Lagi-lagi Malaysia melakukan provokasi terhadap Indonesia. Sesudah sweeping TKI yang sering diperlakukan tidak manusiawi, manuver kapal Angkatan Laut diperbatasan Indonesia beberapa waktu yang lalu, lantas diikuti dengan pengakuan Reog, Batik, Angklung, dll sebagai budaya asli Malaysia, menjelang kemerdekaan Republik ini, Malaysia kembali mempermalukan Indonesia dengan menangkap pegawai Dewan Kelautan dan Perikanan (DKP) dari wilayah Laut Indonesia! Hal ini sekali lagi menunjukkan tidak berwibawanya pemerintah RI dimata negara rumpun Melayu tersebut. Hal yang tidak pernah terjadi di Jaman Soeharto, apalagi pada jaman Soekarno !! Ketika berlangsung pertemuan-pertemuan tingkat ASEAN di masa lampau, biasanya para Kepala Negara tetangga akan menunggu Presiden Soeharto lebih dahulu memasuki ruangan sidang lalu diikuti kepala negara lainnya sebagai bentuk kehormatan. Amerika dan Australia tidak berani mengusik masalah HAM terkait Timor-Timor di PBB atau konferensi dunia lainnya karena takut membuat Indonesia tersinggung. Pemerintah dan rakyat Belanda mengecam tindakan Menteri Kerjasama Pembangunan Belanda Jan Pronk ketika mencoba mengkritik HAM di Indonesia yang diikuti dengan aksi keluarnya Indonesia dari lembaga bantuan IGGI bentukan Belanda.
Indonesiaku, engkau boleh berjaya dimasa lalu dengan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Boleh berbangga karena Nenek moyang kita berlayar ke seluruh pelosok Nusantara dikala Bangsa Eropa belum berlayar kemana-mana. Membangun bangunan suci umat Budha yang Agung yang bernama Borobudur, yang bahkan Pendeta Budha di Tibet pun sampai saat ini berharap sebelum meninggal dapat mengunjunginya. Tapi itu semua kini hanya merupakan cerita dan sejarah masa lalu. Kurang pantas rasanya membusungkan dada karena saat ini kita tidak sehebat dimasa lampau.
Sayangnya, Indonesia yang ada saat ini lebih dikenal sebagai negara yang salah urus. Yang terkenal memiliki pembom bunuh diri yang andal. Yang korupsinya termahsyur ke segenap penjuru dunia. Yang menempatkan bintang film porno sebagai Kepala Daerah. Yang memaksa Menteri-menteri, Gubernur-gubernur sampai Camat dan lurahnya kuliah ditempat yang bernama lembaga pemasyarakatan. Yang menggelapkan uang rakyat dengan skandal yang bernama Century. Atau menenggelamkan rakyatnya dalam lumpur yang bernama Lapindo. Yang mencoba mengkerdilkan lembaga yang menjadi asa rakyatnya yang bernama KPK. Yang mempersulit rakyatnya mendirikan rumah ibadah ketimbang tempat hiburan malam. Yang membiarkan gas 3 Kg menjadi bom yang siap meledak kapan saja dan deretan panjang "yang" lainnya....
Sejujurnya, aku masih bangga dengan untaian jamrud Khatulistiwa ini. Ada perasaan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata ketika menyaksikan matahari terbenam ke laut dari bibir jurang Km 0 kota Sabang, daratan paling barat Republik ini. Ada rasa bangga yang membuat kuduk merinding menyaksikan Sang Merah Putih berkibar pada suatu siang di perbatasan RI-PNG di Desa Sota Kabupaten Merauke, daerah paling timur Indonesia. Rasa syukur yang luar biasa ketika menyaksikan keindahan fajar merekah diketinggian Bromo, serta banyak tempat indah lain di Republik ini. Rasa syukur kepada Yang Kuasa karena menjadi bagian dari negara yang luar biasa ini.
Belum lama ini pun aku pernah bangga ketika mendengar putra-putra terbaikmu mendapat penghargaan di bidang Olimpiade Fisika ,Matematika, Astronomi, Biologi, Ekonomi,dll. Pernah berlinang air mata karena haru, menyaksikanAlan dan Susi Susanti warga keturunan Tionghoa itu menangis kala Lagu Indonesia Raya dinyanyikan dan Sang Saka Merah putih dikibarkan saat menjuarai Olimpiade. Pernah merasa bangga ketika putra-putri terbaik bangsa berhasil membuat burung besi yang bernama CN235 mengudara di angkasa ! Dimasa lalu engkau pernah berjaya, pun dimasa mendatang aku yakin engkau akan kembali berjaya. Jangan pernah menyerah, berubahlah ke arah yang lebih baik. Doaku dan tenagaku senantiasa besertamu. Selamat Ulang Tahun ke-65 Republik ku......Dirgahayu !!
Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua! (Sumber:Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945)
Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke! (Sumber:Soekarno, "Pidato di Surabaya, 24 September 1955'')
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H