Mohon tunggu...
Fidel Dapati Giawa
Fidel Dapati Giawa Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Nulis dangkadang, tergantung mood

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu Seharusnya Tak Rahasia

5 April 2014   16:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Undang-undang menyebutkan bahwa azas penyelenggaraan pemilu adalah langsung, umum, bebas dan rahasia. Nah, azas yang terakhir ini yang bikin saya dari dulu bertanya-tanya, kenapa harus rahasia?

Pemilu adalah urusan publik, bukan urusan privat. Kenapa harus rahasia?

Setiap orang harus memilih atau tidak memilih secara berkesadaran penuh dan bertanggungjawab. Dan, memilih sesuatu partai atau caleg tertentu bukanlah aib, bukan juga kejahatan sehingga tidak perlu dirahasiakan. Lagi pula menyatakan secara terbuka mengenai pilihan dengan demikian kita akan menghargai perbedaan. Jangan sampai perbedaan selera dalam mementukan pilihan menjadi sumber keributan atau gejolak sosial.

Bahwa seseorang memberi suara di dalam bilik suara, seyogyanya bukanlah dengan maksud untuk menjaga kerahasiaan pilihannya. Melainkan untuk memberikan kenyamanan dan menghindarinya dari intervensi pihak lain dalam memberikikan pilihan.

Saya tidak tahu apakah Pemilu 1955 menerapkan azas rahasia dalam penyelenggaraan Pemilu. Sepanjang yang saya ketahui azas rahasia dalam penyelenggaraan Pemilu adalah warisan rezim Orde Baru.

Menurut saya, Orde Baru berkepentingan membuat azas Pemilu bersifat rahasia oleh karena hanya pihak yang berkuasalah yang boleh tahu hasil pemilihan, karena hasil Pemilu telah dirancang dan dikondisikan sedemikian rupa sesuai dengan keingingan yang berkuasa. Pemilu Orde Baru penuh rekayasa. Agar rekayasa ini tak ketahuan umum maka dibuatlah azas rahasia. Sifat rahasia dalam pemilu memberikan peluang rekayasa dan kecurangan.

Kemudian, sifat rahasia dalam pemberian suara juga membuka peluang transaksi gelap atau money politic. Jika seseorang telah menyatakan secara terbuka pilihannya maka akan memperkecil tawar menawar mengalihkan pilihan. Memilih secara terbuka akan mempesempit koridor politik transaksional atau politik uang.

Demikian sedikit catatan saya menyongsong Pemilu 2014. Selamat menimbang di hari tenang.
Bagi para pemilih saya serukan datanglah dengan gagah berani ke bilik suara pada tanggal 9 April 2014, tentukan pilihanmu untuk Indonesia.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun