Depresi merupakan salah satu penyakit gangguan mental yang sering kali diremehkan oleh beberapa kalangan, padahal depresi merupakan salah satu alasan utama orang-orang melakukan bunuh diri. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi merupakan kasus penyakit terbesar ke-empat didunia.Â
Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa depresi akan semakin meningkat hingga menjadi kasus gangguan mental yang utama. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2019 kisaran 800.000 jiwa mengalami kematian akibat bunuh diri. Dari survey tersebut Indonesia memiliki presentase 3,7% tiap 100.000 popuasi. Hal tersebut cukup tinggi mengingat jumlah populasi penduduk di Indonesia berkali lipat dari 100.000.Â
Menurut data dari WHO pria memiliki potensi bunuh diri lebih besar dibandingan dengan wanita. Hal tersebut diduga dapat terjadi karena sebagai seorang pria terkadang ditunut untuk tidak boleh lemah, mereka harus kuat dengan apapun kejadian yang mereka alami. Padahal memiliki perasaan sedih, marah, kecewa, bahkan menangis adalah merupakan hal yang lumrah sebagai makhluk hidup yang mungkin juga terkena gangguan mental.Â
Seperti yang kita dengar akhir-akhir ini, kabar duka kembali hadir di Kota Malang.Seorang pria berusia 18 tahun menjatuhkan dirinya dari Jembatan Soekarno-Hatta atau yang biasa dikenal dengan Suhat pada hari Jumat (26/5) lalu.Â
Pria ini pada tahun 2022 juga pernah mencoba untuk melakukan bunuh diri dengan cara yang sama namun masih dapat terselamatkan oleh pihak kepolisian Malang. Sebelum melakukan aksi lompat dari jembatan pria ini diketahui sempat membuat status pada media sosial Whatsapp "Goodbye friends, see you there again" tulisnya. Ditemukan juga pada riwayat pesannya bahwa ia pernah menghubungi terapis secara online serta mengeluhkan keluhan-keluhan yang dialaminya.
Dari kejadian tersebut tidak dapat dielak lagi bahwa pria juga butuh tempat untuk mencurahkan keluh kesahnya. Mereka juga manusia biasa yang sewaktu-waktu juga dapat terlihat lemah. Mereka bukan manusia yang tidak bisa merasakan sakit hati, kesepian, maupun kekecewaan. Pria juga sama seperti wanita mereka memiliki perasaan yang ingin didengar. Maka dari itu mulai dari sekarang marilah kita mendengar keluh kesah dari orang-oramg terdekat kita tanpa menghakimi apa gender mereka. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H