usahlah ditunggu. Hidup memanglah teramat singkat. Tapi itu jatah yang cukup untuk kita. Tapi syukurlah, pertanyaan mu tadi tak membuat hari Minggu ini terasa aneh.
-
-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H