Mohon tunggu...
Nabyla DHS
Nabyla DHS Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswi di universitas ahmad dahlan dan saya angkatan 2022 mengambil jurusan ilmu komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Benar Generasi Z Lebih Paham Tentang Kesehatan Mental?

16 Januari 2023   02:23 Diperbarui: 16 Januari 2023   05:20 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Generasi Z atau bisa disebut juga iGeneration, generasinet dan generasi internet, jadi apa sih itu Gen Z? Gen Z adalah julukan bagi orang-orang yang lahir mulai dari tahun 1996 hingga tahun 2012. Orang yang lahir pada generasi ini sering dipandang orang yang melek akan teknologi serta memiliki mental yang lemah karena sering curhat pada media jika ada yang menyakiti perasaan atau mentalnya oleh orang-orang yang lahir digenerasi sebelumnya.

                                        

Lalu, apa benar generasi Z ini adalah orang yang bermental lemah? Dari laman Gatra.com tentang Studi Alvara, bahwa menurut survei dari Alvara Reserch Center 40 persen dari responden Gen Z dikatakan merasa cukup cemas lalu, 23,3 persennya merasa cemas dan 5 persennya dikatakan merasa sangat cemas.

Dan ternyata angka tersebut lebih tinggi daripada angka kecemasan yang terjadi oleh generasi sebelumnya yaitu Gen X, generasi yang lahir direntang tahun 1965 sampai tahun 1980. Pada generasi X angka cukup cemas hanya diangka 31,5 persen lalu, 21,3 persennya mengaku cemas dan 2,8 persennya dikatakan merasa sangat cemas. Hal ini menandakan bahwa orang-orang yang lahir pada generasi sebelum-sebelumnya atau Gen X memiliki mental yang lebih kuat dari pada anak-anak yang lahir pada generasi Z.

Lalu, apa faktor yang membuat anak-anak pada generasi sekarang atau Gen Z ini dirasa mudah memiliki gangguan kecemasan atau mental disorder dibanding generasi-generasi sebelumnya? Menurut hasil laporan riset dari Alvara Research Center dikatakan bahwa generasi Z cenderung lebih sering menggunakan internet serta media sosial bahkan diusia yang bisa dikatakan cukup dini. Hal tersebut dapat terjadi karena pada masa generasi Z ini teknologi dan media sosial sudah cukup canggih karena dengan internet kita dapat akses apapun. Tentu saja hal tersebut dapat menjadi pemicu contohnya saja, seseorang yang mendapat ujaran kebencian hanya melalui postingan di media sosial, biasanya yang sering mendapat hate comment tersebut adalah para public figure. Oleh karena itu, banyak kasus bunuh diri di kalangan public figure di seluruh dunia.

Jadi, apakah valid jika seseorang merasa sakit hati jika ada hate comment tentang dirinya? Dan apakah orang tersebut dapat dikatakan lebay karena merasa sakit hati hingga mengalami mental disorder? Tentu saja perasaan sakit hati itu valid, karena kita tidak pernah tahu masalah atau mental issue yang seseorang itu alami dan kita sesama manusia tidak baik untuk saling menghakimi apalagi hanya melihat dari postingannya.

Selain karena pengaruh digital, gangguan mental juga bisa didapat karena pola asuh orang tua yang kurang tepat. Orang-orang pada generasi sebelumnya seperti Gen X yang mayoritas dari mereka tidak mendapat pendidikan yang penuh bahkan banyak dari mereka yang hanya lulusan SMP atau SMA, oleh karena itu pendidikan tentang pola asuh anak yang benar tidak mereka dapat. Selain itu, orang-orang pada generasi ini memang dipandang sebagai orang yang cukup keras dalam menghadapi suatu hal dan biasanya memiliki kepribadian yang galak serta kaku pula.

Tentu saja anak dari Gen Z yang diasuh oleh Gen X banyak yang mengalami ketidakcocokan dalam pola asuh mereka. Karena pada dasarnya anak dari generasi Z ini banyak yang sudah paham akan kesehatan mental bahkan banyak dari mereka yang tidak malu ketika harus datang ke psikolog untuk menyembuhkan mental mereka. Yang mana datang ke psikolog ini sering dianggap remeh oleh kebanyakan orang-orang dari Gen X karena dianggap hanya orang-orang yang gila yang datang ke psikolog sehingga itu diangggap aib dan memalukan keluarga.

Lalu, sikap seperti apa yang harus generasi Z ini terapkan ketika harus menghadapi arus digital yang semakin maju dan dengan mental yang stabil. Yang pertama kita dapat memerangi stigma bahwa ke psikolog bukanlah suatu hal yang memalukan, lalu kita harus memberikan dorongan motivasi bagi orang-orang yang memiliki mental illness serta kita harus menjaga mental kita dan orang lain dengan cara tidak menghakimi seseorang karena kita tidak pernah tahu seberapa kuat mental orang tersebut.

Dengan demikian, stress dan kecemasan bukanlah suatu hal yang dapat diremehkan. Jadi, ketika kita memang tidak nyaman dengan mental kita tidak apa apa untuk meminta bantuan ke psikolog atau pskiater.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun