Indonesia adalah negara kaya akan sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman budaya yang luar biasa, salah satunya memiliki budaya unik yaitu Jember yang biasa disebut dengan Pandhalungan. “Kata pandhalungan sendiri berasal dari istilah Jawa yaitu dhalung yang artinya periuk besar dari logam”.(RadarJember.Jawapos.com, 2024) Masyarakat pandhalungan adalah masyarakat hibrida, artinya masyarakat berbudaya baru akibat percampuran antara dua kebudayaan yaitu jawa dan madura. Maknanya, Kawasan besar yang menampung dua kelompok etnik yang melahirakan budaya baru dalam segi Bahasa, adat, kuliner, seni dan kebiasaan masyarakat sehari-hari.
Terlahir dengan budaya pandhalungan yang khas, dan otentik, Jember dapat mengembangkan kawasannya sebagai upaya untuk meningkatkan sektor ekonomi kreatif. Kawasan ini bisa menjadi destinasi wisata yang tidak hanya menawarkan keindahan budaya lokalnya, justru bisa membuka peluang ekonomi bagi masyarakat khususnya Jember dan wilayah tapal kuda jika bisa dimanfaatkan dengan maksimal.
Sebagai budaya yang terlahir dari akulturasi dari dua kebudayaan, Pandhalungan memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dari budaya aslinya yaitu, Jawa atau Madura pada umumnya. Keberagaman ini melahirkan kekayaan yang beragam terutama seni, kuliner, bahasa, dan tradisi yang bisa menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Budaya Pandhalungan memberikan warna tersendiri dalam budaya di Jawa Timur, sehingga berpotensi besar untuk menjadi ikon pariwisata yang khas dan ekonomi kreatif.
Di era ekonomi kreatif yang menekankan inovasi berbasis budaya, kawasan Pandhalungan berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai pusat ekonomi kreatif. Dengan mengedepankan keunikan budaya lokal dan menggandeng kreativitas masyarakat setempat, pengembangan kawasan ini tidak hanya akan memperkuat identitas daerah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Produk-produk kreatif yang terinspirasi dari kearifan lokal dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Potensi budaya Pandhalungan dapat dikembangkan dengan pendekatan sense of place yang menekankan pada pengalaman autentik, sehingga pengunjung dapat merasakan kedekatan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat pandhalungan. Dengan memaksimalkan elemen-elemen budaya lokal seperti seni pertunjukan, kuliner, dan kerajinan tangan, sense of place kawasan Pandhalungan akan semakin kuat dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Selain itu, melalui penerapan creative placemaking, kawasan ini dapat diubah menjadi pusat budaya yang dinamis, di mana masyarakat dan seniman lokal bekerja sama untuk menghasilkan karya-karya kreatif yang mencerminkan identitas Pandhalungan.
Terpikirkan tidak bahwa Jember yang terkenal akan JFC (Jember Fashion Karnaval) itu dipadukan dengan festival pandalungan? Festival Pandhalungan yang menggabungkan antara pertunjukan seni dan kuliner tradisional dapat dikaitkan dengan Jember Fashion Carnaval (JFC) dalam narasi memperkuat identitas budaya pandalungan serta meningkatkan daya tarik pariwisata dan ekonomi kreatif. JFC, yang telah dikenal secara ranah internasional sebagai salah satu acara karnaval terbesar di Indonesia, menonjolkan kebanggaan akan keanekaragaman budaya Indonesia, termasuk di dalamnya budaya lokal Jember dan Pandhalungan.
Mendirikan Pusat Seni dan budaya pandhalungan di Jember akan menjadi langkah strategis untuk memperkenalkan dan melestarikan kekayaan budaya lokal. Kawasan ini akan mencakup berbagai fasilitas yang mendukung, seperti galeri seni yang memamerkan karya-karya seniman lokal, ruang pertunjukan untuk seni tradisional seperti ludruk, musik, dan tari, Menampilkan berbagai produk kerajinan tangan khas Pandhalungan, seperti anyaman bambu, batik, dan aksesoris local serta pusat kuliner yang menyajikan hidangan khas Pandhalungan, seperti nasi tempong dan soto Jember. Dengan suasana yang autentik, pusat seni dan budaya ini akan menciptakan pengalaman yang mendalam bagi pengunjung, memungkinkan mereka merasakan langsung atmosfer budaya lokal yang hidup, sekaligus memperkuat identitas Pandhalungan sebagai destinasi wisata yang kaya akan seni dan tradisi.
Pengembangan wisata edukasi perkebunan di Jember, yang terkenal sebagai penghasil tembakau dan kopi, dapat menjadi daya tarik wisata yang menarik di kawasan Pandhalungan. Wisatawan dapat mengikuti tur perkebunan tembakau atau kopi untuk melihat langsung proses produksi dari awal hingga menjadi produk jadi. Selain itu, mereka juga dapat berpartisipasi dalam workshop untuk mempelajari cara mengolah hasil perkebunan menjadi produk akhir, seperti kopi bubuk atau produk turunan tembakau. Wisata edukasi ini juga dapat mencakup informasi tentang pertanian berkelanjutan dan upaya konservasi lingkungan yang dilakukan di kawasan perkebunan, memberikan pengalaman yang bermanfaat dan mendidik bagi pengunjung.
Mendirikan Pusat Edukasi dan Dokumentasi Budaya Pandhalungan di Jember akan menjadi sarana penting untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya lokal. Pusat ini dapat mencakup berbagai fasilitas, seperti museum mini yang menampilkan artefak dan benda bersejarah yang menceritakan sejarah pandhalungan, serta perpustakaan budaya yang menyimpan koleksi buku, foto, dan dokumen sejarah yang dapat diakses oleh masyarakat dan wisatawan. Selain itu, akan ada pelatihan seni tradisional, seperti tari, musik, dan kerajinan khas pandhalungan, yang memungkinkan pengunjung untuk belajar langsung dari para ahli. Pusat edukasi ini tidak hanya akan menjadi objek wisata yang menarik, tetapi juga berfungsi sebagai tempat untuk melestarikan budaya lokal dan memastikan regenerasi dapat terus berjalan dan menjaga warisan budaya mereka.
Salah satu kekhawatiran yang muncul adalah risiko overtourism. “Overtourism adalah suatu kondisi di mana jumlah wisatawan di sebuah destinasi wisata dianggap terlalu tinggi oleh warga setempat sehingga mulai dirasa mengganggu” (Binus.ac.id, 2019). Untuk mengatasi hal ini, bisa menggunakan cara perencanaan yang cermat dan pengelolaan jumlah wisatawan yang berkelanjutan sangat diperlukan. Pendekatan pengelolaan pariwisata yang bijak, seperti membatasi jumlah pengunjung pada waktu tertentu, menyebarkan wisatawan ke berbagai area di kawasan pandhalungan, dapat mencegah terjadinya over-tourism. Selain itu, melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan destinasi wisata melalui program pariwisata berbasis komunitas akan memastikan kelestarian budaya dan lingkungan tetap terjaga, sambil menjaga kenyamanan wisatawan.
Keberhasilan strategi ini memerlukan dukungan dari pemerintah, kerjasama dengan komunitas lokal, dan peran aktif pelaku ekonomi kreatif untuk membangun ekosistem pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis budaya Jember. Dengan perencanaan dan implementasi yang tepat, kawasan pandhalungan berpotensi menjadi destinasi unggulan di peta pariwisata Indonesia, yang tidak hanya memperkenalkan kekayaan budaya lokal tetapi juga mendorong perkembangan ekonomi kreatif di daerah tersebut.