Semula Benny K Harman, Ketua Komisi III DPR yang juga salah seorang pengurus pusat Partai Demokrat mengatakan bahwa ocehan nazar melalui telepon di stasiun tv one dan metro pada bulan Juli lalu, adalah dibawah pengaruh depresi.
Namun sore 10/8/11 di stasiun TV One mulai mengakui bahwa ia memang pernah diundang makan malam di rumah Nazarudin dan ketika tiba disana sudah ada Chandra M Hamzah, salah seorang pimpinan KPK. Soal pertemuan di casablanca yang oleh Nazar disebut-sebut ada pertemuan dengan Ade Raharja juga telah diakui oleh Benny K Harman.
Alibi Benny K Harman pada undangan makan malam di rumah Nazarudin adalah bahwa ia diundang mendadak dan ia tidak tahu bahwa Chandra M Hamzah ada di pertemuan itu. Sedangkan pada pertemuan di Casablanca yang dihadiri oleh Ade Raharja (Direktur Pendindakan KPK), Benny datang belakangan dan bahkan kopi para tokoh yang hadir disitu sudah mulai habis ketika ia datang. Bahkan Benny merasa dua pertemuan yang ia hadiri atas undangan nazarudin itu semacam jebakan.
Jika semula, ketika Nazar belum tertangkap benny ngotot membela KPK dengan mengatakan bahwa KPK tidak mungkin direkayasa dan bahwa ocehan Nazar harus dimaklumi karena lagi depresi. Kali ini Benny mengakui ocehan 'depresi'-nya nazar walau pengakuan itu masih bias. Bias karena Benny K Harman masih mencoba bersikap innocent dalam hal adanya pembicaraan antara Nazar dan para tokoh Partai Demokrat mengenai perkara yang melibatkan tokoh Partai Demokrat.
Persoalan yang perlu diurai dari pertemuan itu ada dua yakni, pertama, apakah petemuan itu membicarakan perkara yang ditangani di KPK yang menyentuh pengurus Partai Demokrat serta adanya kesepakatan dengan Chandra M Hamzah, Ade Raharja dan M Yasin? Kedua, apakah ada penyerahan uang kepada Chandra M Hamzah maupun Ade Raharja atau anggota KPK lainnya sehingga Nazarudin dengan lantang menyebut: "KPK perampok"?
Dua pertanyaan itu belum terjawab dari wawancara Benny di TV One. Namun ada tanda-tanda bahwa keterangan Benny mulai berubah, bahkan bertolak belakang dari pernyataannya semula. Semula pernyataan Nazar adalah pernyataan seorang Nazarudin yang sedang depresi. Sekarang, ternyata bahwa omongan depresinya Nazarudin mulai diakui faktanya.
Ternyata, sekonyol-konyolnya sebuah dongeng, tidaklah ia tanpa tautan dengan pengalaman nyata. Setinggi-tingginya sebuah hayalan, tidaklah ia tanpa pijakan. Kalau pun ada banyak dongeng, cerita, atau karangan dari apa yang pernah disiarkan nazarudin sebagai selingan pelariannya, adalah dua atau tiga atau beberapa fakta yang memang nyata. Tinggal memilah mana fakta dan mana fiksi dari cerita itu. Selanjutnya setelah memilah, kita tinggal menyambung merangkai satu fakta dengan fakta lain. Dari rangkaian fakta itu kita dengan tegas dan gagah berani menjawab apakah KPK perampok atau bukan; apakah Anas bersalah atau tidak, apakah Partai Demokrat bersih atau tidak, apakah Presiden tahu atau cuma pura-pura tidak tahu penggarongan negara oleh anakbuahnya.
Kisah Nazarudin ini belum berakhir sampai disini. Tinggal kita lihat apakah, keadaan akan berbalik sehingga yang depresi adalah orang-orang yang pernah menuduhnya depresi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H